KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » 10. Papa dan Si Busu

    10. Papa dan Si Busu

    BY 20 Nov 2024 Dilihat: 167 kali
    Cerita tentang Kami_alineaku

    Hitam manis hitam manis,

    yang hitam manis, pandang tak jemu pandang tak jemu.

    Yang hitam manis pandang tak jemu.

     

    He he he, itu penggalan syair lagu jadul penuh kenangan, tahun 70-an yang aku tulis mengawali ceritaku ini kali. Lagu yang hits masa itu. Yang syairnya masih  aku  ingat dengan baik. Sayang, justru nama penyanyi yang mempopulerkannya aku malah tak ingat. Andai Papa masih ada di sisi, pasti Papa yang akan kasih bocoran jawaban padaku.

    Lagu itu menjadi makin terkenang dalam keluarga kami karena di rumah kami yang mengidolakan lagu itu justru anggota keluarga yang istimewa. Tak lain dan tak bukan, adalah dia Si BUSU. Seekor burung beo pemberian keluarga dari Ambon yang sudah beberapa tahun menjadi anggota dalam keluarga kita.

    Masih segar dalam ingatan, betapa Papa adalah orang di rumah yang paling disayang oleh Si Busu. Aku yakin, pasti karena dari Papa ia beroleh banyak kosa kata. Dari Papa juga ia bisa bernyanyi lagu ‘Hitam Manis itu’. Ha ha ha, Papa memang orang yang penyayang. Sampai-sampai hewan-hewan peliharaan kami  di rumah, selalu sayang pada Papa.

    Aku kisahkan tentang Papa dan Si Busu pada anak-anakku, cucu-cucu Papa. Betapa ekspresi mereka begitu wow demi mendengar cerita tentang Papa dan Si Busu ini?

    Wah, luar biasa pokoknya. Nano-nano antara takjub, heran, nggak percaya, ada kagetnya juga dan yang jelas mereka menjadi semakin kangen pada Papa. Opa yang tak pernah dijumpa karena telah pergi sembilan tahun sebelum uminya menikah. Selalu ada drama di setiap akhir sesi ‘umi berkisah tentang masa lalu bersama Opa dan Oma serta Om Erry mereka’ ini. Meleleh air mata di sudut dalam mata mereka hingga aku harus memeluk mereka penuh sayang semata berbagi kekuatan atas rindu yang begitu mendera ini.

    Tetapi, memang cucu-cucu Papa ini suka cari perkara kok. Sudah tahu kalau selalu ada sesi drama di setiap akhir cerita tentang Opa, Oma, dan Om Erry-nya,  tetapi selalu minta dan minta diceritain lagi.

    “Ayo Mik, cerita lagi tentang Opa yang lucu-lucu. Tentang Opa dan                    hewan-hewan peliharaan atau yang lainnya. Pokoknya cerita masa lalu waktu umik            masih kecil, waktu Opa, Oma, dan Om Erry masih ada,”  pinta mereka berbarengan penuh harap.

    Jujur, aku tak pernah kuasa menolak permintaan mereka. Permintaan seorang cucu yang ingin mengenal lebih dekat Opa, Oma, dan Om Errynya walau hanya lewat cerita. Berhubung mereka anak-anak yang naturalis, yang penyayang binatang, tak heran jika cerita papa bersama hewan-hewan peliharaan yang memenangkan perhatian mereka. Seperti tak ada bosannya  walau cerita tentang itu sudah berulang beberapa kali. Papa memang keren. Tak pernah dijumpai tetapi sukses merompak hati cucu-cucunya. Tak bisa kubayangkan, jika kau masih ada di sisi, pasti semua cucu Papa lengket kayak perangko pada Papa, Opa tersayang.

    Kembali cerita tentang Si Busu yang lucu dan fenomenal, salah satu cerita yang mereka suka. Aku ceritakan pada mereka bahwa Busu bisa mengucap salam, “Assalamualaikum,” sehingga banyak tamu yang datang ke rumah  jadi pada bingung sendiri. Tengok sana tengok sini karena ternyata sudah ada yang mewakili mengucapkan salam. Akhirnya, para tamu jadi tertawa sendiri demi setelah mengetahui bahwa  bukan orang yang berucap salam itu melainkan seekor burung Nuri warna merah bercorak biru dan hijau yang sudah mengucapkan salam itu dengan takzim. Ha ha ha, para tamu jadi kepo sendiri, siapa yang ngajarin sampai ada burung Beo pintar ucap salam. Siapa lagi guru Si Busu kalau bukan Papaku. Sekali lagi, engkau memang keren lho, Paa.

    Sama halnya seperti lagu Hitam Manis di atas. Papa sukses mengajarinya bernyanyi dengan nada dan syair yang pas seperti lagu aslinya. Masih kuingat dengan jelas, ekspresi lucu Busu yang bernyanyi dengan mengayunkan kepala dan badannya  ke kanan dan ke kiri bergantian mengikuti irama lagu yang dinyanyikannya. Ia akan makin semangat bernyanyi demi mengetahui engkau ada di dekatnya dan mulai bergoyang mengikuti nyanyiannya. Papaku yang hitam manis ini (maklum Nyong Ambon Manisse) memang jago badendang juga bagoyang badan ikuti irama lagu.

    Bagaimana Papa di hati Si Busu, menjadi pengalaman berharga tanpa teori muluk-muluk yang sukses Papa pesankan pada kami bertiga, anak-anak beliau. Pesan bahwa kami harus menyayangi sesama dengan tulus, bahwa walau kami masih kanak-kanak tetapi kami sudah bisa terlibat dalam merawat Si Busu sesuai kemampuan kami masing-masing. Siapa yang sudah pulang sekolah lebih dulu di saat sudah tiba waktu makan Si Busu, maka ia yang harus memastikan bahwa pisang Busu sudah dilahap sampai habis. Urusan kotoran Si Busu pun, ada jadwal bergantian untuk membersihkannya. Papa yang mengajari kami untuk melakukan semua itu karena  rasa sayang pada Busu dan Allah akan sayang pada kami.

    Terima kasih atas pelajaran indah berharga ini. Semoga menjadi amal jariyah yang Allah ridhoi sehingga dapat menjadi aliran pahala bagi Papa hingga yaumul hisab kelak. Aamiin ya Rabbal’alamiin.

     

     

    Kreator : Maryam Damayanti Payapo

    Bagikan ke

    Comment Closed: 10. Papa dan Si Busu

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021