Karya Lailatul Muniroh, S.Pd
Alumni KMO Alineaku
Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik tapi bukan pula kategori orang yang jelek.Ia menikah di usia yang cukup matang bahkan dibilang terlambat. Suaminya duda, manis dan agak ganteng lha,. Meski terlambat Rania.berbahagia bisa hidup bersama dengan Marko.
Rania bertambah bahagia, setelah satu tahun penikahannya Allah menghadirkan makhluk kecil yang sangat manis. Sebagai ibu Rania sangat hati2 dalam mengurus anaknya. putrinya sangat cantik dan menggemaskan, hingga di suatu malam Rania terkejut. Bayi mungil itu selalu menangis dengan keras berjam-jam lamanya. Tidak tahu kenapa bayi mungil itu menangis tanpa henti sampai ia kelelahan. Hari itu ia memberi susu pada bayi itu,,,dan alangkah terkejutnya ia,,,,ada air susu keluar dari hidungnya. Apa bayi itu tersedak atau terlalu kenyang sehingga tidak ???? Dengan kecemasan yang terkira dengan diantar suaminya marko, Rania membawa bayi itu, ke bidan yang menolong persalinannya. Dengan ramah bidan itu membantu Rania. “Ada apa mbak, si kecil sakit atau bagaimana?” Bidan itu segera memeriksa bayi Rania setelah mendengarkan Raniamenceritakan apa yang terjadi pada bayinya. Bidan itu bilang: “Ada kelainan pada langit-langit dalam mulutnya. Langit-langit dalam mulutnya tidak terbentuk secara sempurna”. Labih jelasnya besok saya antar ke rSUD. Raniamenurut saja, dan keesokan hari membawa bayinya ke RSUD dengan diantar bidan. Dokter menjelaskan bahwa putrinya mengalami sumbing langit-langit. Sumbing (bibir langit-langit) adalah terdapatnya celah pada bibir atas yang sering disertai celah langit-langit. Sumbing (bibir langi-langit) merupakan sebuah efek yang terjadi akibat penyatuan jaringan bibir ataupun langit-langit mulut yang tidak sempurna pada masa kehamilan (3-8 minggu usia kehamilan) sehingga menghasilkan celah. Dokter menjelaskan penyebab bibir sumbing adalah penggunaan kontrasepsi yang tidak tepat, hipoksia janin yang terjadi saat janin tidak mendapat pasokan oksigen yang cukup, penggunaan kosmetik dengan kandungan air raksa, konsumsi rokok, konsumsi obat tanpa resep dokter saat hamil, dan paparan radiasi. Bayi dengan sumbing langit-langit, dapat mengalami kesulitan menyusui, sehingga mengganggu pertumbuhannya, risiko tersedak karena adanya hubungan antara rongga mulut dan hidung dan tersumbatnya jalan napas. Rania jadi mengerti, mengapa bayinya selalu menangis sepanjang waktu…ternyata bayi itu kelaparan. Ia begitu lahap menyusu, tetapi tak dihasilkan susu yang diharapkan. Raniamenangis……Kasihan bayiku kelaparan. Dokter mengatakan jalan untuk meperbaiki keadaan adalah operasi dan operasi baru bisa dilaksanakan pada usia bayi 10 bulan ke atas. “Dokter kalau operasi baru bisa dilaksanakan pada bulan ke -10, bagaimana dengan makan dan minum bayinya….?” Rania bertanya. Rania tidak mendapat jawaban yang diinginkan, beliau mengatakan ada dot khusus untuk bayi seperti ini dan mengatakan usahakan agar bayi mendapatkan asupan gizi yang cukup. Di mana dot itu dijual, bentuknya seperti apa dan namanya apa dokternya tidak tahu.
Rania pulang ke rumah dengan hari galau. Seingatnya tidak ada satu diantara keluarganya dan suaminya yang memiliki kelainan seperti itu. Rania baru ingat jika pada tri semester ke -3 kehamilannya, ia selalu sakit gigi yang berlebihan dan ia menempelkan obat sakit gigi itu dan mungkin tertelan secara tidak sengaja. Rania sangat menyesal, andaikan dahulu aku bisa menahan rasa sakit itu tanpa memberi obat, tentu tidak begini jadinya…..tapi nasi sudah menjadi bubur.. Yang terpenting sekarang bagaimana harus berjuang bagaimana caranya agar bayinya tetap sehat sampai operasi dapat dilaksanakan. Rania meminta pada suaminya untuk mencari dot yang dimaksud dan seharian marko mengelilingi apotik dan toko perlengkapan bayi di kotanya. Hasilnya tak satupun apotik dan toko perlengkapan bayi yang bisa memberikan dot yang dimaksud. Marko hanya membawa dot yang
Rania sangat sedih…ia takut apakah bayinya bisa bertahan,,,sementara ia tidak dapat memberikan susu yang cukup untuknya. Sepanjang hari ia menangis dan menangis….Rania berusaha memberikan susu formula dengan sendok, akan tetapi lagi-lagi bayi itu menangis karena susunya harus terhenti ketika susu di dalam sendok habis. Jika sudah menangis tentu saja susu itu tidak jadi diminum, karena takut tersedak. Tiap kali bayi itu menangis ia tersedak dan mata melotot seperti kesulitan bernafas. Raniatakut sekali, dan harus Kadang kala Raniamemberikan Asi dengan cara meneteskan susu formula di bibir bayinya…tapi berapa yang bisa masuk ke dalam tubuhnya…?
Rania semakin bersedih, ketika teman-temannya datang untuk menengok bayinya. Bu, kenapa bayinya menangis terus,,,,,mengapa tubuh dan kulitnya seperti orang tua,,,,, Anak ini kurang susunya bu…begitu kata salah satu temannya. Begitu banyak nasehat yang diberikannya agar Raniatidak malas memberikan ASI,,,, agar bayinya tetap sehat. Mereka memang tidak tahu keadaan bayinya sehingga hanya mendengarkan saja….dengan rasa sedih yang teramat dalam.
Hari berikutnya Rania berusaha memberi susu formula dengan menggunakan dot sendok untuk bayi, lagi-lagi ia dan bayinya tidak berhasil menggunakan dot sendok itu. Bayi itu tetap menangis sepanjang waktu. Kemudian Rania mengkombinasikan antara dot biasa dan do sendok. Bayi itu bisa menyusu seperti bayi normal dengan dibantu oleh Rania. Ya… Rania dapat membantunya dengan memencet botol yang terbuat dari plputrinyak. Dengan cara ini bayinya bisa menghasilkan 50 mL air susu dalam waktu dua jam sekali minum. Tangannya sampai sakit dan timbul kapalan karena terlalu sering digunakan untuk memencet botol dot. Perlahan,tangisnya mulai mereda,,, tapi ternyata belum cukup susu yang dikonsumsi bayinya itu…..hingga timbul masalah baru pada bayi mungil itu…Ya ..bayi itu kesulitan BAB. Tiap kali bayi itu mau BAB ia harus menangis dan badannya memrah karena harus mengedan. Seharusnya tinja dari bayi kan lembek,,,tapi tidak untuk bayi Rania ini….Karena tiap kali BAB yang harus mengedan itu tali pusarnya pun bodong(menonjol). Rania harus membantu mengeluarkan BAB dengan cara menekan perutnya dan menconkel tinja agar mau keluar. Hari-hari dilaluinya dengan kesedihan yang teramat dalam. Putrinya menangis sepanjang hari, ditambah lagi tetangganya selalu ramai tiap malam. Pada malam hari ia harus menenangkan bayi itu,,,dan tertidur karena lelah menangis harus bangun dan menangis lagi kaena kegaduhan dari orang-orang yang bermain kartu. Kesal, tetapi apa lah daya,,,,ia harus menerima keadaan ini dengan ikhlas. Raniaingin pergi ke membawa putrinya ke dokter,,,tapi ayah dan ibunya melarang katanya belum 40 hari,,,nanti kenapa-kenapa lagi. Raniatidak sabar,,apa bisa bayi itu bertahan dengan kondisi seperti ini? Rania bertanya dalam hati. Dengan dibantu keponakannya Raniamembawa bayi itu ke dokter faisal, dokter spesialis anak. Rania takut sekali dimarahi sama dokternya, apalagi pasien lain bertanya-tanya dan menakutinya. Sebelum diperiksa bayi itu ditimbang terlebih dahulu,,,,dan ternyata hanya 3,00 kg, padahal bayi itu lahir dengan bobot 3,4 kg. Setelah 40 hari, harusnya berat badan bayi bertambah,,,tapi bayi ini malah menyusut Dengan harap-harap cemas, Rania menunggu panggilan dokter. Ah ternyata dokternya amat baik,,,,belum Rania bercerita dokter telah terlebih dahulu bertanya. “Apakah bayi ini bisa menyusu?”, Tanya dokter Faisal. Dokter faisal mengatakan minimal bayi ibu harus konsumsi susu 5 – 6 botol ukuran 250 mL. “Dok, saya harus memberi satu dot (250 mL) susu dalam waktu 2 jam, itupun banyak yang tumpah, bagaimana agar susu dapat dikonsumsi dengan efisien?” Rania bertanya. Dokter Faisal ini lebih berpengalaman beliau menyarankan untuk membeli dot khusus untuk bayi dengan cacat langit-langit. Beliau merekomendasikan untuk membeli di apotek RS swasta di kotanya. Dokter memberinya vitamin dan obat untuk melancarkan BABnya. Keesokan harinya Rania memutuskan untuk membeli botol dot yang dimaksud di RS Tiga Roda. Kebetulan ada keponakannya yang sambang bayi ke RS tersebut. Jam 10.00 WIB, telpon di rumahnya berdering, di ujung sana ada suara keponakannya. “Mbak dotnya berharga 300.00,-, bagaimana mbak jadi dibeli tidak?”. Rania sangat terkejut padahal kalau dot biasa, harga paling mahal 30.000,-. Raniajadi cemas karena…uangnya kurang. “Pakai uangku saja mbak, aku hanya memberi tahu kalau harga dotnya segitu…?”Begitu katanya. Alhamdulillah…meski mahal akhirnya dot itu di dapat juga. Ternyata dotnya namanya Haberman Feeder dengan merek Medella. Medella ini botol yang didesain khusus untuk bayi berkebutuhan. Dengan botol ini Raniadapat membantu mengalirkan susu ke bayinya ketika minum. Senangnya Rania melihat bayinya menyusu dengan lahap. Lebih dari 3 minggu bayi Rania mengkonsumsi susu dengan dot Haberman Feeder. Di Minggu ke tiga tiba-tiba bayi itu tesedak. Apa yang terjadi ? Pikir Rania. Usut punya usut ternyata ujung dot telah sobek dan Raniamengganti dengan dot yang satunya (Beli satu botol dapat dua dot). Ternyata dot ini hanya mampu bertahan satu minggu. Bayi Raniamenangis lagi ketika mengkonsumsi susu. Akhirnya Rania membelikan dot ini lagi, meski Raniamenjadi was-was, harus tahan berapa minggu dot baru yang dibelinya. Ternyata memang benar baru beberapa minggu bayinya menangis dan sering tersedak. Dan ternyata di RS tidak ada dot itu lagi, Raniaharus memesan dulu melalui sales yang ada di kota besar. Harus menunggu lama sampai dot itu datang, sementara bayi Rania sudah tidak bisa lagi menggunakan dot yang ada. Rania berpikir untuk memberi susu dengan dot biasa yang diberi lubang agak besar. Alhamdulillah ternyata bayinya dapat mengkonsumsi susu dengan cara ini. Dot datang tetapi tidak dipakai oleh Rania dan disimpan sebagi kenang-kenangan. Bayinya sudah berusia tiga bulan sekarang dan tumbuh dengan sehat meskipun terlambat di awal kelahirannya. Rania memutuskan untuk membawanya ke RS Dokter Sutomo untuk mendapat perawatan pesiapan operasi. Di Rumah sakit ini Rania merasa bahwa dia harus bersyukur, karena cacat bayinya tidak sebanding dengan bayi-bayi lainnya. Dokter memberi saran untuk kembali lagi pada bulan ke sepuluh dan memberi makan bayinya dengan tidak memakai dot. Masalah datang pada bulan dimana bayi Rania harus menngkonsumsi makanan lain selain susu formula. Seluruh keluarga takut memberi makan, karena makanan bisa keluar dari hidungnya. Bayi Rania harus menhadpa ke atas terlebih dahulu sebelum mengkonsumsi makanan. Rania datang lagi ke RS Dokter Sutomo dan dokter yang memeriksanya menanyakan apakah bayinya sudah mengksonsumsi susu tidak pakai dot. Rania meminta dokter agar operasi dilaksankan pada tahun usia 2 tahun saja. Ternyata dokternya sangat marah;
” Ibu…kalau ibu sayang pada anak ibu,,ibu harus kejam. Ibu harus bisa melepas dot dari bayi ibu dari pada bayi ibu akan menderita karena dikucilkan teman-temanya dalam pergaulan nanti,”. Anak ibu kalau terlambat operasinya nanti suaranya akan sengau, mau anak ibu harus minder dalam pergaulan! Memang kelihatannya kejam, tapi ibu harus lakukan itu, demi masa depan anak ibu.
”Rania hanya diam dan tertunduk, tak terasa air matanya meleleh. Rania pulang ke rumah dengan hati yang galau. Dia ingin anaknya diperasi, tapi tak tega rasanya harus memisahkan bayi dari dotnya. Mengambil dot berarti menghentikan asupan susu pada anaknya. Setelah berunding dengan suami dan ibunya, Raniabertekat putrinya kecil harus bisa minum susu tanpa dot. Pagi hari putrinya kecil hanya mau makan roti dan susunya tidak mau sama sekali. Berkali-kali Raniamencoba memberi susu dengan sendok, tetap saja ditolaknya. Putrinya hanya mau minum teh dari gelas. Gelas itu digigit-gigit seperti halnya mengunyah dot. Menjelang malam Putrinya mau bobok. Bayi itu menangis dalam gendongan Rania. Raniaberusaha keras, menggendong dan mengayun putrinya agar tertidur tanpa susu.
Alhamdulillah akhirnya putrinya tertidur juga setelah kelelahan mengangis. Layaknya bayi-bayi lainnya Putrinya terbangun dari tidurnya dan meminta susu. Bisanya Ranialangsung memberkan dot, hingga putrinya tertidur kembali. Kali ini Raniamenggendong Putrinya dan memberi susu dengan menggunakan sendok. Tak ayal lagi tangis pecah dari putrinya, hingga membangunkan seisi rumah. Ayahnya marah dan mengatakan Raniatelah menyiksa anak kecil. Sungguh Raniatidak menginginkan ini, tapi Raniasangat sayang pada Putrinya dan tak ingin Putrinya menghadapi masalah kelak di kemudian hari.
Raniatetap berusaha agar putrinya mau minum susu dari sendok, dan asupan gizinya tetap terjaga. Sementara, sebelum putrinya mau mengkonsumsi susu, putrinya harus dapat makanan selain susu. Raniamembelikan roti yang bahan bakunta mengandung banyak susu. Selama tiga minggu putrinya terbiasa mengkonsumsi roti dan tentunya putrinya selalu menangis tiap malam. Tiap malam dilalui Raniadengan tangisan anaknya. Ya,,,Raniatidak bisa memberikan susu, bukan karena tidak mampu membelinya,,,,,,Raniatetap berusaha terus memberi susu pada putrinya selalu baik diminum atau dicampur dalam makanannya. Namun Putrinya tidak mau mengkonsumsi jenis makanan apapun yang berbau susu. Kata orang, itu adalah bentuk perlawanan bayi ketika suatu hal tidak diinginkannya. Suatu saat ia akan menyerah. Raniatetap berusaha agar putrinya mau konsumsi susu. Raniamembawa putrinya ke rumah yang telah dipersiapkan oleh Marko untuk keluarga mereka. Namun karena kondisi bayinya, mereka mengurungkan niat untuk menempatinya. Di sana Putrinya ditidurkannya dalam dipan seadanya. Suasananya berbeda dengan rumah yang ditempatinya. Perlahan-lahan Raniamemasukkan susu ke dalam mulutnya. Ajaib sekali Putrinya mau mengkonsumsi susu itu, sampai tertidur. Meskipun di pipinya berlepotan susu, karena banyak yang keluar, Raniasangat gembira sekali. Dielapnya dengan tisue. Pipi bayi putrinya agar tidak. Mas, anak kita mau menyusu,,,,Raniasangat senang.
Sampai di rumah, ternyata Putrinya mau menyusu dengan cara yang sama. Alhamdulillah, selangkah demi selangkah telah dapat dilaluinya. Genap satu minggu Putrinya bisa mengkonsumsi susu, Rania membawa Putrinya ke RS Dr Soetomo lagi. Sebelum melakukan operasi, kondisi putrinya harus sehat benar dan karena putrinya lagi kena flu, Raniamembawanya ke dokter anak. Dokter anak memberinya antibiotik dan obat flue yang dikonsumsi selama satu minggu. Seminggu kemudian Raniamembawa kembali Putrinya ke RS Dr. Soetomo untuk melakukan serangkaian test persiapan operasi. Kali pertama Putrinya harus cek darah,,,,tak tega rasanya melihat anaknya harus diambil darahnya. Tangisnya sampai masuk ke spiker. dokter menyarankan agar Putrinya diperiksakan ke dokter anak, mengecek tumbuh kembangnya. Ternyata hasilnya tidak menyenangkan, sgot dan sgpt putrinya sangat tinggi.
“Apa penyebabnya dok, sehingga hasil tes anak saya sgot dan sgptnya tinggi?”Tanya Rania.
“Apakah yang dionsumsinya selama seminggu ini?, apakah anak ibu sedang meminum obat?” Dokter yang memriksa bertanya apakah anaknya pilek?. Antibiotik dapat meningkatkan hasil sgot dan sgpt. Jadi, ibu kembali lagi dua minggu lagi dan sekarang dirongtsen dulu. Menyusuri lorong rumah sakit, mencari tempat untu melkukan foto rogtsen. Putrinya sangat girang di luar ruangan, ia mencoba lagi berjalan.
Dan tibalah sekarang Putrinya masuk ruangan. Ia begitu ketakutan melihat peralatan medis. Ia harus terlentang sendiri di meja foto rongsen. Dapat dibayangkan bagaimana tangis anak kecil itu. Hasil rongsen baru bisa diambil selama 2 minggu. Dua minggu di rumah dan kembali lagi untuk cek darah dan kali ini hasilnya memuaskan. Semua berkas untuk operasi putrinya telah siap dan putrinya dirujuk untuk masuk rumah sakit. Di ruang ini Rania diterima untuk memesan kamar. Petugas mengatakan, jika sesuai dengan fasilitas ASKES, Rania mendapat fasilitas golongan II. Golongan II ini kamar di bangsal, dokter yang mengoperasi juga dokter praktek dan harus menunggu antrean yang cukup lama.
“Bagaimana pak, jika saya pindah ke golongan golongan I?” tanya Rania. Ibu pikir-piikir dulu, karena biaya yang dikeluarkan akan bertambah banyak. Dokter bedah dan bius tidak diklaim oleh ASKES dan biaya kamar tentunya akan membengkak, kan tetapi jika golongan I tidak perlu antri. Setelah ibu siap, silahkan ibu telp kami”Kata Petugasnya. Rania memutuskan untuk naik kelas, karena ia takut apa yang dipersiapkan untukoperasi menjadi sia-sia karena telalu lama menunggu. Rania pulang ke rumah lagi, dan menelepon petugasnya keesokan hari. Petugas langsung menyuruh Rania datang ke rumah sakit. Rania ditepatkan di kamar yang isinya dua orang. Orang inni sepertinya orang terkenal, sehingga banyak sekali yang mengunjunginya dan hal ini membuat putrinya tidak nyaman. Rania harus ekstra menenangkannya.
Sejak pagi, ia berada di rumah sakit, putrinya telah dikunjungi oleh dokter yang mengoperasinya. Dokter itu menjelaskan prosedur operasi yang dilakukan. Putrinya harus dikosongkan pencernaannya dan tidak boleh makan dan minum mulai pukul 20,00 – sampai dengan pelaksanaan operasi. Pukul 20,00 tepat perawat datang dan memasang infus di tangan putrinya. Tak tega melihat Putrinya menangis, meronta dalam bedongan perawat. Semakin keras putrinya melawan, perawat semakin kesulitan dalam memasang infus. Harus dua kali perawat memasang jarum infus di tangan Putrinya. Kini Rania memputrinyakan putrinya mengkonsumsi dahulu sebelum ia dilarang makan sampai menjelang operasi. Hatinya dag dig dug, takut putrinya bangun dan minta susu. Alhamdulillah, pagi sejkali perawat telah menjemput Putrinya dan membawanya ke ruang operasi. Rania gelisah menunggu putrinya yang digendong ibunya bersama perawat, apalagi ibunya orang yang penakut. Putrinya keluar dari ruang operasi pukul 11.00 dan diam berada digendongan sampai beberapa lamanya. Putrinya tidak mau diturunkan dari gendongan sampai dipindahkan ke kamar observasi.
Putrinya mulai menangis ketika biusnya telah habis. Putrinya menangis tiada henti seharian. Rania mencoba menenangkan putrinya dengan mengajak jalan-jalan keluar, tetapi tetap saja putrinya menangis. Hingga semua orang yang besok, tidak dapat menahan tangisnya. Dokter menjelaskan bahwa memang wajar kalau bayi menangis ketika selesai operasi, apalagi biusnya telah habis. Dokter menjelaskan apa yang harus dikukan setelah pulang ke rmah. Putrinya tidak boleh makan makanan padat, tidak boleh mnghisap apapun, botol dot ataupun jari tangan selama satu bulan. Rania sangat sedih, mengapa anaknya harus mengalami penderitaan yang tiada henti. Putrinya yang telah terbiasa makanan padat kini harus berhenti total. Sebelum pulang, Rania meminta kepada keuarga agar tidak menyimpan makanan apapun di meja.
Benar saja begitu sampai rumah, Putrinya langsung menunjukkan jemari tangannya ke arah meja, dan tak tega rasanya melihat raut muka putrinya yang begitu kecewa tidak mendapatkan makanan apapun di meja makan. Rania masih harus berjuang hingga luka bekas operasinya menghilang. Bibir Putrinya membengkak dan terus menerus menangis. Selama satu minggu Putrinya harus terbiasa dengan keadaan ini. Setelah selesai satu minggu Rania harus menjaga putrinya agar tidak tergoda oleh makanan. Untunglah tetangganya mengerti, jika putrinya di depan, anak-anak merekapun harus berpuasa agar makan makanan padat. Pernah suatu hari ada orang lewat membawa makanan, Putrinya secara spontan menadahkan tangannya. Tak terasa air mata Rania jatuh menetes dan segera mengaja putrinya ke dalam rumah.
Pernah suatu hari, Marko pulang kerja dan llangsung makan di meja makan , tiba-tiba putrinya datang dan otomatis Marko harus segera lari menghindar dari Rania. Begitulah satu bulan berlalu dan putrinya mengerti kalau ia tidak diijinkan makan.Hingga dokter telah mengijinkan makan dan Putrinya diyatakan sembuh. Anakku sayang kini telah usai penderitaanmu engkau telah bebas makan dan dapat tumbuh normal seperti anak-anak lainnya.
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Anakku Sayang
Sorry, comment are closed for this post.