Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana bila mereka menemukan ketidakselarasan dalam rumah tangga setelah bertahun-tahun menjalani biduk pernikahan? Takdir memang Allah yang menentukan, tetapi Allah juga memberikan kita pilihan. Setidaknya demi mereka yang kita cintai.
Arti Sebuah Komitmen
Cukup mudah bagi semua orang membangun sebuah komitmen, namun tidak semua orang mampu mempertahankan bahkan hanya untuk satu komitmen saja. Indra Karang Pradja dan Alila Cinta Mecca kedua sejoli yang sedang di mabuk asmara itu memutuskan menikah di usia mereka yang masih sama-sama muda. Lila dan Indra, begitulah mereka akrab di sapa. Setelah menikah mereka tinggal untuk sementara waktu di rumah orang tua Indra.
Bertahun-tahun berlalu mereka sudah mampu membeli sebuah rumah luas yang terkesan asri dan nyaman. Indra di sibukkan dengan pekerjaannya sebagai Sales Manager sukses di sebuah perusahaan BUMN ternama di Indonesia, sementara Lila di sibukkan dengan bisnis boutiquenya yang cukup sukses. Sedangkan anak mereka yang bernama Syakila Mecca Pradja yang akrab di sapa Syila kini sudah berusia enam tahun di asuh sendiri oleh Lila.
Bertahan Dalam Rumah Tangga Yang Goyah
Lila bertanya dengan suara tinggi. “Ini apa mas? Jadi begini kelakuanmu selama ini di belakangku?” Teriak Lila sambil menunjukkan layar ponsel di depan wajah Indra. Percekcokan terjadi karena Lila mendapati sebuah pesan mesra di ponsel Indra. “Iya memangnya kenapa?” bentak Indra. “Aku salah apa sama kamu?” ucap Lila dengan air mata yang sudah berlinang. “Kamu masih berani tanya begitu? Seandainya kamu tidak terlalu sibuk dengan pekerjaan dan dirimu sendiri aku tidak akan seperti ini”. Deg, jantung Lila terasa berhenti berdenyut, perlahan tubuhnya seakan melemah. Lila terduduk di kursi di belakangnya. Indra meraih ponselnya dari tangan Lila kemudian pergi meninggalkan Lila yang terisak menahan sesak di dalam dadanya. Lila sama sekali tidak menyangka suaminya mampu menghianatinya.
Si kecil Syila menangis di ujung tangga menyaksikan pertengkaran kedua orang tuanya. Perlahan Syila mendekati Bundanya, mengangkat kepala Lila yang sejak kepergian Indra tadi selalu tertunduk. “Bunda” panggil Syila sambil terisak. Menyadari sang putri ada di depannya, Lila langsung meraih tubuh mungil itu dan memeluknya erat.
Demi Malaikat Kecil Kita
Beberapa hari berlalu sejak pertengkaran mereka terjadi mereka saling diam hingga akhirnya Lila yang memulai percakapan itu. “Mas, aku sudah memutuskan untuk menyerahkan urusan bisnis pada adikmu Adam, mulai sekarang aku ingin fokus di rumah mengurus kamu dan Syila. Aku ingin belajar menjadi istri dan ibu yang baik untuk kamu dan Syila, maafin aku ya mas” ucap Lila. Indra hanya diam, perasaan kecewa kembali menyergap Lila. Hingga akhirnya dia berkata sambil mencondongkan tubuhnya “mas, apa kamu sudah benar-benar tidak mencintaiku lagi? Apa sebesar itukah kesalahanku sehingga tidak ada yang ingin kamu sampaikan untuk memperbaiki hubungan kita?”. Indra kini menunduk seolah memikirkan sesuatu. “Mas, apa kamu lupa dulu kita pernah berjanji kalau kita akan saling mengingatkan bila ada salah satu di antara kita melakukan kesalahan? Tapi kenapa sekarang saat ada sesuatu yang tidak kamu suka dari aku kamu malah pergi, tanpa bicara atau mengingatkanku? Tolong mas demi Syakila, malaikat kecil kita” ucap Lila dengan nada terakhir yang memohon. Indra masih juga tertunduk diam dengan mata yang menerawang. Sepertinya Indra pun menyadari sesuatu yang salah pada dirinya. Namun akhirnya Indra justru berkata “aku capek, aku mau istirahat dulu” ucapnya sambil berlalu berjalan ke lantai atas menuju kamar. Sementara Lila hanya bisa pasrah.
Pagi ini Lila sibuk di dapur, membuatkan kopi susu untuk Indra dan membantu bu Sumi memasak makanan kesukaan Indra. “Selamat pagi Ayah, Bunda, bu Sumi” Syila turun dari tangga dan menyapa semua orang “selamat pagi juga Syila” Ayah, Bundanya serta Bu Sumi menjawab salam Syila bersamaan, dia menghampiri Ayahnya yang sedang duduk di sofa depan dapur. Tubuh mungil Syila menggelayut manja di pangkuan ayahnya. Tiba-tiba Syila berkata dengan mimik wajah yang berubah sedih “Ayah sama Bunda masih marahan ya?” Indra terkejut mendengar pertanyaan dari anak semata wayangnya tersebut, dia memandang Syila dalam-dalam. Sementara Lila hanya melirik mereka sambil menata hidangan di meja makan. Melihat ayahnya tidak menjawab Syila pun melanjutkan kata-katanya “Ayah Bunda, Syila sayang sama Ayah sama Bunda, Syila ga mau Ayah sama Bunda marahan, nanti kalau Ayah sama Bunda marahan terus Ayah pergi siapa yang mau menemani Syila dan Bunda main ke taman bunga. Syila ga mau sendirian Ayah Bunda”, kata-kata Syila seperti palu bogam yang menghantam dada Indra dan Lila. Dengan perasaan terpukul dan bersalah Indra berkata “engga sayang, Ayah sama Bunda ga marahan lagi kok, tenang saja malaikat kecil, Ayah akan tetap menemani Syila dan Bunda bermain di taman bunga kapanpun Syila mau, maafkan Ayah ya sayang sudah membuat Syila sedih”. Sementara Lila menyaksikan pemandangan itu dengan menahan tangis yang menyesakkan dadanya.
Pilihan Hati
Meja makan yang sejak beberapa hari yang lalu terkesan suram kini kembali berwarna dan ceria. Setelah sarapan Indra mengantar Syila pergi ke sekolah, Lila mengantar mereka hingga depan pagar rumah. “Kami berangkat dulu ya Bun, assalamu’alaikum” pamit Indra dan Syila bersamaan sambil melambaikan tangan. Lila menjawab salam dan melambaikan tangan dengan senyum merekah.
Sesampainya di rumah, Indra mengucap salam yang langsung di sambut oleh Lila. Indra menghampiri Lila yang sedang duduk di sofa ruang tengah. “Aku sudah memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengannya, maafkan aku karena sudah bersikap egois padamu dan Syila, insyaaAllah aku tidak akan mengulangi kesalahanku lagi” tiba-tiba Indra bicara sambil memegang erat tangan Lila. “Alhamdulillah” hanya itu yang keluar dari bibir Lila. Indra lalu memeluk Lila dengan penuh kasih sayang. “Terima kasih sudah setia mendampingiku, memaafkanku dan mengingatkanku, aku mencintaimu” ucap Indra penuh perasaan. Lila hanya bisa menangis haru dalam pelukan suaminya itu, dia mengangguk kemudian membalas ungkapan cinta Indra “aku juga mencintaimu mas”. Dalam berkeluarga di butuhkan komitmen yang jelas serta cinta yang kuat dan mendasar. Marilah ayah bunda belajar untuk lebih memahami arti dan tujuan kita membina keluarga. Buah hati kita perlu tumbuh dan berkembang di dalam cinta yang tulus dan sehat dari kedua orang tuanya.
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Des 07, 2021
Kontak Kami
Apabila ada kebutuhan, silahkan hubungi kami melalui kontak di bawah ini.
Comment Closed: Ayah Bunda Ada Untuk Sang Malaikat Kecil
Sorry, comment are closed for this post.