KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » 11. Papa dan Si Moppi

    11. Papa dan Si Moppi

    BY 20 Nov 2024 Dilihat: 84 kali
    Cerita tentang Kami_alineaku

    Lain Si Busu, lain pula Si Moppi. Suatu kali, ketika kerinduan pada Papa kembali mendera, aku berkisah tentang beliau bersama Si Moppi pada anak-anak.

    “Opa juga punya binatang peliharaan lainnya lho. Seekor monyet lucu. Namanya Moppi yang sukanya duduk di pundak Opa lalu pegang bagian belakang kepala  Opa.  Kalian tahu, apa yang Moppi lakukan saat itu? He he he, Moppi lho bergaya seperti seorang Ibu yang sedang mencari kutu di kepala anaknya.”

    Bagaimana respon cucu-cucu Papa? Ya ya yaaa, mereka langsung pada ngakak sambil memegang perut mereka karena merasa saking gelinya membayangkan ada monyet nangkring di pundak Opa-nya. Sungguh luar biasa daya tarik Papaku ini. Cerita lucu tentang diri beliau saja sudah mampu membuat cucu-cucunya  tertawa bahagia. Lagi-lagi, ku tak bisa membayangkan jika Papa ada di sisi.

    Peristiwa di sore itu, sekitar 46 tahun yang lalu, sangat membekas di hatiku. Ternyata, Papa memang seorang yang berhati lembut penuh kasih pada sesama. Betapa tidak, sore itu, demi gembirakan hati anak-anaknya (Mas Eko, aku, dan Dik Erry), Papa rela merogoh kocek, memanggil tontonan Topeng Monyet untuk beraksi di pelataran depan rumah kami. Begitu dung-dung suara tabuhnya terdengar, tiba-tiba sudah banyak anak kecil dan orang tuanya mengelilingi Si Bapak Tukang Topeng Monyet. 

              Si Bapak pun beraksi dengan seekor anjing dan ular sawah yang dikeluarkan dari sebuah kotak kayu di bagian belakang sepeda ‘ontelnya’. Memang terasa ada yang kurang. Ternyata, tidak ada bintang utamanya, seekor monyet seperti biasanya untuk sebuah tontonan ‘Topeng Monyet’. Papa mengajak bicara Si Bapak, menanyakan mengapa tidak ada seekor monyet yang menyertai perjalanan mereka mengais rezeki mencari sesuap nasi.

    Jika ceritaku sudah sampai di sesi ini, anak-anak seakan sudah tak mampu menahan rasa penasarannya. Mereka seperti ingin memastikan apa yang akan Papa lakukan setelah mendengar penjelasan Si Bapak bahwa monyet teman setianya berjuang mencari rupiah sudah mati beberapa minggu yang lalu. Sebelum cerita kulanjutkan, aku justru

    “Kalau menurut kalian, kira-kira … apa yang dilakukan Opa waktu itu?” begitu tanyaku.

    Ternyata, aku yang dibuat takjub oleh jawaban mereka. Sungguh membuat hatiku meleleh. Papa tahu apa jawaban mereka Paa?

    “Pasti Opa ngasih Moppi ke bapaknya ya, Mik,” tanya mereka dengan semangat namun tidak dapat menutupi rasa sedih yang turut membayang.

    “Kok kalian tahu?” jawabku setengah penasaran.

    “Ya tahu lah, Mik. Opa kan orangnya baik hati dan peduli pada orang lain,” jawab mereka.

    “Wah kalian memang anak-anak hebat!” seruku dengan mata berbinar.

    “Memang benar. Akhirnya Opa memberikan Moppi pada bapak Topeng Monyet agar ia punya teman seekor monyet lagi, “ jelasku lebih lanjut.

    “Umik nggak nangis waktu Moppi dibawa bapaknya?” tanya mereka kemudian.

    “Wah, jelas … Umik ya nangis dong. Kan sudah sayang ama Moppi. Pakde Eko dan Om Erry nangis juga. Kami bertiga nangis bareng-bareng. Maunya ya Moppi jangan dikasihkan ke orang,” begitu terangku.

    Tepatnya, aku lupa, sore itu, apa yang Papa ucapkan pada kami bertiga sehingga kami bertiga berhenti menangis dan akhirnya bisa ikhlas melepas Moppi ketika bapak Topeng Monyet pamit hendak beranjak pergi. Kami sempat membelai kepala Moppi beberapa saat sebelum akhirnya hanya bisa melambai-lambaikan tangan seiring Moppi dan keluarga barunya hilang dari pandangan mata kami. Yang pasti, kami mendapat pelajaran berharga baru, peduli dan membahagiakan orang lain itu ternyata begitu bermakna dan membahagiakan diri. Terima kasih Paa, untuk pelajaran hidup luar biasa ini.

     

     

    Kreator : Maryam Damayanti Payapo

    Bagikan ke

    Comment Closed: 11. Papa dan Si Moppi

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021