Alhamdulillah, hari ini aku masih menyempatkan belajar di sela kesibukan mengajar mahasiswa PPG Dalam Jabatan Angkatan I Universitas Negeri Surabaya. Belajar apa malam ini? Aku ngikut acara zoom Belajar dari Bintang bersama Mbak Mia Chuz yang penulis novel Wedding Agreement itu. Moderatornya, Asma Nadia yang penulis best seller Indonesia. Alhamdulillah. Semoga ikhtiarku ini menjadi jalan bagi terwujudnya salah satu mimpiku, menjadi penulis inspiratif. Aamiin ya Rabbal’alamiin.
Walau sudah 38 tahun, aku dan Mas Eko tak lagi bisa merasakan hangatnya telapak tangan Mama. Tak lagi bisa merasakan bahagianya makan dengan suapan dari tangan Mama. Tapi, kenangan bersama sekian puluh tahun lalu itu masih terbingkai manis dalam ruang memoriku.
Aku masih mengingat dengan baik. Tanggal 1 awal bulan, tak seperti tanggal-tanggal lainnya di bulan yang sama. Sungguh, ia penuh arti dan kenangan manis. Betapa tidak, setiap sore di tanggal itu, aku, Mas Eko, dan Dik Erry selalu menunggu Mama pulang dari kantor dengan kegembiraan yang berbeda dengan hari-hari lainnya. Apa pasal? Yaa, karena di tanggal itu, pasti Mama pulang dari kantor dengan membawa bungkusan nasi campur uenak tenan berbungkus daun pisang.
Setiap guru dan karyawan di sekolah, selalu mendapat jatah nasi bungkus daun pisang di tanggal 1 setiap bulannya. Betapa Mama mengalah untuk kami bertiga. Di saat teman-teman lain di kantor menyantap nasi bungkus itu, Mama tidak turut menyantapnya. Dengan hati-hati, Mama memasukkan nasi bungkus itu dalam kantong plastik dan rapikan dalam tas kerja. Mama berasa cukup kenyang menyantap bontotan makan siang sehari-hari yang biasa dibawa dari rumah.
Nasi campur bungkus daun pisang ini memang lain dari yang lain. Selain karena lauknya yang memang menggugah selera, berupa empal daging bumbu merah, oseng tahu lombok ijo, dan kering tempe, juga karena ada cinta yang hangat di dalamnya. Kasih seorang ibu untuk ketiga anaknya yang sudah menanti di rumah.
Seperti biasa, setelah Mama bersih diri dan sholat ashar, maka ritual makan nasi bungkus oleh-oleh Mama pun dimulailah. Masih aku ingat dengan jelas, Mama duduk bersila di karpet merah ruang keluarga kami. Lalu, duduk di hadapan Mama, kami bertiga berurutan dari Mas Eko, aku, lalu Dik Erry. Sebelumnya, Mama tambahkan dulu nasi ke dalam bungkusan untuk mengimbangi porsi lauk yang cukup banyak untuk sebungkus nasi.
Setelah mengawali dengan doa makan, akhirnya dilanjutkan dengan Mama menyuapi kami secara bergantian. Betapa tampak dari binar mata Mama yang indah itu kalau Mama sudah cukup merasa bahagia hanya dengan menyuapi kami dan melihat kegembiraan kami menikmati nasi yang Mama suapkan dari tangan Mama yang selalu hangat itu. Sore itu, kami berempat tertawa bahagia menikmati kebersamaan yang ada. Sungguh, aku mengenang waktu-waktu itu sepenuh hati dan sampai kapan pun karena demikian berartinya bagiku.
Kini, sudah tak ada lagi kebersamaan itu. Tak ada lagi kegembiraan menikmati suapan Mama. Namun, aku sambungkan kegembiraan dalam kebersamaan itu sesuai versiku … happy dengan melihat keceriaan anak-anakku ketika duduk di hadapanku dan menikmati makanan yang aku suapkan pada mulut mereka. Terlebih ketika aku tambah dengan cerita tentangmu Maa dan tentang kebahagiaan uminya makan nasi bungkus disuapin Mama. He he he, kadang mereka jadi agak konyol juga. Mama tahu apa kekonyolan mereka?
“Umi, jadi pengen juga ngerasain disuapin Oma makan nasi campur bungkus daun pisang,” ucap mereka di sela-sela mengunyah makanan.
“Ya seperti ini rasanya saat kalian menikmati suapan nasi dari telapak tangan umi,” begitu jawabku menutup kebersamaan kami itu. Terima kasih atas pengalaman indah dan berkesan di tanggal 1 setiap bulan itu tahun demi tahun. Always love u … Mama.
Kreator : Maryam Damayanti Payapo
Comment Closed: 14. Nasi Campur Bungkus Daun Pisang Itu
Sorry, comment are closed for this post.