KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » 4 September 2021

    4 September 2021

    BY 22 Des 2022 Dilihat: 142 kali

    Oleh : Titie Moka

    Ini adalah hari dimana 33 tahun yang lalu, resepsi pernikahan kami berlangsung. Ma shaa Allah, waktu bergulir begitu cepat. Aku merasa baru beberapa waktu yang lalu aku masih disibukkan mengurus anak-anak yang masih kecil-kecil. Kini aku dan Mas Adi, suamiku tinggal  hanya berdua di rumah. Ke enam anak-anak kami bisa dikatakan sudah mandiri. Jadi kami sekarang hanya mengurus dan melayani diri kami sendiri.

    Awal September yang sangat cerah.

    Udara hangat membuat suasana hati ikut cerah. Tumben, mas Adi minta makan sore pakai bakso. Padahal beliau bukanlah pencinta makanan favorit banyak orang itu.

    Wah, itu ajakan yang menarik. Aku tentu saja langsung setuju. Dengan berbekal dua puluh ribu rupiah aku ke warung bakso yang tidak jauh dari rumah. Hanya butuh waktu 15 menit, aku sudah tiba di rumah. Plus aku membawa satu botol air kelapa tua 1 literan. Kebetulan di depan warung bakso ada kios parut kelapa, nah pemiliknya adalah seorang laki-laki paruh baya yang sangat ramah. Air kelapanya hanya dibagikan secara gratis. Dia sudah hafal siapa saja yang sering datang minta air kelapa termasuk aku.

    Ngomong-ngomong kenapa aku membahas air kelapa ya? Oiya, air kelapa tua sangat cocok bagi orang yang tua seperti kami. Sedang air kelapa muda cocok bagi orang muda. Begitu kata dr. Zaidul Akbar, seorang dokter keturunan Arab yang terkenal konsen pada pengobatan alami. Katanya, cairan Isotonik yang terkandung dalam air kelapa dapat mengikat racun di dalam tubuh dan kemudian mengeluarkannya lewat air seni. Andai saja banyak orang menyadarinya, tentu tidak ada cerita tentang air kelapa dibuang percuma, seperti cerita bapak pemilik kios parut kelapa. Tidak jarang air kelapa hanya dibuang begitu saja, tidak diminum. Padahal aku bahkan rela membelinya jika tidak dibagikan  secara gratis.

    Demikianlah kami makan bakso berdua ditambah dengan minum air kelapa. Sungguh nikmat tak terkatakan.

    Sebenarnya yang membuatnya nikmat adalah perasaan bahagia yang sedang bersemi di hati kami. Tak sengaja kami kembali mengenang masa-masa 33 tahun lalu. Masa sulit yang mewarnai masa lalu kami seakan hanya sebuah cerita biasa yang lewat begitu saja. Kami bersyukur bisa melewati semua kesulitan-kesulitan itu dan kini sampai dititik dimana kami selalu mengucapkan “Alhamdulillah”. 

    Menghayati betapa indah kehidupan yang kami jalani itulah yang menjadikan makan bakso terasa nikmat tak terkira.

     

    Aku tak tau kenapa, aku merasa sudah membayangkan rumah kami ini puluhan tahun yang lalu. Rumah mungil dengan halaman yang penuh bunga. Kicauan burung terdengar sepanjang hari dari alam bebas. Lingkungan yang ramah dan hangat. Sungguh aku sudah membayangkan semua itu jauh-jauh hari sebelum kami berada di tempat ini. Kenyataannya jauh lebih indah dari yang aku bayangkan. Allah maha baik telah menganugerahkan semua ini kepada kami. 

    Hari-hari kulalui dengan jadwal yang padat. Aku merasa perputaran waktu 24 jam itu sangat cepat. Ada beberapa agendaku yang tidak tergarap setiap harinya. 

    Seperti biasa aku berada di Mushola dari jam 03.30-06.00. Ini dapat berjalan sesuai target jika tidak ada anak-cucu yang menginap. Sebab biasanya Mushola dipakai secara bergantian. Ukurannya terlalu kecil untuk digunakan bersamaan. Tidak bijaksana kalau aku berlama-lama di sana. Kalau aku belum sempat mandi sebelum sholat  Subuh maka biasanya aku mandi dulu sebelum ke luar rumah. Hasrat utama tentu saja melihat kebun bungaku. Aku sangat menikmati meneliti satu persatu tanaman hias yang kutanam sendiri. Adakalanya hanya sekedar melihat, adakalanya membuang daun-daun yang mengering atau menggunting dahan yang terlalu panjang. Atau memindahkan posisi mereka yang kurang cocok. Misalnya ada tanaman yang daunnya mengering karena berada di tempat yang terlalu panas atau mengeluarkan tanaman dari tempat teduh ke tempat yang cukup sinar matahari. Menyiram tanaman yang tidak kena siraman air. Hal ini bisa saja terlewatkan bila penyiraman dilakukan dengan selang air. 

    Pokoknya berada di kebun itu sangat mengasyikkan bagiku. Aku bisa berlama-lama di kebun di hari Senin dan Kamis sebab di hari selain kedua hari itu, hariku disibukkan dengan membuat sarapan dan memasak di dapur. Biasanya waktuku habis beberapa jam untuk menyelesaikan pekerjaan emak-emak. Pekerjaan yang tak pernah aku sukai, bahkan sampai aku sudah bercucu delapan orang pun seperti sekarang ini. Meskipun demikian pekerjaan itu tetap aku lakukan dengan riang hati dan kuselesaikan dengan tuntas. 

    Aku selalu berusaha meninggalkan dapur dalam keadaan bersih, rapi dan kinclong usai kegiatan masak memasak tersebut.

    Ya, ada beberapa pekerjaan yang harus kita kerjakan tidak peduli kita suka atau tidak dan ada pekerjaan yang kita sukai harus ditinggalkan tidak peduli kita rela atau tidak rela. Ini biasa terjadi dalam perkawinan. 

    Jika dua belah pihak mau berkorban untuk orang yang disayangi maka akan tercipta kebahagiaan bersama. Tetapi jika ada salah satu yang egois, tidak mau mengalah maka tunggu saja waktunya, “perang” dalam rumah tangga akan berkobar. Cepat atau lambat. 

     

    Wejangan ini yang sering kami sampaikan ke anak-anak. Kami berharap, mereka dapat mengambil beberapa pelajaran berharga dari kehidupan kami diusia senja ini.

     
    Bagikan ke

    Comment Closed: 4 September 2021

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021