Sampai sekarang, aku bersyukur karena dapat meneladankan pada ketujuh putraku untuk ringan dan senang berbagi kepada siapa pun dan dalam kondisi apapun. Pernah suatu hari anak-anak bertanya.
“Mengapa Umi senang sekali membantu orang lain?” tanya mereka.
“Dulu … Opa dan Oma juga melakukan hal yang sama. Opa dan Oma yang mengajari dan mendidik Umi, Pakde Eko, dan Om Erry untuk rendah hati dan senang memudahkan urusan orang serta ringan dalam berbagi rezeki dari Allah,” begitu ceritaku.
“Dulu, Opa dan Oma punya langganan dhu’afa yang rutin ke rumah setiap Minggu pagi. Hingga, Opa dan Oma memberi julukan baru untuk beliau, yaitu pak Minggu,” lanjutku.
“Beliau datang dengan bersarung kotak-kotak, memakai kemeja putih polos berlengan panjang dan bersongkok hitam. Semuanya bersih, namun jelas terlihat bukan barang baru karena sudah mulai memudar warnanya. Beliau selalu duduk di jalan masuk ke rumah karena beliau tak pernah mau ketika Oma minta beliau untuk duduk di kursi teras rumah. Beliau lebih senang dengan bisa duduk berselonjor dan meletakkan tongkat setianya di samping kaki kanannya. Beliau juga selalu tampak menikmati menu sarapan pagi dan minuman teh manis hangat yang Mama sediakan untuk beliau.”
“Setelah makan dan bersantai sejenak, beliau pamit sambil membawa uang pemberian Mama, dan juga kadang sarung atau baju baru.”
Alhamdulillah, cerita ini sangat berkesan dan membekas di hati anak-anak. Hingga saat ini, mereka pun termotivasi untuk meneruskan teladan kebaikan Opa dan Oma pada orang-orang di sekitar atau yang mereka temui, di manapun dan kapanpun.
Kreator : Maryam Damayanti
Comment Closed: 5. Indahnya Berbagi
Sorry, comment are closed for this post.