Siapa yang tidak mengenal kata mudik? Mudik merupakan sebuah tradisi di Indonesia saat hari raya menjelang. Waktu kecil hingga usia SD aku melakukan perjalanan mudik ke rumah kakek dan nenek, meski kami sama-sama tinggal di kota yang sama, yaitu Bandung. Setelah kakek dan nenek tiada, aku mudik ke rumah orang tua karena saat itu aku berkuliah di Kota Bogor. Dan setelah menikah hingga aku memiliki dua orang anak, tradisi tersebut masih kami lakukan.
Tahukah kamu? Di balik setiap perjalanan, pasti terselip sebuah kata yang Namanya “pembelajaran”, tak terkecuali saat mudik. Kali ini aku ingin bercerita “pembelajaran” yang dapat dilakukan bersama anak-anak saat mudik.
Kampung halamanku adalah Bandung, sedangkan kampung halaman suami adalah Klaten. Wah, berbeda kota dan berbeda provinsi ya. Biasanya tujuan kami mudik adalah kedua kampung halaman tersebut, dengan rute Bandung dulu lalu ke Klaten dan sebaliknya. Atau terkadang bergantian tujuan mudik setiap tahunnya sesuai kesepakatan. “Bergantian” dan “membuat kesepakatan bersama” merupakan pembelajaran buat kami dan anak-anak. Armada transportasi umum adalah pilihan kami saat mudik. Bus malam, bus antar kota, atau kereta api. Dari armada itu anak-anak bisa mengenal jenis-jenis kendaraan umum, ciri-ciri, karakteristik, cara membeli tiket, bisa berlatih antri menaiki kendaraan, bahkan berlatih bersabar saat menunggu keberangkatan.
Lantas pembelajaran apa lagi yang bisa didapat dari mudik atau perjalanan keluarga lainnya?
Kemandirian anak-anak dapat dilatih saat persiapan keberangkatan. Saat anakku berusia sekitar 6 tahun, ia sudah mulai dibiasakan menyiapkan barang yang akan dibawa. Mereka sudah berlatih membawa tas sendiri untuk kemudian bertanggung jawab dengan tas tersebut, baik saat akan naik kendaraan maupun selama di kendaraan. Seringkali beberapa keluarga atau teman memberi saran, “Kenapa nggak bawa satu koper besar saja sekalian, biar praktis?” Hal itu tidak salah, itu pun kami lakukan untuk barang-barang tertentu atau saat-saat tertentu. Tapi aku dan suami memiliki misi yang lain yaitu mengasah kemandirian dan tanggung jawab anak-anak. Kami yakin, hal itu akan berguna untuk masa depan mereka.
Keluarga adalah kelompok sosial terkecil di masyarakat. Sebuah kelompok identik dengan kerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan. Keduanya sangat mungkin terbangun saat perjalanan mudik. Sebagai orang tua kita bisa memberikan contoh bagaimana saling mengingatkan menjaga kebersihan, saling membantu dan bekerjasama menghitung tas yang dibawa, ayah menjaga adik saat ibu dan kakak ke toilet, dan lain sebagainya.
Selama mudik, orang tua bisa memupuk nilai toleransi, menjaga kebersihan, tidak merusak properti dan lain sebagainya.
Teman-teman pembaca, pasti juga memiliki pengalaman untuk memberikan pembelajaran bermakna untuk anak-anaknya. Setiap orang tua memiliki cara yang beragam. Bagaimanapun, pastinya semua cara yang dilakukan untuk kebaikan anak-anak di masa depan. Jangan lupa, tetap bersenang-senang ya saat mudik, dan berikan apresiasi atas perilaku baik yang sudah anak-anak lakukan selama mudik.
Kreator : Tina Sugiharti
Comment Closed: Ada Belajar di Balik Mudik
Sorry, comment are closed for this post.