“ Kak, kakak lagi sibuk gak? “
“ Lagi kerjakan tugas sekolah Dion, ada apa?”jawab kak Mirna.
“Bisa bantu aku mengerjakan tugas kimia kak, please?”.
“ Tapi kakak gak jago amat kimia Dion. “ tolak kak ke aku.
“ Ya udah deh kalo nggak bisa. “ dengan perasaan kecewa aku berlalu dari kamar kak Mirna.
Aku intip dari pintu kamar kakak, dia asyik dengan matematikanya. Terkadang sedikit mengernyitkan dahi namun lebih banyak senyuman ringan di wajah kakakku itu.
Aku beranjak mencari ibu ku berharap secercah solusi bahagia akan tugas kimia ku ini.
Ku perhatikan pundak ibu yang mulai turun dan kelihatan tak sekokoh 6 tahun yang lalu.
Warna warni perak mulai menghias mahkota ibu ku, ya rambutnya mulai memutih namun senyumannya tak sedikitpun berkurang, masih sama seperti dulu lembut dan manis, penuh kehangatan akan kasih sayang. Oh betapa aku mencintai dan merindukan dekapan ibu ku itu.
Ku tepuk-tepuk kecil pundak ibuku dan memanggilnya. Ibu ku pun menoleh ke belakang mencari sumber suaraku.
“Ada apa Dion, sudah lapar ya? “
Aku hanya menggelengkan kepala ku. Kunaikkan kedua bibirku dan kurebahkan kepalaku di atas pundak ibu. Ya aku memang manja terhadap ibu ku tapi aku selalu menjaga wibawa mandiri di hadapan semua teman-temanku.
Ibu mengelus kepala ku dan berkata, “ pasti ada masalah tugas sekolah kalau sudah begini. Iya kan? “
Aku hanya menganggukkan kepala ku.
“Sini ibu lihat. “
Ku beri buku tugas kimia ku ke ibu. Ibu membukanya dan seketika melihat angka-angka yang tak lazim menari-nari di buku ku, terlihat jelas ada gerakan shock di gestur tubuh ibu ku, namun beliau sangat profesional banget menyembunyikannya. Itu lah ibu, selalu pandai menyimpan rasa dari buah hatinya.
Ibu tersenyum dan berkata “ wah, coba kamu kerjakan sendiri, kalau ibu yang sudah turun gunung 100 nilaimu, semakin berat beban karena predikat yang Dion sandang” , goda ibu.
“Hhhhmmmmmm, iya deh “ tukas ku.
“Coba tanya kakakmu dulu. “
“Sudah ibu, tapi kata kakak ia gak jago kimia “
“ Ahhh, kak Mirna itu gak mau ribet aja, kamu sodorin aja coklat kesukaan nya baru tugasmu, ajib itu Dion! “ saran ibu
“Oh iya, Dion lupa ibu” sembari menepuk dahi ku. “makasih ya ibu”.
Aku bergegas lari ke warung pak Somad, kubeli 2 batang coklat bertabur kacang mete kesukaan kakak ku.
“Satu tuk kak Mirna dan satu lagi untuk ku” celoteh ku.
***
Ku sodorkan satu batang coklat kesukaan kakak. Kakak langsung sumringah dan menoleh ku.
“Makasih Dion, tau aja kesukaan kakak” kata kak Mirna.
“Eitsss tapi ada syaratnya”
Kakak menghela nafas dan berkata “ hhhhmmmmm, ya uda sini”.
Ditariknya buku tugasku dan dibuka lembar tugas nya. Ada kernyitan di dahi kakak ku, di tutupnya dan menyorong buku dan coklat ke arahku.
“ Kakak nggak yakin mampu kalo masalah penamaan ikatan asam dan basa Dion” ucapnya.
“ Yaelah kakak, pelajaran anak kelas X aja kakak nggak bisa. Kakak kan sudah melewatinya 1 tahun yang lalu. Ayolah kak, please”, pintaku.
Kakak ku itu paling nggak bisa jika ada yang menyepelekan kemampuan akademik nya. Sedikit saja langsung bergelora unjuk kemampuannya.
“ Baiklah, sini kakak lihat lagi, sekalian coklatnya ya, 2 ! “
“Behhh pemerasan ini”, kata ku.
“ Ya terserah, kalo deal kita lanjutkan “ , dengan senyum puas akan kemenangan nya.
“Ok” jawabku.
Dilihat kembali tugasku dan berkata “ Oh, ini rupanya…. Gampil ini Dion”
“ Ah kakak, mentang-mentang 2 coklat, langsung encer tuh otaknya. “ olok ku.
Selang 20 menit kemudian, “ nah… “ sambil menjulurkan buku tugas ke arah ku.
Ku raih kemudian kakak berkata “tutup pintu ku dari luar ya “ . Aku pun segera berlalu.
***
Riuh suasana dalam kelas menciptakan kidung kebahagiaan bagi para pelajar, tak terkecuali aku. Papan waktu menunjukan pukul 6.45 wib, namun tidak seperti hari biasanya, pagi ini penuh sesak akan kepanikan.
Setiap siswa di dalam kelasku tidak menyia-nyiakan sedetik pun untuk bersuka cita. Bergerombolan menulis sumber yang sama.
Tidak dengan ku, aku hanya duduk santai di sudut bangku menikmati buah yang dipetik. Ya, mereka sibuk mengerjakan tugas kimia dari pak Samuel Sihombing.
“Dion, sudah siap?”, tanya ileng.
Namanya Airlangga tapi aku memanggilnya ileng, gelar yang ku sematkan padanya.
Aku mengangguk. Ileng mendekatiku dan berkata “ bro, nyontek dong”.
Ku sodorkan buku tugasku, ileng menyambarnya seketika itu menulis semua jawaban yang ada di buku tugasku.
“ Woi… Ini tugas Dion siap semua, siapa yang mau? “ ucap ileng dengan mengayun-ayunkan buku ku di atas kepalanya.
Tanpa pikir panjang antrian mencontek pun dimulai, tak penting lagi sumber dari mana dan bagaimana, point utama adalah siap, nilai sempurna adalah bonus yang diharapkan terjadi.
“ Kumpulkan semua tugas”. Ucap pak Samuel. “Buka buku paket hal. 15” lanjutnya.
Kelas terasa hening, dingin dan kaku. Putaran bola waktu terasa lambat dan menyiksa batin. Ingin berteriak dan berkata ‘ hentikan ini semua pak’, namun hanya bisa di ilustrasikan dalam khayalan.
Bel akhirnya berdering, kami ingin bersorak girang namun kerongkongan ini seperti dicekik, hampa dan kosong. Begitulah ketika pelajaran kimia berlangsung, sepi dan sunyi, mungkin ini masih tahap saling kenal.
“Silahkan buku tugas ini kamu bagi Dion “, perintah pak Samuel.
Aku beranjak ke meja pak Samuel dan mengambil tumpukan buku kami. Ku bagi satu persatu ke teman kelas ku.
Pak Samuel beranjak dari bangku nya, tersenyum kecil sambil berkata “ hebat kerjasama kalian, dan selamat menangis bersama.”
Kami heran dengan ucapan pak Samuel namun tak ada yang berani bertanya hingga ileng bersuara dengan keras “ wadauu… kursi terbalik “
Mendengar itu pak Samuel hanya tersenyum kecil dan berlalu dari hadapan kami.
Betapa tercengang nya kami ketika membuka buku tugas kimia dan ternyata nilai yang kami peroleh adalah ‘kursi terbalik’.
“Dion………..,.. @@@_+(_&+) @@@ “ ujar teman-temanku, sontak ini semua membuat aku tertunduk malu dan dalam hati aku menjerit ‘ ini gara-gara kak Mirna’. 😌😌😌😌
Kreator: Noer Maya
Comment Closed: ADA KURSI DI KIMIAKU
Sorry, comment are closed for this post.