KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Ada Makhluk Menyerupai Ragaku

    Ada Makhluk Menyerupai Ragaku

    BY 18 Jan 2023 Dilihat: 66 kali

    Oleh : Wilman Satya Permana ( WS Permana)

    Kisah ini terinspirasi dari pengalaman nyata sahabatku, tidak bermaksud untuk membuat resah pembaca apalagi sampai membuat takut, karena ini hanya berbagi pengalaman saja. Sampai sekarang, kejadian seperti ini  pun sering terjadi. Teman-temannya, saudara-saudaranya, tetangganya sering melihat makhluk serupa dirinya. Tapi agar kejadian seperti kisah awal mulanya di bawah ini tidak terulang lagi, membuat orang lain cemas dan takut, sahabatku sering menjawab kepada orang yang melihat “kembarannya“  itu dengan selalu berbicara “ya maaf, waktu itu saya tidak melihat ada kamu,  jadi saya tidak menyapa kamu”.

    Kisah ini bermula dari kejadian beberapa kisah penampakan makhluk yang sering meniru wajah, badan bahkan sampai pakaian dan aksesoris sahabatku. Makhluk itu tidak pernah mengganggu apalagi membuat takut, tapi dia hanya menampakan diri serupa dengan sahabatku. Kejadian ini terjadi sekitar tahun 2000, di mana waktu itu teknologi informasi belum makin canggih seperti sekarang, handphone canggih seperti sekarang yang ada kamera masih belum ada sepertinya.

    Mari kita mulai awal mula kisah ini, bermula dari rumah tempat tinggal sahabatku bersama keluarga bibinya. Bibinya mempunyai suami seorang instruktrur mekanik di IPTN, sekarang PT DI. Mempunyai dua orang anak, satu putra bernama Asep dan satu putri bernama Dewi. Asep telah lulus SMA dan memilih menekuni bakat dan hobinya di bidang seni tari, sedangkan adiknya masih duduk di bangku SMA. Sahabatku masih kuliah tingkat III di perguruan tinggi swasta di Bandung. 

    Dewi mempunyai sahabat baru di sekolahnya bernama Maya yang merupakan pindahan sekolah dari Jakarta, mengikuti ayahnya yang pindah dinas dari Jakarta ke Bandung.

    Bel  tanda jam pelajaran sekolah telah selesai, berbunyi, siswa-siswi SMA pun mulai berhamburan keluar kelas masing-masing. 

    Terlihat dua siswi saling berbisik, “May, jadi kan ke rumah aku sekarang?” berkata salah seorang siswi kepada temannya. 

    “Tentu Wi, aku kan ingin tahu rumahmu dan keluargamu,” jawab temannya. 

    “Tapi keluargaku hari ini semuanya sedang keluar rumah, ayahku kerja, ibuku sedang ke rumah nenek, kakakku sedang les seni tari, kakak sepupuku sedang di rumah orang tuanya, aku sendirian di rumah, nih aku bawa kunci rumah, karena kebetulan aku yang paling duluan masuk ke rumah sekarang. Kebetulan juga kamu ingin main ke rumahku May, jadi bisa nemenin aku di rumah hari ini deh,” kata siswi yang dipanggil Wi dengan muka menggambarkan rasa senang.  

    ”Ok, santai saja Wi,” jawab siswi yang dipanggil May, sambil mengacungkan jempolnya. 

    Ternyata mereka berdua adalah Dewi dan Maya. Mereka berjalan keluar gerbang sekolah menuju jalan raya untuk naik angkutan umum. 

    “May, kita naik angkot satu kali lalu naik delman, tenang saja, ongkosnya aku yang bayarin deh, kamu nggak takut kan naik delman?” kata Dewi. 

    “Ya, nggak lah Wi, aku dulu waktu kecil, sering diajak mamaku pergi ke pasar naik delman,” jawab Maya, sambil tersenyum memandang wajah temannya tersebut.

     Tidak lama kemudian angkot yang mereka tunggu tiba, berhenti di depan mereka, lalu mereka pun naik angkot tersebut. Setelah dua puluh menit, angkot pun berhenti, dan turunlah kedua siswi tersebut di dekat stasiun kereta api. Banyak delman berbaris, sambil menunggu penumpang naik. Dan mereka berdua pun naik delman yang berada di baris paling depan. Tidak lama kemudian beberapa penumpang lain naik delman tersebut, dan mulailah sang Kusir menarik tali kekang kudanya tanda kuda harus mulai berlari. Setelah lima belas menit, tibalah delman tersebut berhenti di sebuah gang. Setelah memberikan sejumlah uang kepada sang Kusir, mereka berdua pun turun.

    “May, nanti kita makan bakso di sana ya, enaaak sekali baksonya, ibuku tadi pagi belum masak, jadi nggak ada makanan di rumah, tapi aku mau ganti baju dulu ke rumah,” kata Dewi. 

    “Wah! Asyiik, kebetulan aku lagi pingin makan bakso yang pedas,” jawab Maya kegirangan. 

    Setelah berjalan lima menit menyusuri gang, mereka tiba di depan sebuah rumah, di ujung gang tersebut. 

    “Ini rumahku May,  yuk, masuk,” Dewi berkata sambil menarik tangan Maya dan dibawa masuk setelah membuka pintu gerbang rumahnya. 

    “Sebentar, aku buka dulu pintunya,” kata Dewi sambil mengambil kunci dari dalam tasnya. 

    “Yuk, masuk May,” ajak Dewi setelah pintu dibuka.

    “May, tunggu ya, aku ganti seragam dulu, duduk-duduk saja dulu, baru nanti kita beli bakso di depan,” kata Dewi sambil pergi meninggalkan Maya yang sedang duduk di ruang tengah menuju kamarnya. 

    “Ya Wi, aku tunggu di sini aja sambil nonton,” jawab Maya sambil mengambil remote TV. 

    Tidak lama kemudian Dewi sudah kembali lagi, memakai kaos t-shirt dan celana jeans yang biasa dipakai untuk pergi keluar rumah. 

    “Yuk, May, kita beli bakso dulu!” ajak Dewi kepada temannya.

    “Wi, bentar, tadi di sekolah kamu bilang keluargamu sedang pergi keluar rumah semuanya, tadi…tadi…aku lihat kakak kamu turun dari tangga lantai atas, lalu masuk ke toilet dan sampai sekarang belum keluar, “ kata May dengan setengah berbisik dan dengan wajah penuh tanda tanya. 

    “Apa! Siapa? bener kamu lihat itu, May?” ucap Dewi  sambil memekik dan wajahnya menjadi pucat seketika sambil menutup mulutnya, terlihat tangannya gemetaran, lalu menarik tangan temannya. 

    “May, ayo kita keluar, cepat!” sambil  berbisik keras, Dewi menarik tangan temannya, mengajaknya keluar rumah secepatnya.

    “Ada apa Wi?!” jerit Maya dengan penuh keheranan.

    ”Ayo! May, kita keluar dulu, nanti aku ceritakan,” Dewi panik dibarengi rasa penuh ketakutan.

    Setelah mengunci kembali pintu rumah, Dewi menarik kembali tangan temannya tersebut seraya cepat berlari ke luar rumah dan tanpa menutup gerbang depan rumahnya, langsung berlari menyusuri gang sambil menarik terus tangan temannya menuju ke arah jalan, di mana tadi mereka turun dari delman. Tanpa berkata-kata apapun, Dewi terus menarik tangan temannya menjauhi rumahnya. Tak lama kemudian mereka pun masuk ke warung bakso. 

    Dengan nafas terengah-engah mereka pun duduk. “Ada apa Wii?” Maya bertanya kembali sambil menatap wajah temannya yang pucat, sementara nafasnya naik-turun seolah-olah merasakan takut yang luar biasa. 

    “Bentar, bentar May, aku tarik nafas dulu, kamu pesan bakso dulu deh, apapun pesananmu, samain aja yaa,” kata Dewi sambil berkali-kali dia menarik nafas sedalam-dalamnya. 

    Maya pun berdiri, melihat daftar menu bakso beserta minumannya, kemudian memanggil Mang bakso. Maya pun menunjuk pesanannya dan mengacungkan dua jarinya tanda pesanan dibuat dua.

    Dia kembali, kemudian menatap wajah Dewi sambil berkata, “Ada apa sih Wi sebenarnya?”

    Setelah menarik nafas sekali lagi, Dewi pun berkata, “Gini May, sebelumnya aku mau bertanya dulu, apa yang kamu lihat tadi bener? coba bagaimana badan dan wajahnya?”

    Dengan rasa heran, Maya merenung sebentar, lalu berkata, ”Beneer Wi, aku lihat lelaki lumayan ganteng, tinggi, badannya cukup atletis, dia turun dari tangga, dia manggut ke arahku, senyum sebentar lalu menunduk, kemudian masuk ke dalam toilet,” Maya menerangkan sambil jari telunjuk dan jari tengahnya menirukan orang berjalan. 

    “Apa pakaian yang dipakainya, May?” tanya Dewi kemudian.

    “Ada apa siih Wi? aku jadi agak takut niih,” berkata Maya sambil kedua tangannya memegang lengan Dewi yang duduk di depannya. 

    “Pokoknya jawab aku aja dulu May, apa pakaiannya?” tanya Dewi lagi, sambil memegang balik kedua telapak tangan temannya yang memegang tangannya. 

    “Pakaiannya t-shirt lengan panjang warna hijau, celananya, celana olahraga berwarna biru”. 

    “Baju A Iman,” Dewi bergumam. 

    “Ada apaa Wii? aku makin bingung dan takut niih..,” dengan setengah memekik sementara tangannya menggoyang-goyangkan tangan temannya tersebut.

    “Begini May, tapi sebelumnya, aku minta kamu jangan kaget dan takut ya,” Dewi berusaha menenangkan Maya.

     “Neng, ini bakso dan minumnya,” tiba-tiba pelayan bakso datang, sambil membawa dua mangkuk bakso dan dua minuman, tanpa disadari oleh kedua gadis tersebut.

    “Duh! si Mang ngagetin aja,” Dewi terkejut sambil memegang dada dengan tangan kanannya.

    “Hehe, maaf Neng, atuh meni seurieus banget ngobrol teh sampai tak tahu Mamang datang, oh, ya, si Mamah ke mana? tumben, biasanya kalau siang-siang begini suka makan bakso,“ ucap Mang bakso berusaha bercanda untuk menenangkan  kedua gadis tersebut, yang kelihatan wajah mereka tegang sekali. 

    “Iya Mang, si Mamah sedang ke rumah nenek,” jawab Dewi. 

    “Ooh, sok atuh dimakan baksonya, Mamang mau cuci mangkok dulu ya,” kata si Mang bakso sambil meninggalkan keduanya karena kebetulan di warung tersebut tidak ada orang lain lagi selain kedua gadis tersebut.

    “Ayo May,  kita makan bakso sambil aku ceritakan kejadian tadi ya,” kata Dewi sambil mulai menambahkan satu sendok sambal ke dalam mangkuk baksonya.

    ”Begini May, di rumahku ada ayahku, ibuku, kakakku, dan tinggal pula kakak sepupu aku, putra dari kakak ibuku. Sejak kecil dia kehilangan ibu kandungnya, meninggal karena sakit, karena masih sangat kecil, ibuku merawat dia sampai sekarang. Ayahnya telah menikah lagi, ketika kakak sepupuku berumur tujuh tahun, tetapi dia tetap memilih tinggal bersama keluargaku. Jadi ibuku pun sudah menganggap sebagai anak sendiri. Tetapi sekarang kakak sepupuku itu sudah kuliah tingkat III, dan kampus kuliahnya berdekatan dengan rumah ayahnya, jadi kalau ada jadwal kuliah, dia tinggal bersama keluarga ayahnya, tetapi kalau lagi libur atau tidak ada jadwal kuliah, dia lebih senang tinggal bersama kami. Dia tidak pegang kunci cadangan rumah kami, kebetulan ada tiga kunci cadangan, hari ini kunci rumah dipegang aku, ayahku dan ibuku, sedangkan kakakku jarang pulang kalau sedang ada acara di sanggar tarinya. Kan kamu tahu sendiri, aku tadi buka pintu yang terkunci, jadi tidak mungkin ada yang masuk selain yang pegang kunci,” Dewi menceritakan anggota keluarga yang tinggal di rumahnya kepada Maya.

    “Iya Wi, aku baru sadar, iihh, jadi siapa atuh itu, Wii? aduuh aku jadi takuut,” Maya berkata setengah menjerit, sambil menutup muka dengan kedua tangannya.

    Wajahnya langsung pucat, tangan gemetaran dan terlihat keringat di kening Maya. 

    “Tenang, tenang, May, mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa. Aku pun takut juga May, baru kali ini di rumah ada kejadian seperti ini,” ucap Dewi berusaha terus menenangkan temannya tersebut. 

    “Wi,  aku merasa kurang enak badan, aku pulang sekarang aja,” kata Maya terlihat matanya sudah mulai berair. 

    “Ayo May! boleh aku ikut ke rumahmu? aku pun belum berani masuk ke rumah sekarang, aku akan tunggu sampai pulang ibu atau ayahku, di rumahmu saja ya,” kata Dewi sambil mengusap-usap punggung temannya tersebut. 

    “Aku minta maaf ya May, karena aku ajak kamu ke rumahku, jadi terjadi kejadian seperti ini,” Dewi melanjutkan ucapannya.

    “Mang, berapa semuanya?“ tanya Dewi ke Mang bakso yang baru datang  setelah selesai mencuci mangkok.

    “Waah, Neng, kok cepet-cepet, itu baksonya belum habis, minumnya juga, kenapa Neng?” ucap Mang bakso keheranan.

    ”Iya Mang, ini temen aku mendadak kurang enak badan, aku mau anter pulang dulu ke rumahnya,” jawab Dewi sambil menyerahkan uang lima puluh ribuan.

    ”Waduh, kok mendadak jadi sakit? tadi mamang lihat temennya si Eneng nggak apa-apa, kenapa sekarang jadi sakit ya?” Mamang bakso mengutarakan rasa herannya.

    ”Iya Mang, sebenarnya tadi pun sudah terasa, tapi sekarang mungkin makin parah,” jawab Dewi.

    ” Iya atuh, Neng, cepat istirahatkeun, biar cepet sembuh, ini kembaliannya Neng,” saran Mang bakso.

    ”Terima kasih Mang, mangga Mang! Ayo May, kita tunggu delman dulu, disini agak susah kalau naik angkot, kita naik delman dulu sampai jalan di sana,” ucap Dewi sambil menuntun tangan Maya, yang kelihatan berjalan agak limbung.

    “Sama-sama Neng, hati- hati di jalan,” kata Mang bakso sambil menatap ke arah dua gadis tersebut, yang keluar meninggalkan warung baksonya. 

    Tidak lama kemudian, ada delman melewati mereka berdua, lalu Dewi memberhentikan delman tersebut dan mereka pun naik. Sepuluh menit kemudian delman telah sampai di sebuah terminal kecil tempat pemberhentian angkutan umum. Mereka pun turun dan langsung naik angkutan umum yang telah ada beberapa orang penumpang di dalamnya. Tak lama kemudian, mobil angkutan umum pun mulai maju berjalan. Selama di perjalanan mereka berdua terdiam, tidak saling bicara sepatah kata pun. Setelah tiga puluh menit perjalanan,  mobil angkutan umum itu pun berhenti di depan sebuah gapura perumahan cukup elit, terlihat dua siswi itu pun turun dari mobil angkutan umum. Setelah membayar ongkos, mereka pun berjalan ke dalam kawasan perumahan sampai tiba di depan sebuah rumah cukup besar.

    “Ayo Wi, masuk! ini rumahku,” setelah sekian lama terdiam akhirnya terdengar suara Maya mulai berbicara kembali. 

    Mereka pun masuk setelah membuka pintu gerbang. “Assalamualaikum Maa! aku pulaang!”, teriak Maya sambil mengetuk pintu rumahnya. 

    “Waalaikum salaaam, terdengar suara dari dalam rumah, kemudian terdengar bunyi kunci rumah dibuka.

     “Maa, ini temenku Dewi, Wi, ini Mamaku,” Maya memperkenalkan keduanya. 

    “Iya Tante, saya Dewi, teman Maya di sekolah,” Dewi memperkenalkan diri. 

    “Oh ya, silahkan masuk, terima kasih telah berkunjung ke rumah Maya,” ucap Ibu Maya sambil mempersilahkan mereka masuk. 

    “May, ajak Dewi makan siang dulu, pasti kalian lapar,” kata Ibu Maya setelah mereka masuk ke dalam rumah.

     “Nggak Ma, kami sudah makan bakso tadi di rumah Dewi,” jawab Maya sambil menarik tangan Dewi menuju kamar Maya.  

    “Iya Tante, tadi sudah makan bakso di dekat rumah Dewi,”  ucap Dewi sambil mulai berjalan menuju kamar Maya. 

    “Ooh, tapi kalau mau apa-apa tinggal ambil aja yaa, Mama mau menyelesaikan kerjaan Mama dulu, tadi belum selesai,” kata Ibu Maya sambil berjalan menuju ke arah dapur. 

    “May, sebentar,  boleh nggak aku ikut telpon ke rumah ayah kakak sepupuku? kebetulan tadi aku lihat ada telepon di ruang tengah, aku mau memastikan apa A Iman masih di sana?” tanya Dewi. 

    “Ya, betul Wi! coba kamu telpon, pastiin kakak sepupu kamu, A Iman ya namanya, ada di sana nggak?” Maya menunjukan wajah serius layaknya seorang detektif, sambil menarik tangan Dewi ke arah telepon di ruangan tengah. 

    Lalu Dewi mulai memutar nomor telepon yang dituju, tidak lama nada tunggu berbunyi, lalu terdengar suara telepon diangkat. 

    Terdengar suara seorang pria di telepon, “Haloo, Assalamualaikum!” 

    “Waalaikum salam, Wa, ini dengan Dewi, ikut nelpon dari rumah teman,” jawab Dewi yang sudah kenal suara uwanya yaitu ayah kakak sepupunya. 

    “Ada apa Wi?” kembali terdengar suara.

     “Wa, kalau A Iman ada?” tanya Dewi kepada pria di telepon. 

    “Ada Wi, A Iman sudah dua hari sakit, tidak kemana-mana, terbaring saja di kamarnya, demam juga, masuk angin mungkin Wi, sore ini, Uwa mau bawa ke dokter, mau dipanggilin?” tanya pria tersebut. 

    “Nggak usah Wa, kasihan kalau sakit mah, mau tanya aja kapan ke rumah Dewi, mau minta bantuan mengerjakan tugas sekolah Wa, Dewi nggak bisa, tapi kalau sakit, nggak apa-apa, jangan pergi dulu, biar sehat dulu, Dewi mau minta tolong temen aja,” jawab Dewi sambil melihat ke arah Maya yang sedang duduk di sampingnya sambil mendengarkan pembicaraan Dewi dengan uwanya. Terlihat wajah Dewi berubah menjadi pucat dan menggambarkan ketakutan yang luar biasa. 

    “Ya Wi, nanti Uwa bilang ke A Iman kalau sudah sembuh ya,” jawab pria di telepon kemudian.

     “Ya Wa, terima kasih, Assalamualaikum,” Dewi pamitan. 

    “Waalaikum salam,” terdengar suara telepon ditutup.

    “Gimana Wii? A Imannya ada?” bisik Maya sambil memegang pundak Dewi dan mengoyang-goyangkannya.

     “Ada May, sudah dua hari A Iman sakit, nggak kemana-mana, terbaring saja di kamarnya,” jawab Dewi dengan wajah makin memucat. 

    “Apaaa?! Wiii! Lalu siapa tadi di rumahmu itu?!” Maya menjerit lalu tubuhnya limbung, dan kemudian jatuh pingsan ke lantai. 

    “Mayaaaaaa! Tanteee! Tolooooong! Mayaaaa!” Dewi berteriak panik sambil memegang tubuh Maya yang tergeletak di lantai.

    Bagikan ke

    3 Komentar Pada Ada Makhluk Menyerupai Ragaku

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021