KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Adibah Salikha Atmarini

    Adibah Salikha Atmarini

    BY 21 Okt 2024 Dilihat: 194 kali
    Adibah Salikha Atmarini_alineaku

    Adibah Salikha Atmarini namanya, anak kedua dari dua bersaudara pendiam dan cuek namun sedikit manja. Duduk di kelas VI SDN 01 Pertiwi. Sepulang sekolah banyak hal yang akan diceritakan mulai dari awal masuk hingga pulang dari sekolah, ia jarang sekali istirahat siang apalagi kalau waktu lesnya bertepatan dengan hari itu, ada saja yang dikerjakannya, entah itu membaca, mengerjakan tugas, menggambar, dan bermain keyboard

    Hari ini hari Selasa, biasanya Aku yang lebih dulu tiba di rumah daripada Nina, panggilan akrabnya, karena jadwal ngajarku untuk jam terakhir kosong. Kudengar seseorang membuka pintu depan.

     

    “Assalamualaikum…,” suara Nina, anak perempuanku, yang baru saja pulang dari sekolah. Aku harus segera menjawabnya, ia akan kesal kalau salamnya tidak segera dijawab.


    “Waalaikummusalam…,”

    “Mah, saya mau cerita,” kalimat itu selalu diucapkannya setelah meletakkan sepatu di tempatnya.

    “Ehm…, cerita apa?” 

    “Sebentar saya ganti baju dulu,” tanpa kuiyakan, ia telah berlalu dari hadapanku.

    “Tadi, Bu Rini guru matematika memberi kami kuis,” mulailah ia mengawali ceritanya.

    “Bisa kamu kerjakan?” tanyaku kepadanya.

    “Bisa, tapi ada satu nomor yang saya kurang teliti, jalannya sudah benar tapi hasilnya bukan sampai disitu masih harus dikalikan lagi,” jelasnya kepadaku.

    “Tidak mengapa. Lain kali harus lebih teliti lagi, tidak usah buru-buru mengumpulkan tugas. Periksa sekali lagi,” nasihatku kepadanya. 

    Cerita ia tidak akan berhenti sampai pelajaran itu saja, pasti semua pelajaran yang dilalui dan aktivitas yang dilakukan pada saat itu tidak terlewatkan. Aku juga akan merasa ada yang kurang jika ia pulang sekolah tidak menceritakan tentang semua yang dilakukannya di sekolah.

    “Mah, saya mau makan, terus kerjain PR,” lapornya kepadaku.

    “Iya,” jawabku singkat.

     

    ***

     

    Suara adzan berkumandang, kudengar Nina telah bangun sambil membereskan buku-buku yang telah dipelajarinya semalam. Tiada waktu tanpa belajar, tekun, ulet, pantang menyerah dan jujur, baik dalam tindakan maupun tutur kata, serta rajin melaksanakan shalat. Tak pernah kudengar ia berbohong, pasti segala hal akan dilaporkan kepadaku.

    “Tuhan, terima kasih Engkau telah memberikan anak-anak yang cerdas dan suami yang baik dan sholih kepadaku. Inilah anugerah ternikmat dari-Mu, ya Tuhan,” batinku dalam hati.

    “Mah, bangun,” suara pelan dari balik pintu kamarku, membuyarkan lamunanku.

    “Iya, Mamah sudah bangun,”

     

    Setelah sholat subuh, kami sibuk dengan segala keperluan kami masing-masing. Aku menyiapkan sarapan. Angga, kakak Nina, juga sibuk mempersiapkan apa yang akan dibawanya ke sekolah. Suamiku mengeluarkan motor sekaligus membersihkannya.

    “Mas Angga, Nina, sarapan dulu,” panggilku kepada mereka. Kebiasaan yang kami lakukan di rumah sarapan dulu setelahnya itu baru mandi. Dan, suamiku lah yang bertugas mengantar mereka pergi dan pulang sekolah.

     

    Hari ini, kulihat raut wajah Nina nampak lesu tak bersemangat, ia lebih dulu pulang dariku. Kusapa ia dengan pertanyaan yang biasa aku tanyakan apabila ia lebih dulu pulang.

    “Bagaimana di sekolah?”

    “Saya sudah cerita dengan Papa,” 

    Kebetulan suamiku belum balik lagi ke kantor.

    “Kenapa cemberut, sudah makan?”

    “Mah, jangan marah. Tadi ulangan harianku dapat rendah, tidak remedial tapi pas-pasan,” jelasnya kepadaku dan itu yang membuat aku bangga kepadanya atas kejujurannya.

    Ia tidak akan menyembunyikan sesuatu walaupun itu mungkin bisa membuatku marah.

    “Kenapa bisa?” tanyaku lagi.

    “Tidak tahu, padahal saya sudah belajar dan hafalkan tadi malam,” lanjut ia menjelaskan padaku.

    “Ya, sudah, mungkin kamu keliru saja. Makanya pahami dulu pertanyaannya, apa permintaan soal itu,” kataku mengingatkannya lagi.

    Tak ada jawaban hanya wajahnya yang terlihat murung.

     

    Nina kadang membuatku agak sedikit was-was. Ia akan merasa tertekan dan stres jika nilai yang ia dapatkan kurang memenuhi harapannya. Ia belum memahami bahwa segala apa yang kita lakukan dan ingin kita raih tidak selamanya berjalan mulus, banyak rintangan maupun tantangan yang harus dihadapi. Dan, perjuangan untuk meraih impian tidak semudah apa yang kita bayangkan. Hasil yang dicapai saat ini bukan menjadi hasil akhir.

     

    Hari-hari berlalu dengan kegiatan aktivitas kami, begitu pula Nina yang sedang menghadapi ulangan semester satu. Ketekunan, keuletannya belajar, dan doanya di setiap sholatnya membuatku terharu. Malam dan subuh menjadi waktu ia untuk belajar,

    “Tuhan, mudahkanlah pekerjaannya,” doaku dalam hati.

     

    Hari Sabtu hari yang membuat Nina merasa sedikit tegang, pasalnya hari ini adalah hari dimana sekolah mereka melaksanakan pembagian buku laporan dan pengumuman ranking. Kegelisahan sejak malam ditunjukkannya padaku, kalimat agar nilainya tidak turun dilontarkannya sampai beberapa kali kepadaku. Sungguh, kegelisahan yang tidak membuatnya tenang.

    Jam menunjukkan pukul 06.15, Nina telah siap untuk berangkat ke sekolah, tiba-tiba terdengar notifikasi pesan dari ponselnya. Kutangkap wajah tegangnya, ia menghampiriku dan berkata,

    “Mah, temanku tadi bilang, dia sudah tahu semua peringkat-peringkat di kelasku,” belum lagi ku bertanya air matanya telah jatuh menetes semakin lama semakin banyak.

    “Eh, sudah berdoa saja…” ingin ku lanjutkan tapi bunyi pesan kembali dari ponselnya.

    Temannya mengatakan bahwa ia peringkat delapan. Pecahlah tangisnya di pelukanku. Sungguh, ia belum pernah merasakan arti sebuah kegagalan. Ku elus pundaknya sambil berkata,

    “Sabar, tidak semua apa yang kita inginkan dapat kita raih. Anggap ini satu keberhasilan yang tertunda dan ini akan membuat kamu lebih memotivasi diri untuk lebih berusaha keras lagi. Jangan pernah beranggapan kegagalanmu ini karena ada hal-hal yang tidak semestinya terjadi, berbaik sangkalah dan pacu dirimu untuk menghadapi ujian nasional nanti. Masih ada waktu sekitar lima bulan untuk berbenah diri memperbaiki segala kekurangan yang membuatmu gagal. Ingat sekali lagi, kegagalan ini adalah suatu keberhasilan yang tertunda.”

    Kutemani ia untuk beberapa saat sambil menenangkan hatinya. 

     

    Adiba Salikha Atmarini adalah seorang anak yang tekun, berbakat, pantang menyerah. Ia akan bangkit tuk menjadi yang lebih baik lagi bukan untuk mengalahkan siapa tapi lebih dari untuk membekali dirinya dengan segudang ilmu, raih mimpimu dengan ketekunan, keuletan, kejujuran, dan pantang menyerah, dukungan doa selalu menyertai untuk keberhasilanmu, sekarang dan nanti. Bulatkan tekad, jadikan dirimu orang kuat dalam menghadapi segala macam rintangan, seiring berjalannya waktu engkau pasti bisa.

    ***

     

    “Sebesar kemauanmu sebesar itu pula yang kau dapatkan.”

     

    Kreator : Adibah Salikha Atmarini

    Bagikan ke

    Comment Closed: Adibah Salikha Atmarini

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021