KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Aksi » Akhir dan Awal

    Akhir dan Awal

    BY 03 Jul 2024 Dilihat: 50 kali
    Akhir dan Awal_alineaku

    Malam setelah deklarasi, Ilta dan Svetlana duduk di balkon kediaman Videnbe, memandang bintang-bintang yang berkelip di langit malam. Udara malam yang sejuk menyelimuti mereka, memberikan rasa damai setelah hari yang penuh dengan diskusi dan keputusan penting. Ilta mengenakan pakaian santai, namun tetap mempertahankan simbol keluarganya di dada, sementara Svetlana mengenakan gaun putih yang kontras dengan rambutnya yang panjang di ikat rapi dan sayapnya disembunyikan.

     

    “Aku merasa beban ini semakin berat setiap harinya,” kata Ilta sambil menghela napas panjang, pandangannya terpaku pada bintang-bintang di langit. “Menjaga kerajaan ini dari balik bayangan tidaklah mudah. Aku terus menerus membuktikan diri sebagai pemimpin sementara.”

     

    Svetlana meraih tangan Ilta dan menggenggamnya erat, memberikan dukungan yang tulus. “Kau tidak sendirian, Ilta. Aku dan keluarga Videnbe akan selalu berada di sisimu. Kita telah melewati banyak hal bersama, dan kita akan terus menghadapi semua tantangan ini bersama.”

     

    Ilta tersenyum lembut, merasakan ketenangan dalam genggaman tangan Svetlana. “Aku tahu. Terima kasih, Svela. Denganmu di sisiku, aku merasa lebih kuat.”

     

    Di bawah langit malam yang penuh bintang, Ilta dan Svetlana memandang keindahan langit yang tak berujung. Angin malam berhembus lembut, membawa keharuman bunga-bunga dari taman di bawahnya.

     

    Dari balik pintu balkon, muncul Radostaw, kepala keluarga Videnbe dan ayah angkat Ilta, diikuti oleh Ivana, ibu angkat Ilta, serta Sybil dan Walter, kakak angkatnya. Mereka melangkah maju dengan senyuman hangat.

     

    Radostaw adalah yang pertama berbicara, suaranya lembut namun penuh wibawa. “Ilta, siapa teman yang kau ajak kesini malam ini?”

     

    Ilta berdiri, menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. “Ayah, Ibu, Kak Sybil, Kak Walter, ini Svetlana. Dia adalah seseorang yang sangat penting bagiku.”

     

    Ivana, dengan mata yang penuh rasa ingin tahu, mendekati Svetlana. “Svetlana, senang bertemu denganmu. Kau memiliki penampilan yang sangat mirip dengan Ilta dari sisi Aria. Sungguh cantik.”

     

    Sybil, yang selalu penasaran, menyela dengan senyum khasnya. “Benar-benar pasangan yang identik. Apakah kalian sudah lama mengenal satu sama lain?”

     

    Ilta dan Svetlana saling memandang, terlihat sedikit gugup. Svetlana berbicara dengan sedikit gugup, “Sudah cukup lama jika itu tentang kebersamaan… tapi kami baru berkenalan beberapa waktu yang lalu.”

     

    Ilta memutuskan untuk sedikit membuka rahasia mereka. “Sebenarnya, ada sesuatu yang perlu kalian ketahui. Svetlana bukan sosok biasa. Dia adalah seorang Angeluc, pelindung yang diutus dari langit. Wujud manusianya diambil dari diriku dan Bundaku, Aria.”

     

    Radostaw mengangkat alisnya, terlihat sedikit terkejut. “Angeluc? Jadi, Svetlana adalah berasal dari alam Cristvo Bozije?”

     

    Svetlana mencoba menjawab dengan suara yang lembut, “Itu… benar. Aku adalah pelindung Ilta dan sejak kecil aku terus melindungi keluarga Jedlicka.” sayap putih keemasan muncul perlahan, memberikan cahaya yang menenangkan.

     

    Walter menambahkan pertanyaan, “Jadi, apa hubungan kalian sebenarnya? Kalian terlihat sangat dekat.”

     

    Ilta menghela napas, mencoba untuk tidak terlihat terlalu canggung. “Kami… terhubung sebagai utusan Sang Ilahi. Svela adalah seseorang yang sangat aku hargai dan aku… aku merasa beruntung memiliki dia di sisiku.”

     

    Svetlana meraih tangan Ilta, menggenggamnya erat. “Ilta adalah sosok yang kuat dan bijaksana. Dia memperlihatkan padaku bahwa harapan adalah alasan terkuat untuk terus maju, dan aku harap aku bisa melakukan hal yang sama untuknya.”

     

    Ivana memandang mereka dengan penuh kasih sayang. “Ilta, Svetlana, apakah ini berarti kalian… sudah mengikat janji?”

     

    Ilta mengangguk perlahan, tersenyum malu. “Ya, kami telah mengikat sumpah suci. Awalnya aku ragu, tapi Sang Ilahi menyakinkanku untuk menerima Svela karena telah bersama sejak kami kecil.”

     

    Radostaw tersenyum lembut, merasakan kejujuran dalam kata-kata mereka. “Sejujurnya, kalian berdua tampak sangat cocok. Svetlana, kau diterima di keluarga ini dengan tangan terbuka. Ilta selalu dianggap seperti putra kami disini dan begitu pula dirimu.”

     

    Ivana menambahkan, “Ya, kami bisa melihat betapa pentingnya Svetlana bagi Ilta. Kalian berdua memiliki banyak kesamaan, tidak hanya dalam penampilan, tetapi juga dalam cara kalian berbicara dan bertindak.”

     

    Sybil dan Walter saling memandang, kemudian Sybil berkata, “Kami senang bisa mengenalmu, Svetlana. Jika Ilta percaya padamu, maka kami juga percaya.”

     

    Walter mengangguk setuju. “Ya, dan jika kau pernah butuh bantuan, jangan ragu untuk meminta tolong. Kami adalah keluargamu sekarang.”

     

    Malam itu di balkon kediaman Videnbe, di bawah langit yang penuh bintang, Ilta dan Svetlana merasakan kehangatan persatuan dan cinta yang menguatkan tekad mereka untuk menghadapi masa depan Zima. Dengan dukungan dari keluarga Videnbe yang setia, mereka yakin bahwa mereka bisa membawa kerajaan ini menuju era baru yang penuh harapan dan kemakmuran.

     

    Gerhana Sabit

    Ilta mendapatkan sebuah penglihatan tentang orang tuanya melalui indra keenamnya. Dalam penglihatannya, ia melihat bayangan orang tuanya yang hilang, memberikan petunjuk tentang keberadaan mereka. Tanpa ragu, ia bergegas menuju istana Cerny Hrustal, tempat dimana kristal-kristal magis menyimpan berbagai rahasia kerajaan. Di sana, ia menemukan sebuah kristal yang bersinar terang, menunjukkan sebuah tempat di perbatasan yang harus ia tuju.

     

    Dengan tekad bulat, Ilta memutuskan untuk pergi seorang diri. Ia merasa bahwa ini adalah perjalanan yang harus ia lakukan sendiri untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang telah lama mengganggunya. Sebelum pergi, Ilta berpamitan kepada keluarga Videnbe dan para pasukan yang telah lama ia latih.

     

    “Semuanya,” kata Ilta, suaranya penuh emosi. “Aku harus pergi mencari orang tuaku. Aku melihat mereka dalam penglihatan. Mereka terperangkap di suatu tempat di perbatasan benua Vetru.”

     

    Radostaw menatap Ilta dengan penuh kebanggaan dan kekhawatiran. “Ilta, kau tahu bahwa kami selalu mendukungmu. Tapi berhati-hatilah di luar sana. Dunia ini penuh bahaya yang tak terduga.”

     

    Ivana meraih tangan Ilta, matanya berkaca-kaca. “Kami akan selalu menunggumu kembali, anakku. Ingatlah bahwa keluarga Videnbe selalu ada untukmu.”

     

    Sybil dan Walter, meski ingin ikut, memahami bahwa ini adalah misi pribadi Ilta. Mereka memberikan pelukan hangat sebelum melepaskannya pergi.

     

    Sementara itu, Svetlana mencoba mengikuti Ilta, namun ia dihentikan oleh pemuda itu. “Svela, aku tidak bisa membiarkanmu ikut. Aku tidak ingin kehilanganmu seperti aku kehilangan mereka.”

     

    Svetlana, dengan mata yang penuh tekad, membalas, “Ilta, kau tahu bahwa aku bisa membantumu. Kita lebih kuat bersama.”

     

    Ilta menggeleng, “Kumohon, tetaplah di sini dan jaga kerajaan Zima.”

     

    Ilta masih memiliki rasa ketakutan yang mendalam jika Svetlana mengikutinya. Ia tidak ingin menghadapi kemungkinan kehilangan keluarganya lagi. Namun, Svetlana hanya bisa mengikuti kemauan Ilta sementara waktu. Namun pada akhirnya, Ivana berbicara dengan mereka, memberikan nasihat bijak.

     

    “Ilta, Svetlana, kalian berdua lebih kuat bersama. Jangan biarkan ketakutan memisahkan kalian. Jika kalian saling melindungi, kalian pasti berhasil.”

     

    Ilta mengalah dan akhirnya memutuskan untuk pergi bersama Svetlana. Mereka mempersiapkan perlengkapan dan memunculkan sayap-sayap mereka yang megah. Dengan satu gerakan, mereka terbang dengan cepat menuju perbatasan benua, meninggalkan jejak cahaya indah yang menghiasi langit siang kerajaan Zima.

     

    Ilta mengalah dan akhirnya memutuskan untuk pergi bersama Svetlana. Mereka mempersiapkan perlengkapan dan memunculkan sayap-sayap mereka yang megah.

     

    Ilta mengenakan tunik biru tua dengan lambang kerajaan Zima di dada, celana kulit hitam yang fleksibel, dan mantel hitam panjang dengan lencana  perak berbentuk simbol keluarga Jedlicka yang menambah kekuatannya.

     

    Svetlana mengenakan gaun putih gading dengan bordiran emas, serta mantel panjang berwarna putih salju dengan lambang kerajaan Zima. Rok panjang dan sebuah lencana di mantelnya berwarna emas berbentuk kristal es yang menambah keanggunannya.

     

    Ilta membuka kedua pasang sayapnya. Yang pertama adalah sayap putih keemasan seperti milik Svetlana, berkilauan di bawah sinar matahari. sayap keduanya adalah sayap yang dulunya terbuat dari rantai, kini berubah menjadi sayap sempurna, berwarna perak dengan kilauan biru. Perpaduan keduanya menciptakan tampilan yang luar biasa megah.

     

    Perjalanan Ilta dan Svetlana menuju perbatasan benua berlangsung dengan kecepatan dan ketekunan luar biasa. Di tengah perjalanan, mereka merasakan perubahan mendadak dalam suasana alam. Langit yang semula cerah tiba-tiba menjadi gelap, dan gerhana mulai terjadi.

     

    Dari kegelapan gerhana, muncul sosok misterius yang tampak tidak terikat oleh takdir dunia ini. Ia mengenakan zirah bulan sabit berwarna hitam dengan simbol abstrak di dadanya, dan enam sayap energi berkobar di punggungnya, memancarkan aura yang mencekam. Aura tersebut begitu kuat hingga beberapa makhluk hidup di sekitar lari ketakutan.

     

    Ilta yang mampu melihat aura seseorang merasa ketakutan yang tidak terbayangkan. Bahkan Svetlana, yang selalu tangguh sebagai Angeluc pelindung, merasakan beban tekanan luar biasa. Cahaya ilahi menebus kegelapan gerhana untuk membantu meringankan beban yang diterima keduanya, namun aura dari sosok itu tetap mencekam.

     

    “Siapa… kau?” tanya Ilta dengan suara gemetar, wajahnya waspada dengan sedikit rasa cemas pada Svetlana.

     

    Sosok itu melepaskan helmnya, memperlihatkan wajah yang hampir identik dengan Ilta. Ia memiliki tubuh tinggi yang memberikan kesan elegan namun sedikit canggung. Rambut putih bergelombangnya tampak acak-acakan, matanya yang tajam berwarna hitam kehijauan memancarkan ketenangan dan misteri, dengan bekas luka kecil di dagu kanan yang menambah karakter pada wajahnya.

     

    Sebelum menjawab, dia tampak membaca sesuatu dengan pelan. “Ivex, Interpretare verba.”

     

    “Namaku Ra… Rzyuu…” katanya dengan nada sedikit terjeda namun penuh kehangatan. “Maafkan aku, aku tidak berniat untuk membuat kalian takut.”

     

    Ilta dan Svetlana terkejut bukan main melihat wajah Rzyuu yang begitu mirip dengan Ilta.

     

    “Apa yang kau lakukan disini?” tanya Svetlana, memegangi tangan Ilta dengan erat. “Sang Ilahi mengatakan, tidak mengenali dirimu sebagai makhluk dari dunia Svetu Razvitie “

     

    Rzyuu menggaguk, mulai menjelaskan alasan mengapa dia mengeluarkan aura mencekam tersebut. “Aku seseorang yang ada di dimensi berbeda dari kalian, saat ini aku sedang mencari musuhku, Ar’kan. Ia adalah salah satu raja jin di dimensi Nisha yang telah melukaiku, dan kini aku mencarinya yang kabur ke berbagai dimensi supranatural.”

     

    Meskipun menjelaskan dengan ekspresi dingin, Ilta yang mampu melihat ketulusan melalui indra keenamnya akhirnya melepaskan kewaspadaannya.

     

    “Kalau begitu, apakah kau sedang terburu-buru? Tampaknya kau sangat berambisi untuk menemukannya.” ungkap Ilta kepada Rzyuu yang kini memasang kembali helmnya.

     

    Rzyuu menggeleng pelan. “Tidak terlalu, aku hanya merasakan sebuah ikatan yang muncul dari dirimu. Jika boleh, aku dapat membantu kalian. Mungkin dalam pencarian kita, kita juga bisa menemukan petunjuk tentang Ar’kan.”

     

    Ilta menoleh pada Svetlana, “Bagaimana menurutmu, Svela?” tanyanya, mencari jawaban atas ajakan Rzyuu untuk membantu mereka.

     

    Svetlana jawab dengan tegas, “Sang Ilahi memberikan kita izin, seperti dia memiliki sesuatu yang akan membantu kita pada orang tuamu.”

     

    Bersama-sama, mereka melanjutkan perjalanan. Rzyuu berdiri tegak, menatap Ilta dan Svetlana dengan penuh keyakinan. “Kita tak punya banyak waktu,” katanya. “Biarkan aku membantu mempercepat perjalanan kita.”

     

    Ilta dan Svetlana saling bertukar pandang, kemudian mengangguk setuju. Rzyuu mengangkat tangannya, menutup matanya sejenak, lalu dengan suara yang penuh otoritas ia berkata, “Ivex, Acceleration.”

     

    Tiba-tiba, sebuah lapisan supranatural muncul melingkupi mereka bertiga. Lapisan itu berkilauan sebentar sebelum menghilang, meninggalkan jejak energi di sekitar tubuh mereka. Ilta merasakan kekuatan yang luar biasa mengalir melalui dirinya, sementara Svetlana juga merasakan dorongan yang sama. Mereka merasa lebih ringan dan lebih cepat, seolah-olah angin sendiri membantu perjalanan mereka.

     

    “Ayo,” kata Rzyuu, “ikuti aku.”

     

    Dengan kecepatan yang jauh melampaui kemampuan manusia biasa, mereka melesat melintasi hutan dan pegunungan, melewati lembah dan sungai. Langit yang tadinya kelam mulai berubah warna seiring perjalanan mereka, dari hitam pekat menjadi ungu tua, lalu perlahan-lahan menjadi merah darah. Tiga bulan yang terbentuk saat gerhana saat itu tidak pernah terjadi, tampaknya Rzyuu membawa banyak sekali misteri.

     

    Rzyuu memimpin di depan, dengan keenam sayapnya yang berkobar dengan energi misterius. Di belakangnya, Ilta dan Svetlana mengikuti dengan kecepatan yang sama, terbang dengan sayap mereka yang indah. Jejak cahaya dari sayap mereka menghiasi langit Vetru dengan keindahan yang memukau.

     

    Hutang Budi

    Setelah beberapa waktu perjalanan yang tak kenal lelah, mereka akhirnya tiba di perbatasan Benua Vetru. Di sana, sebuah bangunan tua yang sebagian besar tertutup oleh vegetasi lebat menunggu mereka. Bangunan itu tampak seperti sisa-sisa sebuah benteng kuno, namun masih berdiri kokoh meski sudah dihancurkan oleh waktu.

     

    Ilta mendarat terlebih dahulu, menatap bangunan dengan penuh harap dan ketegangan. “Ini tempat yang kulihat dalam penglihatan dan kristal magis,” katanya.

     

    Rzyuu dan Svetlana mendarat di sampingnya. “Kita harus masuk,” kata Svetlana dengan suara tegas.

     

    Mereka bertiga berjalan mendekati pintu besar benteng itu. Rzyuu mengulurkan tangannya, mengucapkan mantra pelindung dengan kemampuan Ivex-nya, lalu mendorong pintu itu dengan kekuatan supranatural. Pintu besar itu terbuka perlahan, memperlihatkan koridor gelap di dalamnya.

     

    Mereka memasuki koridor dengan hati-hati, setiap langkah diambil dengan kewaspadaan tinggi. Suasana di dalam sana terasa dingin dan sunyi, seolah-olah tempat itu menyimpan rahasia yang telah lama terlupakan.

     

    Di ujung koridor, mereka menemukan sebuah ruangan besar dengan dinding-dinding yang dipenuhi kristal bercahaya. Di tengah ruangan, dua sosok yang familiar bagi Ilta terbaring tak sadarkan diri di atas altar kristal. Alexei dan Aria, orang tua Ilta, berada dalam kondisi misterius. Tubuh mereka utuh, namun jiwa mereka tidak ada di tubuh mereka.

     

    Ilta berlutut di samping altar kristal, memegang tangan ibunya dengan air mata mengalir di pipinya. “Aku di sini, Bunda, Ayah. Aku akan menyelamatkan kalian,” ucapnya dengan suara penuh ketegangan.

     

    Rzyuu berdiri tidak jauh dari Ilta, memperhatikan dengan penuh empati. Ketika ia melihat tangisan Ilta yang meratapi keadaan orang tuanya, hatinya tergerak. Tanpa ragu, ia mengangkat tangannya dan memejamkan mata. “Ivex, World information,” bisiknya dengan suara penuh kekuatan.

     

    Seketika itu, seluruh informasi tentang awal mula dunia Svetu Razvitie, teknik energi alam, ajaran Sang Ilahi, dan berbagai macam pengetahuan memasuki pikiran Rzyuu. Sebagai seorang anak indigo dengan indra keenam dan pemilik mata batin, Rzyuu mampu dengan cepat mengasimilasi informasi tersebut dan memecahkan misteri tentang kondisi Alexei dan Aria.

     

    Ia membuka matanya, menatap Ilta dan Svetlana dengan serius. “Alexei dan Aria berada di antara alam Zivotu dan alam Nadvore. Mereka hidup, tapi tidak benar-benar hidup,” jelasnya.

     

    Svetlana tiba-tiba teringat akan masa lalunya sebagai Angeluc pelindung Ilta. “Dahulu, saat aku masih menjadi Angeluc pelindung, aku memindahkan Alexei dan Aria menggunakan kemampuanku untuk menghindari kejaran para Deniluc,” katanya sambil menangis. “Aku tidak pernah menyangka mereka akan terjebak seperti ini.”

     

    Rzyuu mendekati Svetlana dan menenangkannya. “Jika tidak begitu, besar kemungkinan mereka akan mati terbunuh oleh Deniluc. Apa yang kau lakukan menyelamatkan mereka, meski dengan konsekuensi ini.”

     

    Dengan ketulusan dan pengetahuannya, Rzyuu mulai menggunakan teknik energi alam dari dunia Svetu Razvitie. Ia mengangkat tangannya lagi, dan dengan suara penuh otoritas, ia berkata, “Wahai kehidupan dan kematian yang abadi, sosok yang mengawasi juga mengatur dunia, pencipta segala sesuatu, kuasa Sang Ilahi. Penyeimbang jiwa!”

     

    Energi alam mulai berputar di sekitar mereka, mengalir dari tanah dan udara, membentuk pola-pola kompleks yang menyatu di atas tubuh Alexei dan Aria. Cahaya lembut dan hangat memancar dari kristal, menyelimuti mereka dengan keajaiban energi alam.

     

    Ilta memandang dengan harapan yang berkobar, sementara Svetlana memegang tangannya, merasakan kekuatan dan dukungan dari Rzyuu yang kini menambahkan kemampuan Ivex-nya. Perlahan, napas Alexei dan Aria mulai terlihat lebih teratur, dan wajah mereka menunjukkan tanda-tanda kehidupan yang lebih nyata.

     

    “Teruslah berharap, Ilta,” kata Rzyuu dengan suara lembut namun tegas. “Kita sudah berada di jalur yang benar. Dengan usaha kita, mereka akan segera kembali.”

     

    Dengan tekad yang baru dan dukungan dari Svetlana dan Rzyuu, Ilta merasakan kekuatan dan keberanian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Bersama-sama, mereka akan memastikan bahwa Alexei dan Aria bisa kembali sepenuhnya dan membawa kedamaian kembali ke kerajaan Zima.

     

    Setelah berhasil mengembalikan keseimbangan jiwa Alexei dan Aria, Rzyuu merasakan waktunya untuk kembali ke dimensi asalnya semakin dekat. Energi yang sebelumnya mengalir dari kristal mulai menghilang, menandakan akhir dari proses pemulihan yang dilakukan.

     

    Rzyuu menghela nafas panjang, kemudian menatap Ilta dan Svetlana dengan pandangan yang penuh arti. “Sudah saatnya aku pulang,” katanya dengan suara berat. “Gerhana saat ini adalah jalanku untuk kembali ke dimensi Nisha. Aku tidak bisa menyebabkan lebih banyak peristiwa diluar takdir.”

     

    Ilta yang masih merasakan euforia dari keberhasilan mereka, mendekat dan meraih tangan Rzyuu. “Rzyuu, aku tidak tahu bagaimana harus berterima kasih. Tanpamu, aku mungkin tidak akan pernah bisa menyelamatkan mereka.”

     

    Rzyuu hanya tersenyum, senyum yang hangat namun penuh dengan rahasia. “Tidak perlu berterima kasih, Ilta. Kita semua terikat oleh suatu takdir dan pertemuan kita bukanlah kebetulan. Kamu adalah pahlawan salju yang ditakdirkan untuk membawa perubahan. Aku hanya membantu memfasilitasi perjalananmu.”

     

    Mereka semua keluar dari sana dan berada di permukaan, gerhana dengan tiga bulan itu mulai membentuk portal. Rzyuu melayang ke arah portal, namun berhenti sejenak dan menoleh kembali ke arah Ilta.

     

    “Selamat tinggal, Ilta,” ucapnya dengan senyum yang tulus. “Ingatlah, takdirmu adalah milikmu sendiri untuk dijalani dan dijaga. Jika takdir menghendaki, kita akan bertemu kembali. Takdir Salju.”

     

    Dengan kata-kata terakhir itu, Rzyuu terbang ke dalam portal, dan seketika itu juga, gerhana berakhir dan tiga bulan sebelumnya ikut menghilang. Cahaya matahari kembali menyinari dunia Svetu Razvitie, membawa kehangatan dan harapan yang baru.

     

    Sebuah benda kecil masuk ke saku Ilta tanpa disadarinya, sebuah kenangan yang ditinggalkan oleh Rzyuu.

     

    Ilta merasakan beban di pundaknya semakin ringan. Ia menatap langit yang mulai cerah dan menghela nafas lega. “Selamat tinggal, Rzyuu. Sampai kita bertemu lagi, dalam takdir yang baru.”

     

    Salju mulai turun perlahan, mengiringi kepergian Rzyuu dan menutupi dunia dengan lapisan putih yang indah. Ilta merasa dirinya menemukan sosok yang lain dalam diri Rzyuu, seorang teman, seorang pembimbing, dan seorang yang telah membuatnya berhutang budi melebihi nyawanya sendiri.

     

    Dengan tekad yang baru, Ilta memandangi Svetlana. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, namun dengan dukungan satu sama lain dan kenangan akan Rzyuu, mereka yakin bisa menghadapi segala tantangan yang ada di depan.

     

    Perjalanan Ilta, Svetlana, dan kenangan akan Rzyuu akan terus hidup dalam hati mereka, membawa semangat baru untuk masa depan yang penuh harapan di kerajaan Zima.

     

    Keluarga Jedlicka

    Ilta dan Svetlana akhirnya pulang kembali ke kerajaan Zima sambil membawa tubuh Alexei dan Aria yang masih tak sadarkan diri. Kedatangan mereka disambut dengan sukacita oleh keluarga Videnbe. Radostaw, Ivana, Sybil, dan Walter menyambut mereka dengan pelukan hangat dan senyuman lega, mengetahui bahwa mereka telah berhasil menjalankan misi mereka.

     

    Namun, meski disambut dengan hangat, hati Ilta masih terasa berat. Bersama Svetlana, ia segera menuju kediaman keluarga Jedlicka. Sesampainya disana, Ilta langsung menuju kamar kedua orang tuanya. Mereka dibaringkan disana dengan kondisi masih tak sadarkan diri, meski kini wajah mereka tampak lebih tenang dan damai.

     

    Ilta merasakan air mata mulai menggenang di matanya. “Svela, apakah ini semua yang terbaik?” tanyanya dengan suara bergetar.

     

    Svetlana meraih tangan Ilta dan menggenggamnya erat. “Kita harus percaya, Ilta. Rzyuu banyak membantu kita, dan Sang Ilahi telah memberi kita petunjuk.”

     

    Saat Ilta ingin lepas mantelnya, ia merasakan sesuatu yang aneh di bawah pakaiannya. Ternyata, ia menemukan sebuah benda yang tampak asing. Itu adalah Cakra Zorya, sebuah benda yang memiliki inti es dan berfungsi seperti cakram pelindung miliknya.

     

    “Ini… sepertinya ditinggalkan oleh Rzyuu,” gumam Ilta, mengingat kembali perpisahan mereka. Ia memegang benda itu erat-erat, merasakan kekuatannya yang luar biasa.

     

    Bersama-sama, Ilta dan Svetlana mulai mengumpulkan energi mereka. Cahaya lembut mulai memancar dari tubuh mereka, menyelimuti Alexei dan Aria. Dengan hati-hati, mereka mengarahkan energi tersebut, membiarkannya meresap ke dalam tubuh kedua orang tua Ilta. Cakra Zorya berada di tengah proses ini, memancarkan aura es yang murni.

     

    “Ilta, fokus pada cinta dan harapan kepada keluargamu,” bisik Svetlana. “Ingatlah ajaran dari Sang Ilahi.”

     

    Ilta mengangguk, dengan segenap perasaan, ia menyalurkan cinta dan harapannya ke dalam energi tersebut. Cahaya semakin terang, dan seketika itu juga, Alexei dan Aria mulai bergerak pelan. Cahaya sebening kristal muncul dari tubuh mereka, menyelimuti ruangan dengan kehangatan yang menenangkan.

     

    Perlahan, Alexei membuka matanya, diikuti oleh Aria. Keduanya terlihat bingung, namun saat melihat wajah Ilta, senyum lelah tetapi bahagia menghiasi wajah mereka. “Ilta…” bisik Aria dengan suara parau.

     

    “Bunda! Ayah!” Ilta berteriak sambil memeluk mereka berdua. Air mata kebahagiaan mengalir deras di wajahnya. “Akhirnya… kita bersama lagi!”

     

    Alexei dan Aria membalas pelukan Ilta dengan penuh kasih sayang. “Kami begitu merindukanmu, Ilta,” kata Alexei dengan suara penuh haru.

     

    Svetlana berdiri di dekat mereka, ikut merasakan kehangatan dan kebahagiaan momen tersebut. Ia tahu betapa pentingnya momen ini bagi Ilta dan keluarganya.

     

    Aria meraih tangan Svetlana dan menariknya dalam pelukan. “Terima kasih… Kamu telah menjaga putra kami dengan baik.”

     

    Svetlana tersenyum lembut, merasa canggung namun penuh makna. “Itu… kehormatan bagi saya, Ibu Aria. Ilta sangat berarti bagi saya juga.”

     

    Dalam momen tersebut, kebahagiaan dan kedamaian memenuhi ruangan. Ilta, Alexei, Aria, dan Svetlana merasakan kehangatan cinta yang menyatukan mereka. Setelah penantian panjang dan banyak rintangan yang mereka hadapi, mereka akhirnya bisa bersama kembali, siap menghadapi masa depan dengan hati yang penuh harapan dan cinta.

     

    Ilta menatap Cakra Zorya di tangannya, berterima kasih dalam hati kepada Rzyuu atas bantuan yang tak ternilai ini. Ia tahu bahwa mereka telah membuat ikatan baru yang akan bertahan selamanya. “Terima kasih, Rzyuu,” bisiknya pelan, sambil memandang langit yang cerah dari balik jendela. “Semoga kita bisa bertemu kembali, Takdir Gerhana Sabit.”

     

     

    Kreator : Ry Intco

    Bagikan ke

    Comment Closed: Akhir dan Awal

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021