KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Akhir Sebuah Pengharapan

    Akhir Sebuah Pengharapan

    BY 21 Nov 2022 Dilihat: 60 kali

    Oleh Iin Indriani

        Ku Ingat jelas tahun 2016 kala itu, disetiap doa ku untuk seorang pasangan hidup yang kelak akan menjadi imam ku. Sampai pada titik dimana pengharapan hampir pupus. Usiaku sudah tak muda lagi kala itu, 39 tahun, tepat bulan Maret. Untuk ukuran perempuan sudah jadi perbincangan orang. “Kapan menikah, jangan karir saja yang dikejar”, wah sudah tebal telinga ku ini dengan celoteh tersebut.

            Aku  pendidik, usia ku 23 tahun  awal mengajar selesai kuliah. Tak menempik bahwa aku pernah jatuh cinta dengan pria, Lama menjalin perkenalan tapi tidak sampai titik pernikahan. Kandas, dengan berbagai faktor, ya itulah bukan jodoh. Prinsip ku, tidak perlu memaksakan sesuatu jika masih ada alasan atau sebuah kalimat masih ada tanda koma.

         Orang tua tidak pernah memaksa untuk menikah. Dari lima bersaudara aku anak terakhir. Kakak ku sudah menikah semua, bapak sudah meninggal ketika usia ku 29 tahun, masih ada mama yang tinggal bersama ku. Ingin ku bahagiakan dengan sekuat tenaga ku bekerja, menemaninya.

          Pergi pagi pulang malam demi totalitas pekerjaan ku sebagai salah satu kepala sekolah di SMA Swasta di Jakarta. Tak mudah untuk pencapaian ini. Bagaimana mengatur rumah tangga sekolah, urusan keluarga, dan pribadi aku. Telah kutekuni memimpin sekolah 6 tahun berjalan.

        “Allah telah mengatur pasangan kita, jadi yakinlah suatu saat akan diberikan yang terbaik”. Kala itu ada kabar dari kampung bahwa nenek sakit keras, ibu dari mama ku, yang memang sudah sepuh. Adik dan isterinya, mama, dan aku langsung berencana pesan tiket untuk pulang kampung esok hari. Karena kampung kami di NTB. Jadi tidak bisa mendadak, Alhamdulillah masih ada tiket penerbangan untuk kami.

         Kesehatan aku sedang tak baik baik saja. Entah sakit apa, tak sempat berobat, aku paksa untuk tetap pergi. Walau aku cukup merepotkan selama diperjalanan. Aku cucu kesayangan nenek, nama ku dipanggil terus saat nenek sakit. Doaku semoga nenek baik baik saja.

        Seperti biasa kami berangkat dini hari ke bandara Soetta, karena perjalanan kami pukul 05 00, dengan penerbangan transit Lombok. Alhamdulillah perjalanan kami lancar dan walau agak  delay saat transit. Tiba di bandara Salahuddin Bima pukul 11.15 sudah dijemput oleh keluarga disana. Nenek tidak dirawat di RS, tapi dirumah, memang tidak mau. Kamipun bertemu dengan nenek, bahagia bercampur haru karena kondisi nenek saat itu.

    Kehadiran kami membuat semangat untuk kesehatan nenek. Sebaliknya kesehatan aku malah tak baik, asam lambung, demam, dan sesekali menggigil, makan pun tak enak. Ku nikmati sakit ini, dibuatkan obat kampung dengan rempah rempah dan telur ayam kampung sejenis jamu.

             Sore hari berobat ke dokter, sebelum sampai rumah mampir dahulu ke rumah keluarga lainnya dikampung sebelah. Berhenti di depan mesjid, utk menyapa keluarga disana. Tapi aku tak turun dari mobil masih lemas. Tak memperhatikan siapa saja yang menyapa kami di depan pintu mobil karena lampu jalan  yang tak cukup terang, salaman dengan beberapa saudara. Inilah dimulai kisah Jodoh dari Allah SWT untuk aku. Dari sakit ada hikmah dibalik ini semua.

    Dingin menusuk kulit kala malam dikampung ku, yang selalu ku rindukan suasana disini, hayalku menjelang tidur, lelah seharian dengan padat perjalanan dari kedatangan kami. Sekamar dengan nenek, kupeluk dengan hangat bahagia bisa tidur lelap bersamanya.

    Suara adzan menggema subuhpun tiba, mama ku sudah bangun lebih awal membangunkan tidur ku, sujudku semoga memberikan kesehatan untuk kami. Kebersamaan kami di dapur, walau masih sedikit lemas tapi tak menyurutkan ku untuk bergerak membantu menyiapkan sarapan pagi.

    Pagi sekali ada keluarga yang datang ke rumah mengantarkan buah srikaya yang sedang musim saat itu. Wah salah satu buah kesukaan. Ternyata yang datang Tante ku dan anaknya, saudara jauh. Atik nama anaknya, aku cukup dekat dengannya, sambil menyapa di dapur menanyakan kabar dan apakah aku mau berkenalan dengan kakaknya. Kenapa tidak, kenalan saja kok, senyum senyum sendiri.

           Obrolan kami sedikit serius, Kak, Dedi nama kakak saya, ingin kenalan….hmmmmm…. spontan aku sampaikan bahwa aku sudah tua, ada yg mau kenalan!  Sebenarnya kak Iin sudah kenal, tapi mungkin lupa. Abang Dedi  yang nomor tiga.. Seperti dengan orang lain saja pakai kenalan kataku saat itu. Datang saja seeh…. Kak Iin sudah ketemu kok semalam di depan mesjid, sudah semalam. Masa seeh, kata ku seraya mengingatnya. Tadi kami diantar oleh Abang Dedi, tapi hanya sampai pintu gerbang. Abang langsung pergi kerja. Oh ya…kataku. Bisa minta no handphone kak Iin kata Atik. Ya boleh, sebentar kak Iin tuliskan karena Atik tak membawa hp pagi itu. Tak lama kemudian Atik dan ibunya pamit pulang.

       Beberapa keluarga datang untuk menengok nenek, bergantian. sambil ngobrol ngobrol dengan kami di rumah. Bunyi handphone ku dari nomor yang tak dikenal, tak aku angkat. Ditelp lagi sampai beberapa kali. Muncul japri WA, menanyakan bagaimana kabar Iin…hmmm…ini siapa ya? balasku. Aku Dedi, abangnya Atik. Wah secepat itu nomor hp ku sudah ada di pria itu.

       Aku belum melihat wajahnya, jadi penasaran yang mana seeh. Besok pagi aku akan mampir ke rumah, kata Abang Dedi. Ku jawab silakan.

    Esok harinya janjinya ditepati, pagi sekali dia datang, sekitar pukul 06.00, katanya sebelum ke kantor mampir. Saat itu aku sedang di kamar mandi, hanya terdengar suara pria menyampaikan salam. Silakan duduk, kata mama ku, dia mengobrol dengan om ku, ku intip dari pintu kamar mandi, tapi tak terlihat. Tak lama dia pamit karena harus ke kantor, pas aku keluar kamar mandi dia sudah balik, aku hnya lihat dia berseragam kantor. Mau aku panggil tapi sudah ke depan gerbang. Aku belum sempat melihat wajahnya.

    Ku lihat hp ada japrinya, “tadi aku ke rumah tapi karena lama aku harus ke kantor”. Kitapun hanya ngobrol dijapri Whatsapp.

          Dia minta ijin untuk telpon, ya silakan kata ku. Obrolanpun terjalin. Seperti sudah kenal lama. Saling memberi foto. Lamunan ku saat melihat dengan fotonya. Aku ingat ingat ternyata Abang Dedi pernah aku lihat beberapa tahun lalu, saat aku masih kuliah dan pulang kampung, ternyata pernah menjadi orang yang aku aku idolakan, kulitnya putih, tinggi, dan ukuran pria ganteng. Setahuku dia sudah menikah, bisa jadi susah punya beberapa anak.

         Segan ku bertanya kala itu, ternyata Abang Dedi pun menceritakan kehidupannya bahwa dia sekarang duda, punya anak tiga.  Kusimak ceritanya.

    Singkat cerita aku harus segera balik ke Jakarta karena aku hanya ijin 4 hari, mama dan om aku masih di Bima. Tapi aku harus balik ke Jakarta. Tiketpun sudah dibeli. Penerbangan ku pagi hari, kami belum sempat bertemu muka. Tapi obrolan tetap berlanjut selama aku diperjalanan.

          Setiba di Jakarta sudah hampir sore karena delay yang cukup lama di bandara Lombok Praya. Aku naik Damri dari Soetta ke Tanjung Priok. Alhamdulillah sampai rumah dengan lelahnya. Cukupkan tidur agar esok bisa aktivasi.

    Dari sekian banyak obrolan kami ternyata Abang Dedi ingin serius ke jenjang selanjutnya. Wah kaget juga, karena belum terpikirkan, baru timbul kekaguman saja, tapi perlu kusikapi bahwa kita sudah tak muda lagi untuk istilahnya pacaran. Baru seumur jagung mengenalnya. Ku sampaikan bahwa kita harus saling mengenal dahulu walau kita keluarga. Abang Dedi menanyakan apakah aku mau menerima dia yang sudah mempunyai anak tiga. Tak masalah mengenai ini, asal anak anak mau menerima aku sebagai ibu sambungnya, semua itu perlu proses.

           Aku akan datang ke Jakarta bersama mama dan om ku, Agar kita bisa lebih mengenal, katany.  Aku meminta petunjuk Allah SWA dengan shalat Tahajud apakah ini adalah jodoh ku…. Mungkin ini sudah pilihan Mu Ya Rabb….aku harus ikhlas dan menyakinkan diriku. Akupun bertanya ke saudara sebaya ku di kampung apakah benar bahwa Abang Dedi sudah bercerai dan sebab dia bercerai, agar hatiku tenang untuk memutuskan hal terbesar dalam hidupku.

    Tibanya Abang Dedi, baru kulihat parasnya ya memang wanita akan tergila gila dengannya, sungguh tampan wajahnya, kulitnya putih bersih, wah jadi minder aku saat itu karena aku tak begitu cantik. Tapi Abang Dedi begitu serius dengan hubungan ini. Dia pun berbicara dengan mama dan kakak ku bahwa dia serius ingin melamar ku. Cinta tumbuh saat kita sudah bersama…. Lebih baik seperti ini terbersit di hatiku. Awalnya Ku sudah kagum, in syaa Allah akan tumbuh dengan sendirinya cinta itu.

           Aku mengajukan satu permintaan bahwa aku ingin mengenal dahulu anak anak dan mantan isterinya, sebelum menikah. Dan diapun setuju. Abang Dedi pulang ke kampung karena ijin kantor hanya beberapa hari. Komunikasi kami pun tetap berlanjut, dengan anak anakpun sudah berkomunikasi. Tumbuh kerinduan, seperti Allah sudah memberikan ketepatan hati kita. Setelah hari raya idul Fitri aku memutuskan untuk ke kampung dalam rangka perkenalan dengan mantan dan anak anak. Menurut aku, dengan cara ini hubungan akan baik. Tak seperti kebanyakan orang yang saling singgung dengan mantan. Prinsipnya sudah bercerai, kita harus secara bersama mengurus satu putri dan dua putra, Itu tanggung jawab bersama.

    Syukurlah anak anak bisa menerima ku sebagai ibu sambungnya nanti. Ibu merekapun bisa mengenal aku, bahwa aku buka perusak rumah tangga, aku hadir saat sudah resmi mereka bercerai. Dan kita memahami itu.

    Keputusan keluarga kami menikah 22 Juli 2016, ta’aruf kami tak sampai 4 bulan. .Di usia kami sudah tak muda lagi. Aku 39 tahun, calon ku 40 tahun. Dengan Bismillahirrahmanirrahim dan niat kami membangun rumah tangga, bisa terwujud pada Jumat itu. Dengan prosesi yang Hidmat dihadiri keluarga, saudara dari beberapa provinsi, teman, dan siswa ku. Dinanti pernikahan ini, Alhamdulillah aku diberi jodoh dari Allah. Seperti mimpi tapi nyata.

    Inilah akhir sebuah penantian panjang ku… .

         Kamipun menikah….11 bulan penantian punya keturunan, Allah sayang pada kami, dititipkan seorang anak laki laki yang sehat kala usia ku 41 tahun, dengan operasi Caesar.

     

    Kamipun bahagia dengan keempat anak kami.

    Yakinlah bahwa Allah akan memberikan yang terbaik untuk umatnya.

     

    Aamiin Allahuma Aamiin 🤲🏻

    Bagikan ke

    Comment Closed: Akhir Sebuah Pengharapan

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021