KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Aksi » Akhirnya

    Akhirnya

    BY 15 Jul 2024 Dilihat: 118 kali
    Akhirnya_alineaku

    Keesokan harinya, ketika matahari baru saja terbit, Ilta dan Svetlana mulai mempersiapkan perjalanan mereka. Langit masih berwarna lembayung dengan semburat jingga, dan udara pagi yang sejuk memberikan semangat baru. Mereka mengemas perbekalan dan perlengkapan dengan cermat, memeriksa setiap detail untuk memastikan semuanya siap.

     

     Ilta memeriksa kembali pisau kembar pemberian Rzyuu, yang kini telah menjadi bagian penting dari persenjataannya. Pisau itu bersinar lembut di bawah sinar matahari pagi, memberikan rasa aman dan keyakinan pada dirinya.

     

    “Sudah siap?” tanya Svetlana, memandang Ilta dengan tatapan penuh kepercayaan.

     

    Ilta mengangguk sambil menyisipkan pisau kembar di sabuknya. “Ya, mari kita berangkat.”

     

    Mereka berpamitan kepada teman-teman dan keluarga di Kerajaan Zima. Ayah Ilta, Alexei, dan ibunya, Aria, memberikan doa restu mereka. Aria, dengan suara penuh kasih, berkata, “Jaga diri kalian, pulanglah dengan selamat.”

     

    Ilta memeluknya erat. “Aku berjanji, Bunda. Tidak ada yang akan menyakiti kami berdua.”

     

    Alexei, dengan wajah penuh kebanggaan dan kekhawatiran, memberi nasihat terakhirnya. “Ingat, Ilta, kekuatan sebenarnya terletak pada kerja sama dan kepercayaan. Svetlana, jagalah Ilta seperti kau menjaga dirimu sendiri.”

     

    Svetlana mengangguk mantap. “Kami akan kembali dengan selamat, Alexei. Terima kasih atas kepercayaanmu.”

    Perjalanan mereka dimulai dengan menaiki Ninguit dan Lucere, dua Sovu tangguh yang telah menemani mereka dalam banyak petualangan. Mereka melintasi hutan-hutan lebat, dengan pohon-pohon menjulang tinggi yang menyaring cahaya matahari menjadi pola-pola indah di tanah. Sungai-sungai deras yang mereka lewati memancarkan suara gemericik yang menenangkan, meski di balik ketenangan itu ada bahaya yang mengintai. Benua Zemloy, dengan keindahannya yang masih alami dan liar, menyambut mereka dengan pemandangan yang memukau sekaligus penuh tantangan.

     

    “Ini adalah perjalanan yang berat, tapi aku merasa kita semakin dekat dengan tujuan kita,” kata Svetlana sambil menatap ke depan, matanya penuh tekad.

     

    Ilta mengangguk. “Aku merasakan hal yang sama. Kita harus tetap fokus.”

     

    Malam harinya, mereka beristirahat di tepi sebuah danau yang berkilauan di bawah sinar bulan. Cahaya bulan memantul di permukaan air, menciptakan suasana tenang yang kontras dengan bahaya yang menanti mereka. Angin malam yang sejuk membawa aroma dedaunan basah, menambah rasa damai di sekitar mereka.

     

    Svetlana menatap Ilta dengan cemas. “Ini akan menjadi perjalanan kita yang terakhir, tapi aku selalu merasakan kekhawatiran dalam perjalanan kali ini.”

     

    Ilta tersenyum menenangkan. “Kita bersama-sama, Svela. Kita telah melawan kegelapan sebelumnya dan kita bisa melakukannya lagi. Aku merasa bahwa ini adalah takdir kita, dan kita akan menghadapinya bersama.”

     

    Setelah perjalanan singkat, mereka akhirnya tiba di pusat benua Zemloy, tempat dimana energi kegelapan terkonsentrasi. Udara di sekitarnya terasa tebal dan menyesakkan, seolah-olah kegelapan itu sendiri berusaha menghalangi mereka. Tanah yang mereka pijak terasa gersang dan mati, tanpa kehidupan sedikit pun.

    Di depan mereka muncul sosok gelap yang mengerikan, Deniluc bernama Malus, menjadi Deniluc terakhir yang tersisa. Dengan rantai yang mengelilinginya dan mata merah yang memancarkan kebencian, Malus menatap Ilta dan Svetlana dengan tatapan mematikan.

     

    “Ap-apa… ” kata Malus dengan suara yang bergetar. “Aku… tidak akan membiarkan kalian membunuhku dengan mudah!”

     

    Ilta dan Svetlana bersiap-siap menghadapi pertempuran yang tidak bisa dihindari. Dengan Zorya Altair dan Alis Lucis di tangan, mereka maju menghadapi musuh yang menakutkan itu.

     

    Pertarungan berlangsung. Malus mengeluarkan api hitam dari rantai-rantainya, melibas tanah dan udara dengan kekuatan destruktif. Ilta dan Svetlana menghindar dengan lincah, serangan demi serangan dilancarkan namun Malus terlalu tangguh untuk mereka kalahkan dengan mudah.

     

    “Aku akan mengalihkan perhatiannya!” teriak Svetlana, membuka sayapnya dan terbang ke arah Malus dengan Alis Lucis yang bersinar terang. Malus teralihkan dan mengejar Svetlana, memberi Ilta kesempatan untuk menyerang dari sisi lain.

     

    Ilta memanfaatkan momen ini untuk mendekati Malus dan melancarkan serangan dengan Zorya Altair. Dengan serangan yang terkoordinasi, mereka berhasil mengganggu keseimbangan Malus, namun Deniluc itu tetap kuat.

     

    Di saat itu, Ninguit dan Lucere, Sovu setia mereka, ikut terlibat dalam pertempuran. Ninguit mengeluarkan raungan kuat, menciptakan gelombang kejut yang membuat Malus terhuyung. Lucere terbang dengan kecepatan luar biasa, menyerang Malus dengan serangan keras yang mengguncang tubuh gelap itu.

     

    “Ayo, Svela! Kita harus mengakhiri ini sekarang!” Ilta berteriak, menggabungkan serangannya dengan Svetlana. Mereka menyerang bersamaan menggunakan pisau kembar dengan seluruh kekuatan mereka.

     

    Pisau kembar bersinar dengan cahaya yang luar biasa, membelah ruang dan waktu saat diayunkan. Serangan itu langsung mengenai Malus, membelahnya menjadi dua dengan sekali serangan. Malus mengeluarkan raungan terakhir yang menggetarkan bumi sebelum tubuhnya hancur menjadi debu.

     

    Dengan Malus yang telah dikalahkan, udara di sekitar mereka terasa lebih ringan. Ilta dan Svetlana berdiri di tengah-tengah bekas medan pertempuran, merasakan beban yang telah diangkat dari bahu mereka. Ninguit dan Lucere berdiri di samping mereka, menunjukkan tanda kesetiaan dan kekuatan yang tak tergoyahkan.

     

    “Kita berhasil, Ilta,” kata Svetlana dengan suara lega, matanya berkilau penuh kebahagiaan.

     

    Ilta mengangguk, senyum kemenangan menghiasi wajahnya yang berlumuran debu dan darah. “Ya, kita telah membersihkan sisa kegelapan di benua Zemloy. Kedamaian telah dicapai sepenuhnya.”

     

    Ninguit, dengan tatapan penuh kekaguman, mengeluarkan suara lembut. Diikut oleh Lucere, yang selalu tenang dan tegar. Memberikan sentuhan hangat pada momen yang baru saja berlalu.

     

    Mereka berempat saling memandang, menyadari betapa kuatnya ikatan mereka dan betapa besar pencapaian yang telah mereka raih bersama. Di bawah langit biru yang kini bebas dari awan gelap, mereka merasakan keajaiban dunia yang kembali hidup.

     

    “Kau tahu, Svela,” Ilta berkata dengan suara lembut, “Aku tidak akan bisa melakukannya tanpa dukunganmu. Terima kasih telah selalu berada di sisiku.”

     

    Svetlana tersenyum, menggenggam tangan Ilta erat-erat. “Kita saling mendukung, Ilta. Kau juga yang memberiku kekuatan untuk terus maju. Kita melakukannya bersama.”

     

    Dan begitulah, dengan cahaya harapan dan keberanian di hati mereka, Ilta dan Svetlana mengakhiri perjalanan mereka, membawa kedamaian yang abadi bagi semua orang di benua Zemloy. Perjalanan yang penuh dengan tantangan dan bahaya telah membuat mereka lebih kuat, lebih dekat, dan lebih siap menghadapi masa depan. Dunia Svetu Razvitie, kini terbebas dari kegelapan, menjadi saksi bisu keberanian dan keteguhan hati mereka.

     

    Namun, petualangan mereka belum sepenuhnya berakhir. Ilta dan Svetlana tiba-tiba merasakan tarikan kuat yang membawa mereka ke alam Cristvo Bozije. Cahaya terang menyilaukan mata mereka, dan ketika penglihatan mereka pulih, mereka disambut oleh banyak Angeluc yang dipimpin oleh Skazati, di bawah cahaya bulan dan matahari yang memancar dari Sang Ilahi.

    Skazati melangkah maju, senyum ramah menghiasi wajahnya. “Selamat datang, Ilta Jedlikca, Svetlana Jedlicka. Kalian telah berhasil menghilangkan seluruh energi kegelapan di dunia Svetu Razvitie. Sang Ilahi sangat bangga pada kalian.”

     

    Sang Ilahi muncul, cahayanya begitu terang hingga menyilaukan. “Utusanku, kalian telah melakukan tugas yang luar biasa. Kedamaian kini melingkupi dunia Svetu Razvitie. Namun, aku tahu ada sesuatu yang ingin kau tanyakan, Ilta.”

     

    Ilta merasakan debaran di dadanya. Ia menatap Sang Ilahi dengan penuh rasa ingin tahu dan harapan. “Sang Ilahi, aku ingin tahu tentang saudaraku yang lain, Rzyuu. Kami juga membuat tanda darah sebagai saudara sedarah melalui Ikatan Sedarah.”

     

    Sang Ilahi mengeluarkan cahaya lembut. “Rzyuu adalah sosok yang istimewa, Ilta. Keberadaannya memang di luar prediksi, namun ia datang untuk membantu dunia Svetu Razvitie dengan caranya sendiri, tanpa merusak takdir yang telah ditetapkan. Dia tidak terikat oleh takdir apapun. Kedatangannya yang selalu ditandai dengan gerhana sabit adalah simbol dari kebebasannya, dari ketidakmampuannya untuk diketahui oleh siapapun.”

     

    Ilta terkejut mendengar penjelasan itu. “Jadi, Rzyuu tidak terikat oleh takdir? Dia benar-benar bebas?”

     

    Sang Ilahi mengangguk. “Benar, Ilta. Rzyuu adalah sosok yang unik dan luar biasa. Dia datang untuk membantu, namun keberadaannya tetap menjadi misteri bagi banyak orang. Dia adalah simbol dari kebebasan dan ketidakterikatan sejati.”

     

    Svetlana, yang tertegun mendengarkan, berkata dengan kagum, “Perjalanan kita bersama Rzyuu sungguh luar biasa. Dia adalah seorang teman dan saudara yang tak ternilai.”

     

    Ilta mengangguk setuju. “Ya, dia selalu ada saat kami membutuhkannya. Rzyuu adalah anugerah bagi kita semua.”

     

    Dan di alam Cristvo Bozije, di bawah cahaya bulan dan matahari yang memancar dari Sang Ilahi, Ilta dan Svetlana merasakan kedamaian yang abadi. Kedamaian yang mereka capai di dunia Svetu Razvitie dan pengetahuan tentang keberadaan Rzyuu memberi mereka harapan dan keberanian.

     

    Ilta dan Svetlana kembali ke Benua Vetru bersama Ninguit dan Lucere. Mereka terbang melewati pegunungan yang diselimuti salju, hutan-hutan yang sunyi, dan danau-danau yang membeku, menuju kediaman keluarga Jedlicka di Kerajaan Zima. Udara dingin Snegi menyambut mereka dengan sejuk, namun kali ini tidak ada rasa dingin yang menusuk; yang ada hanya kehangatan di hati mereka.

     

    Mereka mendarat di halaman kediaman Jedlicka, menghamburkan salju yang menutupi tanah. Ilta dan Svetlana turun dari punggung Ninguit dan Lucere, senyum kebahagiaan terpancar dari wajah mereka. Di sana, Alexei dan Aria sudah menunggu dengan penuh kerinduan. Begitu melihat mereka, Alexei dan Aria bergegas maju, memeluk Ilta dan Svetlana dengan hangat.

     

    “Selamat datang kembali,” kata Alexei dengan suara penuh emosi. “Kami sangat bangga pada kalian.”

     

    Aria mengangguk, matanya berkaca-kaca. “Kalian telah melakukan hal yang luar biasa. Dunia kini aman karena kalian.”

     

    Ilta dan Svetlana tersenyum, merasakan kebahagiaan yang mendalam. “Kami melakukannya bersama,” jawab Ilta, memandang Svetlana dengan penuh kasih.

     

    Kerajaan Zima saat itu sedang menyelenggarakan festival Nuptialis. Suara bahagia dari tiap pasangan yang menikah dan musik terdengar di udara, aroma makanan lezat menguar dari pesta, dan lampu-lampu berwarna menghiasi jalanan. Namun, sebelum mereka benar-benar bisa merayakan kemenangan dan merencanakan masa depan, Ilta memiliki satu hal lagi yang ingin dilakukannya.

     

    Ia berjalan ke tengah halaman, memejamkan mata dan mengangkat tangan, membuka gerbang alam Nadvore. Cahaya terang memancar, membentuk portal yang menghubungkan dunia mereka dengan alam para leluhur. Dari dalam portal itu, sosok-sosok yang dikenal dan dihormati oleh keluarga Jedlicka mulai muncul.

    Vadim, Borislav, Milena, Radomir, dan Zora berdiri di sana, tersenyum lembut kepada keturunan mereka. Alexei langsung menangis terharu dan memeluk ayahnya, Vadim, dengan penuh kerinduan. “Ayah,” katanya, suaranya bergetar. “Aku merindukanmu.”

     

    Vadim membalas pelukan itu dengan erat, menepuk punggung Alexei dengan penuh kasih. “Aku juga merindukanmu, anakku. Kau menjadi pemimpin yang luar biasa.”

     

    Sementara itu, Aria berpelukan dengan Milena dan Zora, dua sosok yang sering diceritakan oleh ibunya, Reany Jedlicka. “Ibu selalu menceritakan tentang kalian,” kata Aria dengan suara penuh kebahagiaan. “Aku sangat senang akhirnya bisa bertemu dengan kalian.”

     

    Milena tersenyum, menyentuh wajah Aria dengan lembut. “Kau adalah kebanggaan keluarga kita, Aria.”

     

    Zora mengangguk setuju. “Kami selalu memperhatikanmu dari alam ini. Kau telah membawa kehormatan bagi keluarga Jedlicka.”

     

    Ilta dan Svetlana menghabiskan waktu bersama leluhur mereka, berbicara tentang perjalanan mereka, tantangan yang telah dihadapi, dan kemenangan yang telah diraih. Mereka merasakan kedamaian yang mendalam, mengetahui bahwa leluhur mereka selalu ada di sana, memberikan dukungan dan bimbingan dari alam lain.

     

    Malam itu, di bawah langit berbintang dan cahaya bulan yang terang, keluarga Jedlicka kembali, merayakan kebersamaan dan kemenangan mereka. Musik dan tawa mengisi udara, menghangatkan hati mereka di tengah dinginnya angin Snegi. 

     

    Ilta dan Svetlana menyadari bahwa meskipun tugas mereka sebagai pelindung dunia telah berakhir, perjalanan mereka belum selesai. Mereka memiliki masa depan yang penuh dengan kemungkinan, dan dengan dukungan keluarga dan leluhur mereka, mereka siap menghadapi apa pun yang akan datang.

     

    Dan begitulah, dengan hati yang penuh cinta dan harapan, Ilta dan Svetlana memulai babak baru dalam hidup mereka, dengan keluarga dan kerajaan mereka di sisi mereka, siap untuk petualangan berikutnya yang mungkin datang.

     

    Periode damai atau disebut sebagai Periode Pokoi akhir benar-benar telah diraih oleh dunia Svetu Razvitie. Setelah perjuangan panjang melawan kegelapan, kedamaian yang selama ini di dambakan kini menjadi kenyataan. Rakyat Svetu Razvitie merasakan beban yang terangkat dari bahu mereka, udara yang lebih ringan, dan langit yang lebih cerah.

     

    Di tengah-tengah kedamaian ini, perayaan besar-besaran digelar untuk merayakan pernikahan dua pasangan yang telah ikut serta dalam mencapai kedamaian ini: Sybil Videnbe dan Atanas Zlatan, serta Walter Vindenbe dan Kveta Nadezhda. Bahkan Iva Magni, datang untuk menghadiri acara pernikahan tersebut, menambah kemeriahan dan keistimewaan momen ini.

    Istana Cerny hrustal berkilauan dengan lampu-lampu berwarna yang menghiasi setiap sudut. Bunga-bunga bermekaran menghiasi lorong-lorong, memancarkan aroma yang manis dan menenangkan. Musik merdu mengalun di udara, mengiringi tarian dan tawa para tamu yang datang dari berbagai penjuru dunia.

     

    Di aula utama, meja-meja dipenuhi dengan hidangan lezat, mulai dari daging panggang, sayuran segar, hingga berbagai jenis kue dan minuman. Rakyat dan bangsawan bercampur menjadi satu, merayakan kemenangan dan kebahagiaan bersama.

     

    Sybil, dengan gaun putihnya yang anggun, berdiri di samping Atanas yang tampak gagah dalam pakaian resmi. Mereka dikelilingi oleh teman-teman dan keluarga yang memberikan ucapan selamat dan doa terbaik.

     

    “Sybil, kau tampak sangat cantik malam ini,” kata Ilta, yang juga hadir bersama Svetlana. 

     

    Sybil tersenyum, memegang tangan adik angkatnya dengan erat. “Terima kasih, Ilta. Aku sangat bangga atas perjuangan panjang yang telah kamu lalui. Tanpa kau dan Svetlana, kita mungkin tidak akan berdiri di sini sekarang.”

     

    Atanas mengangguk setuju. “Benar, kalian berdua telah menjadi bagian penting dari perjalanan kita menuju kedamaian ini.”

     

    Di sudut lain aula, Walter sedang bercanda dengan Kveta, yang wajahnya memerah karena tawa. “Walter, kau selalu tahu cara membuatku tertawa,” kata Kveta, menghapus air mata kebahagiaan dari sudut matanya.

     

    Walter tersenyum, merangkul Kveta. “Aku berjanji akan selalu membuatmu tertawa, sayang.”

     

    Mereka berdua tertawa, bergabung dengan Iva yang datang mendekat. “Walter, Kveta, selamat atas pernikahan kalian.” kata Iva dengan suara lembut namun penuh wibawa.

     

    Kveta dan Walter mengangguk, memandang Iva dengan hormat. “Terima kasih, Iva. Kehadiranmu di sini adalah kehormatan bagi kami.” kata Kveta penuh hormat.

     

    Ketika malam semakin larut, tarian dimulai. Sybil dan Atanas menjadi pasangan pertama yang menari, diikuti oleh Walter dan Kveta. Musik mengalun dengan indah, dan para tamu ikut bergabung di lantai dansa, menciptakan pemandangan yang penuh warna dan kehidupan.

     

    Ilta dan Svetlana menari bersama, tawa mereka menyatu dengan musik. “Ini adalah momen yang indah, bukan?” tanya Svetlana, matanya bersinar.

     

    “Benar,” jawab Ilta, memandang sekeliling dengan senyum lebar. “Setelah semua yang kita lalui, ini adalah hadiah yang sempurna.”

     

    Setelah tarian, Ilta dan Svetlana mendekati Iva yang sedang duduk di balkon, memandang langit malam. “Iva, terima kasih telah datang,” kata Ilta dengan hormat.

     

    Iva menoleh dan tersenyum. “Ilta, Svetlana, kalian berdua telah melakukan hal yang luar biasa. Dunia ini berhutang budi pada kalian.”

     

    Svetlana mengangguk. “Tanpa bantuanmu dalam mengembangkan Zorya Altair dan Alis Lucis. Kami akan kesulitan menghadapi kegelapan, bantuanmu selalu berarti bagi kami.”

     

    Iva menatap bintang-bintang di langit. “Aku hanya menjalankan tugasku sebagai utusan Sang Ilahi yang tidak bisa bertarung. Malam ini adalah malam untuk merayakan kedamaian dan cinta. Kalian berdua adalah pahlawan sejati, sang pahlawan putih dari kisah Takdir Salju.”

     

    Perayaan berlanjut hingga larut malam, dengan musik, tarian, dan tawa yang tak berujung. Di tengah semua itu, Ilta dan Svetlana merasa damai, mengetahui bahwa perjuangan mereka tidak sia-sia. Mereka telah membawa kedamaian ke dunia Svetu Razvitie, dan sekarang mereka bisa menikmati masa depan yang cerah bersama orang-orang yang mereka cintai.

     

    Dengan Periode Pokoi yang telah diraih, dunia Svetu Razvitie memasuki era baru yang penuh dengan harapan dan kebahagiaan. Dan malam itu, di bawah cahaya bintang-bintang yang bersinar terang, mereka merayakan cinta, persahabatan, dan kemenangan yang telah diraih dengan susah payah.

     

    Epilog

    Ilta menerima undangan khusus dari Rzyuu Intco untuk menghadiri acara besar di Kerajaan Intco di Dimensi Nisha.

     

    Hari yang dinantikan pun tiba. Ilta dan Svetlana, yang kini berusia 17 tahun, bersiap untuk perjalanan mereka ke Dimensi Nisha. Mengenakan pakaian terbaik mereka, Ilta dengan jubah putih perak yang mencerminkan ketenangan dan kebijaksanaannya, sementara Svetlana dalam gaun putih dan emas yang memancarkan kekuatan dan kemurnian, mereka masuk ke portal yang melalui surat dari Rzyuu yang menciptakan sebuah portal untuk membawa mereka Dimensi Nisha.

    Kerajaan Intco di Dimensi Nisha terlihat sangat memukau dan magis. Di bawah langit malam yang penuh dengan bintang-bintang berkilauan, terdapat sebuah kubah besar yang bercahaya dengan warna biru dan putih, melengkung megah di atas cakrawala. Kubah ini memancarkan cahaya yang berpendar, menciptakan efek aurora yang menari di langit. Pemandangan ini memantul dengan sempurna di atas permukaan danau yang tenang, menciptakan refleksi yang begitu jernih seolah-olah dua dunia yang terhubung.

     

    Di kejauhan, terlihat siluet bangunan-bangunan tinggi yang menjulang, kemungkinan menara atau kastil, yang berdiri kokoh di tengah suasana yang hening dan mistis. Cahaya dari kubah besar tersebut menyinari puncak-puncak menara ini, memberikan sentuhan magis dan hampir ilahi pada arsitektur yang ada.

     

    Latar belakang pegunungan yang tampak lembut menambah kedalaman pemandangan ini, memberikan kesan bahwa kerajaan ini terletak di tempat yang jauh dari hiruk-pikuk dunia biasa. Kabut tipis yang melayang di sekitar permukaan air menambah nuansa misterius dan menenangkan.

     

    Di gerbang istana, Rzyuu dan Yusra menunggu mereka dengan senyuman hangat. Rzyuu, dengan rambut putih yang sekarang mencampur hitam, tampak lebih dewasa dan berwibawa. Yusra, dengan senyum lembutnya dan mata hitam merah muda yang bijaksana, berdiri di sampingnya.

     

    “Selamat datang di Kerajaan Intco,” kata Rzyuu, memeluk Ilta dengan hangat. “Kami sangat senang kalian bisa datang.”

     

    Ilta membalas pelukan itu dengan rasa terima kasih. “Terima kasih atas undangannya, Rzyuu. Ini adalah kehormatan bagi kami.”

     

    Yusra memeluk Svetlana dengan lembut. “Senang melihat kalian lagi. Acara ini adalah perayaan besar untuk kita semua.”

     

    Di dalam istana, mereka bertemu dengan Olle, Kasya, Nyssa, dan Evrin. Olle, dengan semangat petualangan yang masih membara, menceritakan kisah-kisah penjelajahannya di dimensi Fornax. Kasya, si jenius teknologi, menunjukkan penemuan-penemuan barunya yang canggih. Nyssa, dengan semangat musiknya, memainkan melodi indah yang mengisi ruangan dengan keceriaan. Evrin, dengan aura kesucian dan ketenangan, berbicara tentang misi penyembuhannya di dimensi Shiloh.

     

    Malam itu, acara besar dimulai. Aula istana penuh dengan tamu dari berbagai dimensi, semua berkumpul untuk merayakan kedamaian dan persatuan. Rzyuu, sebagai tuan rumah, berdiri di depan dan berbicara dengan suara yang penuh keyakinan.

     

    “Malam ini, kami merayakan hari terbentuknya Intco dan juga pelaksanaan sumpah janji.” kata Rzyuu, memulai acara bersama Yusra.

     

    Acara tersebut diisi dengan musik, tarian, dan pertunjukan magis yang memukau. Ilta dan Svetlana merasa seolah-olah mereka berada di dunia mimpi. Mereka merasakan ikatan kuat yang menghubungkan mereka dengan teman-teman dari berbagai dimensi, sebuah keluarga besar yang tak terpisahkan oleh ruang dan waktu.

     

    Ketika malam semakin larut, Ilta berdiri di balkon istana, menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Rzyuu mendekat, berdiri di sampingnya.

     

    “Bintang-bintang di sini sangat indah,” kata Ilta.

     

    “Ya, mereka mengingatkan kita bahwa meskipun kita berada di dimensi yang berbeda, kita semua adalah bagian dari alam semesta yang sama,” jawab Rzyuu dengan bijak.

     

    Ilta mengangguk, merasakan kedamaian yang dalam di hatinya. “Terima kasih, Rzyuu, untuk semua yang telah kau lakukan. Kami belajar banyak darimu.”

     

    Rzyuu tersenyum. “Kita semua belajar satu sama lain, Ilta. Inilah arti dari persahabatan dan persaudaraan. Mari kita jaga ikatan ini selamanya.”

     

    Dan begitulah, di bawah cahaya bintang-bintang di Dimensi Nisha, Ilta dan Svetlana merasakan kedamaian yang abadi, mengetahui bahwa perjalanan mereka telah membawa mereka ke tempat yang mereka anggap sebagai rumah kedua. Sebuah akhir yang bahagia untuk petualangan yang penuh dengan tantangan, namun juga penuh dengan cinta, persahabatan, dan harapan.

     

     

    Kreator : Ry Intco

    Bagikan ke

    Comment Closed: Akhirnya

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021