‘Mas, liat dompet yaya kah? ‘ Chat wa ku kepada suami ku di pagi ini. Rasa tidak sabar di hati dengan slow respon dari suami ku. Aku pun mencoba untuk menelpon langsung, namun sia-sia, tidak diangkat.
Aku pun tidak menyerah, mulai mencari kesana kemari. Segala tumpukan kain, barang-barang di obrak-abrik. Padahal traffic schedule pagi itu padat merayap. Dikejar dateline , dan jam tayang pagi ini juga tinggi.
Ada perasaan khawatir begitu teramat sangat, bukan karena dompetnya, tapi karena isi di dalam dompet. Ada kartu identitas diri, kartu BPJS, dan beberapa kartu hutang, jika sampai tercecer membahayakan dunia liburan ku di kota orang.
Selain kartu-kartu pribadi, ada juga beberapa lembar kertas merah, hidup dan mati ketika di tanggal yang terkenal dengan bulan tua apalagi di perantauan kota orang.
Jika semakin membayangkan ketakutan itu maka semakin mual berasa perutku. Maklumlah penderita gangguan lambung , paling tidak bisa ketika di press untuk berpikir keras apalagi dipenuhi dengan kecemasan.
Ku lihat kembali gawai ku, belum juga ada balasan dari suami ku. Ku cecar wa suami ku kembali dengan beberapa pertanyaan lagi, ‘ Tadi pagi sewaktu yaya pulang dari warung ada liat yaya bawa dompet gak mas? ‘
‘ping ‘
‘ping’
‘Ping’
(Centang dua pikir ku, dan akhirnya centang biru 🔵)
Tak lepas pandanganku dari gawai, ketika di Wall wa ku tertera ‘ sedang mengetik’. Dalam hati ku ‘semoga berita gembira, berita gembira’. Dan akhirnya penantianku berakhir dengan berita sedikit melapangkan dadaku. ‘Ada’. Begitu isi tulisan wa dari suami ku. Mungkin begitu lah para lelaki, paling irit dalam kalimat. ‘Ah sudah’ lah pikir ku, ‘yang penting dompet ku tidak tercecer, sekarang waktunya mencari kembali. ‘
Semakin menggila lah aku di pagi ini, semua barang, dari sudut di setiap ruangan ku bongkar, aku mencoba untuk lebih berpikir tenang agar tidak menggila juga pandangan ku .
Kembali ku coba tarik nafas panjang diikuti dengan syair istighfar yang ku lontarkan, mohon ampunan atas khilaf ku. Kubangunkan remaja putriku yang masih tertidur di atas tikar. Sialnya, tak dihiraukan pula perintah ku. Ini membuat ku makin tidak bisa berpikir jernih, mulai tambah ruwet pikiran ini.
‘ Tenang, tenang, tenang ‘ pikirku. Dimensi waktu kian bergeser beberapa derajat ke depan. Dengan sekali putaran 360 derajat menghasilkan pergeseran dimensi waktu 1 jam lamanya. Dan setiap 1 jam itu menghasilkan atau bisa melenyapkan satu kisah dan atau beberapa kisah.
‘ Dimana lah dompet ku itu ya Allah ‘ keluh ku. Ku lirik lagi jam di gawai ku, pukul 8 pagi. Harusnya jam segini aku sudah siap masak, ini masih mau belanja ke warung, tertunda karena dompet semata wayangku tercecer entah dimana.
Duduk sejenak, ku ingat-ingat lagi dimana kuletakkan dompet pink ku itu. Ku berjalan ke arah dapur, ku ambil segelas air putih, duduk tenang dan meminumnya.
Kembali ku langkah kan kaki di awali dari pintu masuk rumah, menuju kamar tidur di bagian gantungan pakaian, ku perhatikan satu persatu pakaian yg tergantung, ku kibas-kibaskan pakaian, tak ada satupun yang terhempas dari pakaian. Ku lanjutkan di box pakaian, bagian di atas tutup box, ku leraikan tumpukan barang- barang, tak juga ku temukan. Sekarang menuju ke dapur, kucari perlahan, di atas rak telur, rak piring, tempat penyimpanan bumbu dapur kering, juga tak satupun ku temukan dompet ku. Semakin pusing kepala ku, hingga ku ucapkan ‘ aduh bodohnya aku, bodohnya aku ‘ dengan perasaan kesal banget.
Karena rasa lelah, duduk lah aku di dalam kamar tidur ku tepat di depan box yang terbuka dan masih berserakan. Sementara pakaian di dalam box tak satupun aku sentuh untuk diserahkan, karena aku percaya, tak mungkinlah ku letakan dompet itu di dalam box.
Lama ku tatap box di hadapanku itu dengan perasaan kesal, panik, tak karuan berasa. Ku pungut sebuah benda di atas tumpukan pakaian di dalam box dan melangkah menuju remaja putri ku. Masih dengan perasaan dongkol, aku membangunkan putriku. “Bangun.. bangun, bantu ibu mencari dompet ibu” sambil ku goyang-goyangkan tubuhnya.
Kembali aku berjalan mondar-mandir di dalam rumah tanpa tujuan jelas, yang ada hanya kepanikan dan rasa kesal. Tanpa aku sadari, apa yang ku lakukan sedari tadi diperhatikan oleh putriku.
“Ibu, berhenti ibu “ ucap Nina yang tak terlalu jelas ku dengar. Aku masih mondar-mandir dan mengomel tak karuan. Ku ingat-ingat dimana lah ku letakan dompetku itu.
“ Akhirnya.. Ku menemukan mu.. uuu, saat hati ini berasa lelah. “ lirik yang dinyanyikan Nina membuat aku berhenti. Ku dekati Nina dan bersiap dengan sebuah sapu. Ketika sapu yang ku pegang melayang di udara tepat bagian kaki Nina, Nina pun menjerit “ Ibu, mau apa? Ibu mencari dompet ibu kan? “ . Aku hanya menganggukan kepala ku.
Melihat anggukan kepala ku, Nina memegang tangan kiriku dan menunjukan tepat di hadapan wajahku dan berucap “ Ini apa yang sedari tadi ibu genggam? “.
“Astagfirullah, ternyata dari tadi ada di genggaman ibu ternyata”. Ku hempaskan sapu yang ada di genggaman tangan kananku dan memeluk Nina sambil tertawa . Sangkin gembiranya aku dan Nina pun bernyanyi bersama “ Akhirnya ku menemukanmu.. uuu “.
Kreator : Noer maya
Comment Closed: AKHIRNYA AKU MENEMUKAN MU
Sorry, comment are closed for this post.