Mengawali kegiatan inti dalam pembelajaran murid-murid melakukan ice breaking dengan semangat pagi yang masih terjaga kondisinya. Motivasi dan mengembalikan perhatian untuk fokus dalam belajar sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar.
Hari Kamis jadwal di kelas 6A adalah Bahasa Indonesia, Seni budaya dan Pendidikan Pancasila. Pada pembelajaran Pendidikan Pancasila bahan ajar yang sudah kusiapkan dalam bentuk video mulai tertayang, sebuah drama animasi yang menceritakan tentang pengamalan sila-sila Pancasila.
Mata dan perhatian murid-murid tertuju pada video pembelajaran seakan tak ingin membagi perhatian ke tempat lain, hal ini karena perintah yang kubuat untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari tayangan tersebut.
Usai menyaksikan video pembelajaran, tanya jawab mulai kulakukan terkait video yang ditonton. Saat proses pengerjaan LKPD {lembar kerja peserta didik} di bagian tengah bangku ketiga yang diduduki oleh Julian dan Fatir terdengar suara yang cukup keras. Rupanya minuman yang dikemas dalam gelas yang terbuat dari plastik itu terjatuh dan menumpahkan semua air yang ada di dalamnya. Suasana kelas menjadi ribut, beberapa di antara murid-murid saling menyalahkan.
“ Bu, ini tadi kesenggol tangan Zaky.”
“Salahnya Julian taruh di tengah meja. Sudah diingatkan Bu Guru saat belajar hanya ada peralatan belajar.” Zaky membela diri.
“Iya Bu,” timpal Raihan membenarkan ucapan Zaky.
“Ya, sudah silahkan dibereskan dan dilap semua yang basah.”
Murid-murid mulai membenahi meja dan lantai yang terkena air. Setelah semua beres, aku sengaja tidak melanjutkan pembelajaran untuk beberapa saat. Menjelaskan dan mengarahkan mereka terkait kejadian tadi cukup penting untuk segera ku sampaikan.
“Apa yang dikatakan Zaky benar, jangan menaruh makanan atau minuman di atas meja ketika belajar. Ini yang selalu Ibu sampaikan ke kalian sebelum memulai untuk belajar, takutnya mengotori dan mengganggu saat kalian sedang melakukan aktivitas pembelajaran, itu yang pertama.” Jelasku.
“Yang kedua, sudah berkali-kali Ibu sampaikan pakailah gelas yang sudah disiapkan di kelas. Selain tidak menghasilkan sampah plastik, lebih banyak gelas tersebut bisa kalian gunakan bukan hanya sekali tapi berkali-kali karena gelas tersebut terbuat dari plastik yang produknya bisa digunakan untuk beberapa kali pemakaian. Oleh karena itu, dengan kejadian ini kalian jangan pernah meremehkan nasehat dari Ibu atau siapapun tentang hal-hal yang baik.”
Pembelajaran kembali dilanjutkan, mereka mulai fokus melakukan pengerjaan tugas di LKPD.
Oh ya… Satu kebiasaan di kelas yaitu mengumpulkan handphone di meja guru guna menghindari penggunaan barang tersebut saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung.
Usai sudah kegiatan belajar untuk mata pelajaran pertama dan waktunya beristirahat. Julian dan Fatir mendatangi mejaku untuk meminta maaf atas kejadian tadi. Inilah yang membuatku bangga dengan anak didikku. Mereka sangat bertanggung jawab dengan apa yang sudah mereka perbuat dan jujur dalam menyampaikan keterangan.
Mata Pelajaran berikutnya adalah IPAS. Ku buka kembali perangkat ajar yang ada dalam laptop, kusiapkan video pembelajaran dan LKPD yang nanti akan dikerjakan oleh mereka. Sungguh sangat terarah ketika semua telah direncanakan sebelum mengajar. Penyusunan mulai dari rencana pembelajaran, bahan ajar, media pembelajaran, LKPD, dan Asesmen tinggal mengimplementasikan kepada anak-anak.
Setiap dari murid-murid memiliki karakteristik berbeda-beda, gaya belajar berbeda, bakat dan minat juga yang berbeda. Nah, aku sebagai seorang guru harus memahami itu dan memfasilitasi kebutuhan murid-murid.
Aku mencintai pekerjaanku dan aku juga menyayangi dan mencintai murid-muridku layaknya anak sendiri. Ku tegur ketika mereka salah dan mengapresiasi ketika mereka berbuat baik. Ikatan antara aku dan murid-murid terjalin cukup harmonis, mereka tetap menghargai dan menghormati layaknya orang tuanya sendiri. Keterbukaan untuk mendengar keluhan mereka tak jarang aku lakukan, membuka diri, memberi nasehat dan mencoba mencari solusi atas masalah yang disampaikan kepadaku. Mereka bukan lagi anak-anak yang jika ada masalah lalu diberikan permen menjadi diam tapi mereka sudah menjadi sosok yang mau didengarkan dan diberi jalan atas masalahnya.
Ketika berkata dan mengajak mereka untuk diskusi, aku selalu menyampaikan bahwa kalau setiap dari kita tak luput dari yang namanya masalah dan itu wajar. Bahkan saat bermain game di handphone pun ada rintangan yang harus dilalui. Aku tak jenuh mengingatkan kepada anak-anakku di kelas bahwa satu hal yang pasti aku siap mendengar setiap keluh kesah mereka dan berusaha menjadi orang yang berada di urutan awal untuk memberi penguatan dan motivasi atas setiap pencapaian dan perubahan positif yang terjadi dalam diri mereka.
****
“Muridku, Ibu Guru percaya kepadamu, jadi percayalah kepada dirimu sendiri, bahwa dengan keingintahuan untuk mempelajari sesuatu akan membawa dirimu menjadi orang berilmu.”
Kreator : Indarwati Suhariati Ningsi
Comment Closed: Aku Di Urutan Awal Untuk Kalian
Sorry, comment are closed for this post.