“Mak, aku gak mau sekolah SD, Mak. Aku tetap sekolah di TK saja… Maakkk, aku nggak mau sekolah SD, Maakkk.” Teriak Rifqy ketika ucapannya tidak segera direspon oleh emaknya. Dengan nada meninggi dia tarik tangan emaknya yang sedang duduk berbincang-bincang santai di depan rumahnya.
Bersama emaknya Budi, Emak Rifqy sedang asyik ngobrol serius sampai-sampai suara anaknya terabaikan. Tampak mereka sedang seru membahas rencana sekolah untuk anak-anak mereka yang sebentar lagi lulus dari TK (Taman Kanak-Kanak). Sebagaimana umumnya emak-emak yang lain, mereka mencarikan pilihan sekolah yang terbaik untuk anaknya.
Namun demikian berbagai pertimbangan baik jarak, biaya, dan mutu sekolah yang akan dituju membuat mereka merasa sedikit bingung untuk segera menentukan. Sharing dan koordinasi bersama suami dan juga teman-teman akrab biasa mereka tempuh untuk anaknya yang akan memasuki sekolah jenjang yang lebih tinggi yitu Sekolah Dasar (SD).
Si Rifqy yang sedang berdiri di dekat mereka ternyata memperhatikan pembicaraannya. Mendengar pembicaraan emaknya Si Rifqy spontan merespon dan menyelanya. Dia mengungkapkan perasaannya dan ketakutannya memasuki sekolah di jenjang selanjutnya. Maka dia berani menyampaikan keinginannya untuk tetap sekolah di TK saja.
Merasa terusik dengan tarikan tangan Rifqy disertai teriakan keras di dekatnya, keasyikan obrolan emaknya terputus. Si Rifqy berteriak keras meminta perhatiannya. Melihat anaknya demikian mereka berhenti ngobrol dan dengan tenang emaknya memegang kedua lengan anaknya tersebut. Dipeluknya erat-erat. Si Rifqy tampak lebih tenang dalam pelukan emaknya. Setelah beberapa saat mereka berpelukan, si emak baru menanggapinya sambil memandang wajah anaknya penuh kasih sayang.
“Iya Dik, Emak tadi sudah dengar. Coba bilang pada Emak, kenapa sih kok adik gak mau sekolah SD?” tanya Emak dengan lembut.
“Aku nggak mau sekolah SD Mak, aku takut sama gurunya kakak.” Jawab Si Rifqy sambil raut wajah mengernyit menahan tangis.
“Owalah Dik, nggak usah takut, gurunya kakak semua baik. Adik kan belum kenal toh sama gurunya kakak. Kenapa sudah merasa takut? Nggak usah takut. Adik anak yang hebat dan pemberani. Laki-laki itu harus berani, harus kuat, dan nggak boleh takut.” Rayu Emak sambil memegang dan memandangi wajahnya.
Dengan suara lirih dan wajah tampak ketakutan si Rifqy membalas ucapan emaknya. “Tapi aku takut tua Mak, nanti kalau sekolah SD jadi besar, terus aku jadi tua Mak, aku gak mau tua Mak, aku mau di TK saja.” ucap si Rifqy memberi penjelasan dan mengungkapkan kegelisahannya kepada emaknya. Dia berharap Emak bisa memahami dan mengabulkan keinginannya.
“Subhanallah, Dik. Ya nggak kayak gitu lah. Walaupun adik tetap sekolah di TK nanti umurmu akan terus bertambah. Nanti temanmu yang seusia kamu sudah di SD semua. Kalau kamu tetap di TK nanti temanmu anak-anak yang usianya di bawahmu. Jadi, nanti kamu di TK malah jadi anak yang umurnya tertua. Dan umur itu akan terus bertambah, badan akan terus bertumbuh semakin besar dan semakin tinggi. Semua anak akan bertumbuh menjadi semakin dewasa. Kalau orang yang tua itu seperti kakekmu, itu orang yang sudah tua. Kalau masih sekolah SD, SMP, SMA, Kuliah, itu belum dikatakan tua. Anak-anak sekolah walaupun bertambah besar akan menjadi remaja kemudian menjadi dewasa. Kalau sudah seperti emak ini namanya setengah baya. Paham ya maksud emak?” Emak mengakhiri penjelasannya yang disambut dengan anggukan kepala oleh si Rifqy tanda memahami akan penjelasan emaknya.
#####################################
Kreator : Endah Suryani, S. Pd AUD
Comment Closed: Aku Tak Mau Tua
Sorry, comment are closed for this post.