Ibnu Al-Jauzi rahimahullah berkata, “Rencana Allah padamu lebih baik dari rencanamu. Terkadang Allah menghalangi rencanamu untuk menguji kesabaranmu. Maka perlihatkanlah kepada-Nya kesabaran yang indah. Tak lama, kamu akan melihat sesuatu yang menggembirakan.”
Kutipan ini memiliki makna yang sangat kuat bagiku, terutama tentang hidup yang kita jalani saat ini, mengajarkan kesabaran yang indah, bukan hanya bertahan, tetapi juga menerima dengan hati yang lapang dan penuh harap kepada Allah. Terkadang, ujian hidup datang begitu mendalam hingga kita merasa seolah-olah tidak bisa bertahan lagi. Namun, justru keadaan itulah yang membuat kita bisa menemukan kekuatan yang tidak kita duga sebelumnya.
Kekuatan itu sering kali datang bukan dari apa yang kita lihat, tetapi dari apa yang kita rasakan dan alami. Allah, dengan segala hikmah-Nya, sering mengarahkan kita melalui jalan-jalan yang penuh tantangan, untuk menguji sejauh mana kita bisa bertahan dengan sabar. Dalam setiap ujian, ada pelajaran yang berharga, yang jika kita bisa memahaminya, akan membawa kita lebih dekat kepada-Nya. Kesabaran yang indah bukan hanya tentang menahan diri dalam kesulitan, tetapi tentang berusaha untuk tetap memperbaiki diri, menumbuhkan rasa syukur, dan memandang setiap kesulitan sebagai bagian dari rencana Allah yang lebih besar.
Mungkin, di saat kita merasa paling rapuh, Allah sedang menyiapkan kita untuk kebahagiaan yang lebih besar. Dan pada saat kita mampu menunjukkan kesabaran yang indah itu, Allah akan memperlihatkan kita jalan keluar yang penuh berkah.
Demikianlah perjalanan indah ku dimulai, 176 hariku yang terbaik selama hidupku Rumah Qur’an Ummu Khadijah. Hari-hari itu bukan hanya tentang bacaan Al-Qur’an yang terus mengalir, tetapi juga tentang proses perubahan dalam diriku, dan aku merasakannya seperti ada yang mekar di dalam hatiku dan aku sangat bersyukur karenanya. Setiap huruf yang terucap, setiap pertemuan dengan ustadz dan ustadzah, obrolan dengan teman sejawat, memberikan pelajaran berharga yang tidak hanya membentuk diriku sebagai seorang santri, tetapi juga sebagai hamba yang lebih dekat dengan Allah.
176 hari itu menjadi saksi bisu perjalanan spiritual yang penuh makna, dimana aku belajar untuk lebih sabar, tawakkal, menerima diri dan takdir serta lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Setiap hari, aku menyadari bahwa setiap langkah, meski terasa sulit, membawa aku lebih dekat pada cahaya-Nya. Meski terkadang rasa lelah dan putus asa datang, aku tahu bahwa Allah selalu menyertai, menguatkan, dan memberi jalan keluar yang lebih indah dari yang aku bayangkan.
Dalam setiap langkah, mungkin kita bisa merasakan berbagai perasaan ragu dan takut. Namun, aku teringat sebuah tulisan inspiratif yang pernah aku temui di platform Facebook oleh Egy Adhitama. Singkatnya, tulisan itu menceritakan kisah seorang nelayan yang tetap berani mengarungi lautan meski ia tidak tahu pasti apa yang akan terjadi padanya. Ia tidak tahu kapan akan kembali, atau sebanyak apa tangkapannya. Yang ia tahu hanyalah tujuannya untuk mencari nafkah bagi keluarganya dan membekali dirinya dengan segala peralatan yang diperlukan. Sisanya, ia pasrahkan pada takdir Allah.
Nelayan itu memahami resiko yang ada, karena tidak ada pekerjaan yang mudah dan tidak ada perjalanan yang tanpa tantangan. Begitu pula dengan kita. Pada awalnya, kita tidak pernah tahu hasil dari setiap ikhtiar yang kita lakukan. Namun, kita hanya dibekali dengan sedikit keberanian dan keyakinan bahwa setiap langkah yang kita ambil tidaklah sia-sia. Hasil akhirnya, kita serahkan sepenuhnya kepada yang Maha Kuasa.
Ada sesuatu yang menenangkan di balik setiap langkah, langkah yang diiringi do’a dan ridho orang tua. Dalam perjalanan ini, aku belajar bahwa keberanian bukanlah tentang tidak merasa takut, tetapi tentang melangkah meski ada kecemasan. Keberanian sejati adalah tentang berjalan dengan penuh kepercayaan bahwa Allah selalu menyertai setiap langkah kita.
Aku belajar bahwa Allah adalah perencana terbaik, dan meskipun kita tidak selalu memahami setiap kehendak-Nya, pada akhirnya kita akan menyadari bahwa segala sesuatu terjadi dengan cara yang paling indah. Seiring berjalannya waktu, aku semakin yakin bahwa takdir-Nya lebih baik dari segala yang bisa aku rencanakan.
Seperti yang pernah diungkapkan oleh Umar bin Khattab radhiallahu anhu, “Tidak ada yang lebih baik bagi seorang mukmin selain dari segala yang ditakdirkan oleh Allah, baik itu dalam keadaan yang dia sukai maupun yang tidak.” Ketika kita memahami bahwa takdir Allah adalah bentuk kasih sayang-Nya yang tak terbatas, kita bisa lebih sabar dan tawakal dalam menghadapi segala peristiwa kehidupan.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dalam Surah At-Taubah (9:51), “Katakanlah, ‘Tidak akan menimpa kami kecuali apa yang telah ditetapkan oleh Allah untuk kami; Dialah pelindung kami. Dan hanya kepada Allah-lah orang-orang yang beriman harus bertawakal.'” Ayat ini mengingatkanku bahwa setiap kejadian, baik suka maupun duka, sudah menjadi bagian dari rencana-Nya yang sempurna. Allah selalu mengatur segalanya dengan penuh hikmah, meski kita terkadang tidak bisa melihatnya dengan jelas.
Semua yang terjadi, meskipun terasa berat dan penuh ujian pada awalnya, ternyata adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar. Aku menyadari, bahwa perjalanan ini dimulai dari ujian yang tampak sangat sulit bagiku, namun pada akhirnya Allah memperjalankan aku ke tempat yang terbaik. Di sanalah aku menemukan diriku kembali, dengan versi yang baru, dengan mimpi dan cita-cita yang baru pula.
Kreator : Ardianti
Comment Closed: Allah is The Best Planner
Sorry, comment are closed for this post.