KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Aksi » Altair

    Altair

    BY 04 Jul 2024 Dilihat: 62 kali
    Altair_alineaku

    Setelah menikmati waktu bersama keluarganya, Ilta tahu bahwa tugas besar menantinya. Sang Ilahi telah memberinya tanggung jawab utama sebagai utusan untuk menghapus seluruh energi kegelapan di alam Zivotu dan alam Nadvore. Namun, sebelum ia bisa memulai tugas suci itu, ada satu hal penting yang harus diselesaikan: memilih kandidat Vladyka ke-12 untuk menggantikan sang ayah.

     

    Di ruang pertemuan istana, Dewan Kazimierz berkumpul. Suasana penuh ketegangan, namun ada harapan yang menyelubungi ruangan. Alexei, yang kini telah pulih sepenuhnya, duduk di samping Ilta dengan bangga.

     

    Ilta membuka pertemuan dengan suara yang tegas namun tenang. “Saat ini, ada dua kandidat yang terpikirkan olehku,” katanya tegas, matanya menatap anggota dewan. “Kedua kakak angkatku, Sybil dan Walter. Mereka memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan telah melalui masa sulit bersama keluarga Videnbe ketika hampir dihapuskan dari Ke-7 keluarga utama.”

     

    Alexei mengangguk setuju. “Sybil dan Walter memang memiliki mental yang hebat dan tekad untuk melindungi sesama. Mereka berpikiran dingin dan mampu menghadapi situasi sulit.”

     

    Salah satu anggota dewan, seorang pria tua, mengangguk. “Sybil dan Walter memiliki reputasi yang baik di kalangan rakyat dan keluarga utama. Namun, keputusan ini harus dipertimbangkan dengan matang.”

     

    Ilta melanjutkan, “Kemampuan mereka dalam memimpin dan keahlian strategi berada diatas rata-rata, mengecualikan aku yang sebagai anak Indigo dengan indra keenamku. Aku yakin di antara mereka berdua ada yang pantas menjadi Vladyka ke-12.”

     

    Sybil, yang duduk di sisi ruangan, berdiri dan berkata, “Aku berjanji untuk melindungi dan memimpin dengan hati yang tulus. Aku akan memastikan keamanan dan kesejahteraan rakyat Zima.”

     

    Walter, yang berdiri di sebelah Sybil, menambahkan, “Aku akan ikut bekerja keras untuk menjaga kedamaian dan keadilan di kerajaan ini. Bersama-sama, kita bisa mengatasi segala tantangan.”

     

    Setelah pertimbangan matang dan diskusi yang panjang, Dewan Kazimierz akhirnya memilih Sybil sebagai Vladyka ke-12. Keputusan ini diterima dengan sukacita oleh semua pihak, mengingat kualitas dan kemampuan Sybil dalam memimpin.

     

    “Selamat, Kak Sybil,” kata Ilta sambil tersenyum. “Aku yakin kau akan menjadi Vladyka yang hebat.”

     

    Sybil tersenyum balik, matanya berbinar. “Terima kasih, Ilta. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menjaga dan memimpin kerajaan Zima.”

     

    Dengan urusan kerajaan yang telah selesai, Ilta dan Svetlana akhirnya berpamitan dengan keluarganya. “Jaga diri kalian baik-baik,” pesan Alexei. “Kami menunggu kabar baik dari perjalanan kalian.”

     

    Aria memeluk Svetlana erat. “Jaga Ilta dengan baik, Svela.”

     

    Svetlana mengangguk. “Aku berjanji, Ibu. Akan aku pastikan Ilta baik-baik saja.”

     

    Radostaw, mendekati Alexei dan Aria. “Sekali lagi, kami ucapkan terima kasih telah mengizinkan kami menjadi bagian dari kehidupan Ilta,” katanya dengan suara penuh emosi.

     

    Alexei menepuk bahu Radostaw. “Kami yang seharusnya berterima kasih, Radostaw. Keluarga Videnbe telah menjaga Ilta dengan baik selama kami tidak ada. Kami berhutang budi kepada kalian.”

     

    Ivana yang ada di sampingnya, tersenyum lembut. “Ilta adalah anak yang luar biasa. Kami selalu bangga padanya.”

     

    Sybil dan Walter mendekati Ilta untuk memberikan pelukan perpisahan. “Hati-hati di perjalanan, Ilta,” kata Walter. “Kami akan menjaga Zima dengan baik.”

     

    Ilta memeluk mereka erat. “Aku percaya pada kalian. Jaga keluarga kita dan kerajaan ini.”

     

    Dengan perpisahan yang penuh haru dan kehangatan, Ilta dan Svetlana kemudian bersiap mencari Sovu, hewan majestik yang hanya bisa ditemui di kawasan daratan Snegi.

     

    Ninguit dan Lucere

    Sovu adalah makhluk-makhluk elegan dengan pemandangan yang memukau. Mereka milik bulu putih layaknya salju, selembut sutra, yang membuat mereka terlihat sangat anggun dan suci. Tubuh mereka dipenuhi bulu tebal yang melindungi mereka dari suhu dingin. Memiliki empat kaki yang kuat, mereka mampu berlari cepat di daratan salju tanpa tergelincir.

     

    Yang paling menakjubkan dari Sovu adalah sayapnya. Sayap panjang dan lebar mereka mirip burung hantu, memberikan kemampuan terbang yang lincah dan tangkas di udara. Saat Sovu mengepakkan sayapnya, terlihat seperti pemandangan yang indah, dengan bulu sayap yang berkilauan seperti kristal salju di bawah sinar matahari.

     

    Ilta dan Svetlana berdiri di tepi hutan Snegi, tempat di mana Sovu yang legendaris sering terlihat. Salju berkilauan di bawah sinar matahari, memberikan suasana magis pada sekeliling mereka. Ilta memegang erat kristal kecil yang digunakan untuk memanggil Sovu, sementara Svetlana bersiap dengan hati yang penuh harapan.

     

    Dengan perlahan, Ilta mengangkat kristal itu dan mengucapkan mantra pemanggil. Cahaya biru lembut muncul dari kristal, memancar ke arah hutan. Tak lama kemudian, terdengar suara sayap mengepak dari kejauhan. Dua sosok anggun muncul, terbang melintasi langit bersalju dan mendarat dengan lembut di hadapan mereka.

     

    Ilta menatap Sovu dengan kekaguman. “Makhluk ini benar-benar luar biasa,” katanya sambil memandangi Sovu. Svetlana berdiri di sampingnya, juga terpesona oleh keanggunan kedua makhluk tersebut.

     

    “Iya, Sovu memang istimewa,” jawab Svetlana dengan senyum. “Bahkan ada yang mengatakan, mereka berasal dari alam Cristvo Bozije.”

     

    Kedua Sovu itu memandang Ilta dan Svetlana dengan mata besar yang penuh rasa ingin tahu. Bulu mereka menjatuhkan salju putih yang lembut, dan sayap mereka berkilauan seperti kristal. Ilta merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat melihat keindahan makhluk-makhluk ini.

     

    Svetlana melangkah maju terlebih dahulu, merasakan aura dari Sovu yang paling dekat dengannya. Sovu itu berdiri tegak, waspada, namun tidak agresif. Svetlana tahu bahwa pendekatan yang lembut dan penuh kesabaran adalah kunci untuk menjinakkan makhluk ini.

     

    Dia merogoh sakunya dan mengeluarkan seikat bunga es yang telah dipetik sebelumnya. Dia tahu bahwa Sovu memiliki ketertarikan terhadap bunga-bunga es ini. Dengan perlahan, dia mengulurkan tangannya, menawarkan bunga tersebut kepada Sovu memiliki corak muda. Makhluk itu memandangnya dengan ragu-ragu sebelum akhirnya mendekat dan mencium bunga es itu. Svetlana tersenyum dan mengelus kepala Sovu dengan lembut.

     

    “Tidak perlu khawatir, Lucere,” kata Svetlana dengan suara lembut, memberikan nama pada Sovu yang baru dijinakkannya. Dia terus berbicara dengan nada yang menenangkan, sementara Sovu mulai merasa lebih nyaman di dekatnya.

     

    Sementara itu, Ilta menghadapi tantangan yang sama dengan Sovu lainnya. Dia mengingat tentang pentingnya menunjukkan ketenangan dan kepercayaan diri saat menjinakkan makhluk seperti Sovu. Dia mengulurkan tangannya dengan perlahan, menunggu makhluk itu mendekat.

     

    Ilta juga menawarkan bunga es yang sama. Sovu itu, memiliki corak tua yang tampak lebih berhati-hati dibandingkan dengan Lucere, perlahan-lahan mendekat dan mulai mencium bunga es tersebut. Ilta tidak bergerak, membiarkan Sovu mengambil inisiatif. Setelah beberapa saat, Sovu mulai merasa lebih nyaman dan mendekat lebih dekat, membiarkan Ilta menyentuh bulu lembutnya.

     

    “Namamu adalah Ninguit,” kata Ilta dengan lembut, merasakan keajaiban momen tersebut. Sovu itu menatapnya sejenak sebelum akhirnya mengeluarkan suara lembut sebagai tanda penerimaan.

     

    Dengan Sovu di sisi mereka, Ilta dan Svetlana merasa lebih siap dari sebelumnya untuk menghadapi tantangan yang menanti. Mereka menaiki punggung makhluk-makhluk itu, merasakan kekuatan dan kehangatan dari tubuh mereka yang berbulu tebal. Sayap Sovu yang besar dan kuat mengepak, mengangkat mereka ke udara dengan gerakan yang anggun.

     

    Angin dingin menyentuh wajah mereka, tapi Ilta dan Svetlana merasa hangat dengan kebahagiaan dan keberanian. Dengan Ninguit dan Lucere sebagai teman setia, mereka siap untuk menjalankan tugas yang diberikan oleh Sang Ilahi dan menghadapi segala rintangan yang ada di depan.

     

    Bersama-sama, mereka terbang melintasi langit kerajaan Zima, Ilta merasakan angin dingin menyentuh wajahnya. Dia memandang Svetlana di sampingnya dan tersenyum. “Ini baru permulaan, Svela. Banyak tugas besar yang menanti kita.”

     

    Svetlana mengangguk, matanya berkilauan dengan semangat. “Aku siap untuk semua itu, Ilta. Bersamamu, aku merasa bisa menghadapi apapun.”

     

    Ilta mengeratkan genggamannya pada Ninguit dan melihat ke depan. “Untuk masa depan yang lebih baik,” katanya dengan tekad kuat. “Dan untuk memenuhi takdir kita.”

     

    Di perjalanan menuju Ludmila, ibukota kelompok More, yang berada di tengah Benua Vozduxu, Ilta merasakan tanah di bawah kakinya bergetar. Sebuah retakan misterius muncul di hadapannya, memancarkan cahaya aneh yang seolah memanggilnya. Sebelum Ilta bisa menghindar, dia tersedot ke dalam retakan itu yang memisahkan dirinya dari Ninguit, Svetlana, dan Lucere dalam sekejap.

     

    Ilta membuka matanya dan melihat sosok yang dikenalnya, Rzyuu. Di samping Rzyuu ada seorang gadis yang tampak identik dengannya.

     

    “Rzyuu?” Ilta bertanya dengan bingung.

     

    “Ilta? Bagaimana kau bisa ada di Altair,” jawab Rzyuu dengan kebingungan yang sama. “Oh ya, ini Yusra Shahla,” lanjutnya, menunjuk pada gadis di sampingnya.

     

    Yusra tersenyum lembut. “Senang bertemu denganmu, Ilta Jedlikca. Saya adalah Yusra Shahla, kamu bisa memanggil saya Yusra.”

     

    Ilta masih mencoba memahami situasinya, namun seketika itu, sosok lainnya muncul. Di bawah cahaya bintang-bintang yang bersinar terang di Dimensi Altair, mereka berkumpul di sebuah meja bundar yang dilapisi oleh cahaya galaksi yang berkilauan. Mereka saling memandang satu sama lain, siap untuk memperkenalkan diri dan asal-usul mereka.

     

    Tujuh Karakter Utama

    Rzyuu berdiri terlebih dahulu, rambutnya yang dulunya hitam kini terlihat putih pada bagian atas dan hitam di bagian bawahnya, dengan mata hitam kehijauan yang memancarkan ketenangan dan ketegasan. “Aku Rzyuu Intco, berasal dari dimensi Nisha. Takdirku terikat pada gerhana bulan sabit, membawaku pada perjalanan transendental okultis yang penuh dengan tantangan spiritual. Aku adalah pemimpin supranatural dengan kemampuan memanipulasi takdir menggunakan kemampuan Ivex juga Zenoir.”

     

    Yusra, dengan rambut yang sama dengan Rzyuu, tersenyum lembut dan mata hitam merah mudanya memancarkan kebijaksanaan, melanjutkan. “Saya Yusra Shahla, juga dari dimensi Nisha. Pemimpin Intco dengan takdir purnama. Bersama Rzyuu, saya menghadapi misteri takdir kami yang terjalin erat dengan peristiwa supranatural yang mengguncang dimensi kami. Saya menguasai teknik gaib dan dapat menyembuhkan serta menciptakan perlindungan dengan energi cahaya bulan purnama.”

     

    Ilta berdiri berikutnya, dengan wajah penuh keteguhan meskipun ada beberapa perasaan lain dalam mata hitam dan putihnya. “Aku Ilta Jedlikca, putra dari pemimpin kerajaan Zima dan utusan Sang Ilahi dari dimensi Svetu Razvitie. Kehidupanku berubah setelah kehilangan orang tuaku saat masih kecil, tapi semuanya sudah kembali seperti semula berkat bantuan Rzyuu. Aku sekarang sedang menjalankan tugas sebagai utusan Sang Ilahi, berencana untuk menghilangkan energi kegelapan yang ada di duniaku.”

     

    Nyssa memancarkan aura positif dengan senyumannya yang cerah, mata merahnya memberikan semangat dan keceriaan, diikuti oleh rambut hitam yang memiliki corak merah berbentuk akar pohon. “Saya Nyssa Blythe, petualang dan pecinta musik dari dimensi Wren. Bersama kelompok Sonnet, kami menyebarkan kegembiraan dan harapan melalui musik, menghadapi tantangan dan menemukan kekuatan dalam persatuan dan ketabahan. Aku menguasai kemampuan yang dapat menciptakan ilusi dengan kekuatan musik dan lagu.”

     

    Olle menyambung, rambutnya yang berwarna gradasi biru hitam mencerminkan energi dan keberaniannya, sedangkan mata biru gelapnya memancarkan keceriaan dan semangat petualangan yang tak terbatas. “Aku Olle Octogram, seorang putra mahkota dari dimensi Fornax. Aku menjalani perjalanan yang penuh dengan makhluk sihir dan pengetahuan bintang, dimana aku menemukan identitas sejati aku sebagai pewaris kerajaan Noctis. Aku memiliki mata bintang yang mampu menggunakan kekuatan bintang dan mengendalikan energi jiwa dari makhluk dengan unsur bintang roh.”

     

    Kasya kemudian mengambil giliran, mata hijau dengan tatapan penuh rasa ingin tahu dan rambut hitam coklat yang tertutup topi, berbicara dengan riang. “Aku Kasya Pyxis, si pemberontak jenius yang ahli teknologi sekaligus pembalap galaksi dari dimensi Eridanus. Bersama kakakku, kami melawan aliansi yang menindas, menggunakan pengetahuan dan keberanian kami untuk menghadapi rintangan yang ada. Aku memiliki mata yang memungkinkanku melihat informasi teknologi secara lengkap dengan unsur teknologi dan informasi untuk memodifikasinya.”

     

    Evrin, dengan aura kesucian dan ketenangan, berbicara dengan suara lembut dan kasih. “Aku Evrin Alin, gadis suci dari dimensi Shiloh. Dengan kemampuan menyembuhkan dan membersihkan kutukan, aku menjalani misi untuk membawa kesembuhan dan kebaikan di dunia yang sudah melalui masa kekacauan. Aku memiliki kemampuan yang memberikan kesembuhan mutlak dan menyucikan kutukan dengan cahaya suci. Senang berkenalan dengan kalian semua, semoga Maha Suci memberkati.”

     

    Setelah perkenalan mereka, Rzyuu berdiam diri sejenak, “Ivex, Layers of destiny.” gumamnya, menggunakan kemampuan khususnya untuk mencari informasi terkait takdir yang sedang terjadi.

     

    “Tujuh Takdir… jiwa kita sepertinya memiliki ikatan yang saling berhubungan,” kata Rzyuu, suaranya tenang namun penuh dengan keyakinan. “Bisa dibilang kita adalah anak kembar yang terlahir dengan jiwa yang sama, dengan pondasi yang didasarkan pada keberadaanku sebagai tetua di antara kalian.”

     

    Dengan gerakan tangannya yang elegan, Rzyuu memunculkan sebuah denah hologram. Cahaya biru yang lembut membentuk peta dimensi yang terhubung: Altair, Nisha, Svetu Razvitie, Wren, Fornax, Eridanus, dan Shiloh. Setiap dimensi tampak bersinar dengan intensitas berbeda, mencerminkan tingkatannya dalam hirarki dunia. Bersamaan dengan munculnya denah, portal-portal bercahaya terbuka, menghubungkan mereka langsung dengan dunia asal masing-masing.

     

    Kasya, tersenyum sambil mengangguk. “Hologram seperti ini selalu memukauku, meskipun sudah sering kulihat,” gumamnya dengan nada ceria.

     

    Denah itu memperlihatkan tingkatan dimensi dari yang pertama hingga ketujuh. “Dimensi Nisha dan Svetu Razvitie ada di tingkat ketujuh,” jelas Rzyuu. “Dimensi Wren di tingkat kedua dan Shiloh di tingkat pertama. Sementara Fornax berada di antara tingkat empat dan lima, lalu terakhir, dimensi Eridanus di tingkatan keenam.”

     

    Ilta memandang dengan penuh pemikiran. “Jadi, kita semua berasal dari dimensi yang berbeda, tetapi saling terhubung oleh takdir kita,” katanya dengan suara rendah. “Apa yang harus kita lakukan sekarang?”

     

    Nyssa mengangkat alisnya. “Kita adalah keluarga, satu keluarga yang harmonis dan saling mendukung,” ucapnya dengan senyum cerah. “Kita harus menemukan cara untuk memanfaatkan ikatan ini demi kebaikan semua dimensi.”

     

    Rzyuu menatap mereka dengan pandangan penuh harapan. “Dengan semangat baru dan ikatan yang lebih kuat, kita bisa menghadapi petualangan dan tantangan yang menanti kita di setiap dimensi,” katanya. “Mari kita bersama-sama melindungi dunia kita dan memastikan bahwa Tujuh Takdir ini tetap terjalin kuat.”

     

    Yusra menggenggam tangan Rzyuu dengan lembut. “Kita tidak sendiri dalam perjalanan takdir,” ucapnya. “Dengan kebersamaan, kita bisa menghadapi apapun yang datang.”

     

    Evrin menambahkan dengan suara lembut namun tegas, “Mari kita bawa kebaikan dimanapun kita berada. Kita adalah harapan bagi masing-masing dimensi kita.”

     

    Olle menatap mereka semua dengan semangat yang membara. “Aku siap untuk bertarung dan melindungi kalian semua,” katanya. “Tidak peduli apa pun yang harus kita hadapi.”

     

    Kasya tertawa kecil. “Ayo, kita punya banyak petualangan yang menanti,” katanya. “Dan aku tidak sabar untuk melihat apa yang akan kita temukan.”

     

    Mereka semua saling memandang dengan pengertian baru. Di bawah cahaya bintang-bintang dimensi Altair, mereka mengetahui takdir mereka bersama-sama, sebagai satu keluarga yang harmonis dan saling mendukung.

     

    Rzyuu kembali berbicara, kali ini dengan nada penuh ketegasan. “Kita akan kembali ke dimensi masing-masing, tetapi ingatlah bahwa kita selalu terhubung. Saat dibutuhkan, kita akan berkumpul lagi dan menggunakan kekuatan serta kebijaksanaan yang kita miliki untuk menjaga keseimbangan antar dimensi.”

     

    Dengan ucapan itu, mereka berdiri, satu per satu melangkah ke portal yang membawa mereka kembali ke dunia asal mereka. Masing-masing membawa harapan dan semangat baru, siap menghadapi petualangan dan tantangan yang menanti mereka, dengan dukungan dari Tujuh Takdir yang mengikat mereka bersama. Terkecuali Ilta yang menetap di Altair bersama Rzyuu.

     

    Sebelum berpisah

    Di bawah cahaya bulan yang terang di Dimensi Altair, Ilta merasakan perasaan yang tak pernah ia alami sebelumnya. Kehidupannya yang sesaat diantara saudara-saudarinya, memberikan kedamaian dan ketenangan yang melampaui apa yang pernah dirasakannya bersama keluarganya di Dimensi Svetu Razvitie.

     

    Ilta duduk di atas sebuah batu besar, memandang langit yang penuh dengan bintang-bintang berkilauan. Rzyuu, sosok yang memiliki peranan terbesar dalam hidupnya, berdiri di sampingnya.

     

    “Rzyuu,” panggil Ilta, suaranya penuh rasa ingin tahu dan kekaguman, “berbicara denganmu adalah hal terpenting bagiku. Kau telah memulihkan orang tuaku yang aku saja tidak tahu harus bagaimana jika tidak ada dirimu saat itu. Aku tak tahu bagaimana aku bisa membalasnya.”

     

    Rzyuu tersenyum lembut, mata hijau kehitamannya memancarkan kebijaksanaan dan kedamaian. “Ilta, kau tidak perlu membalasnya. Kebaikan yang kita lakukan akan selalu menemukan jalannya kembali kepada kita. Kau adalah saudaraku, dan aku akan selalu ada untukmu.”

     

    Malam semakin larut, namun Ilta merasakan sesuatu yang aneh di kejauhan. Ia menatap bulan di langit Altair dan melihat bayangan samar di permukaannya. “Rzyuu, apa itu?” tanyanya, menunjuk ke arah bulan.

     

    Rzyuu mengikuti arah pandangan Ilta, lalu mengangguk. “Itu adalah Inmos,” jawabnya tenang. “Makhluk penjaga Intco yang berasal dari energiku, Zenoir.”

     

    Ilta mengerutkan kening, penasaran. “Bagaimana kau bisa menciptakan makhluk seperti itu?”

     

    Rzyuu menarik napas dalam-dalam, mengenang prosesnya. “Semua ini terjadi secara tidak sengaja. Saat aku memanipulasi energi Zenoir, Inmos tercipta sebagai bentuk senjata hidup dengan perlindungan dan kekuatan yang mutlak. Zenoir adalah senjataku yang bisa menjadi berbagai senjata dingin dan senjata api. Bahkan, bisa menjadi zirah yang dulu digunakan saat bertemu denganmu di Dimensi Svetu Razvitie.”

     

    Rzyuu mengangkat tangannya, dan dari kejauhan, Inmos mulai bergerak. Cahaya bulan memantulkan kilauan biru dari tubuhnya yang terus berubah bentuk. Dalam sekejap, Inmos muncul di hadapan mereka, mengubah dirinya menjadi sebuah pedang dengan logo kelabang dengan sabit yang berkilauan.

     

    “Inmos,” panggil Rzyuu dengan suara tegas namun lembut, “temui Ilta.”

     

    Pedang itu bergetar seolah-olah menjawab panggilan Rzyuu, lalu berubah menjadi sosok kelabang yang terbuat dari api hitam dengan aura putih. “Salam, Ilta,” ucap Inmos dengan suara yang dalam dan bergema.

     

    Ilta memandang Inmos dengan kekaguman. “Ini luar biasa,” katanya. “Rzyuu, kau benar-benar hebat.”

     

    Rzyuu tersenyum mendengarnya, “Terima kasih, Ilta. Namun, kekuatan yang sebenarnya ada dalam diri kita sebagai pejuang kehidupan. Kekuatan sejati muncul dari perjalanan waktu ataupun bahkan warisan para leluhur, yang kau perlu ketahui adalah, setiap kekuatan pasti memiliki tanggung jawabnya.”

     

    Ilta mengangguk setuju. “Aku mengerti, Rzyuu. Aku akan selalu ingat pelajaran ini.”

     

    Malam itu, di bawah cahaya bulan dan bintang-bintang di Altair, Ilta bersama Rzyuu berbicara panjang lebar tentang takdir, kekuatan, dan persaudaraan. Ilta merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan di dimensi asalnya, Svetu Razvitie, dengan dukungan dari saudara-saudaranya dari Dimensi Altair.

     

    Saat waktu yang terasa abadi itu hampir berakhir, Ilta bersiap untuk kembali ke dimensinya. Namun, sebelum berpisah, ia merasakan dorongan kuat untuk melakukan sesuatu yang lebih.

     

    “Rzyuu,” kata Ilta dengan serius, “di duniaku, ada sebuah ritual yang mengikat hubungan antara dua orang menjadi saudara sejati. Namanya Ikatan Darah. Aku ingin melakukannya denganmu.”

     

    Rzyuu menatap Ilta dengan penuh rasa hormat. “Baiklah, aku bersedia, Ilta. Bagaimana caranya?” mengiyakan ajakan Ilta.

     

    Ilta mengeluarkan Cakram pelindungnya miliknya, yang semulanya sarung tangan berubah menjadi sebilah pisau. Dengan hati-hati, ia menyayat punggung tangannya. Rzyuu mengikuti dengan mengubah Zenoir menjadi pisau putih, lalu menyayat telapak tangannya sendiri.

     

    Tangan kanan Rzyuu ada di atas tangan kanannya Ilta, darah mereka bercampur saat tangan mereka bersentuhan. Ilta mulai mengucapkan sumpah darah itu, dan Rzyuu mengikutinya dengan penuh keyakinan.

     

    “Dengan darah ini, kami mengikat takdir kami,” ucap Ilta. “Kami bersumpah untuk selalu melindungi, mendukung, dan membantu sebagai saudara sejati.”

     

    Rzyuu melanjutkan, suaranya penuh keheningan yang sakral. “Dengan darah ini, kami menjadi satu. Takdir kami terjalin erat, tidak akan terputus oleh waktu atau ruang. Kami adalah saudara sejati, dalam kehidupan ini dan seterusnya.”

     

    Setelah sumpah diucapkan, darah mereka berhenti mengalir, dan luka mereka sembuh dengan cepat, meninggalkan bekas kecil sebagai tanda ikatan mereka.

     

    Dengan semangat baru dan kepercayaan diri yang diperbarui, Ilta melangkah ke portal yang membawanya kembali ke Svetu Razvitie, siap menghadapi petualangan dan tantangan dengan kekuatan dan kebijaksanaan yang ia peroleh di Altair.

     

    Rzyuu berdiri di sana, memandang portal yang menghilang, merasakan kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam. “Sampai jumpa lagi, saudaraku,” bisiknya pada angin malam yang sejuk. “Tujuh Takdir akan selalu terhubung, dimanapun kami berada.”

     

    “Hei, siapa disana? Hah!? Ry? Kenapa kalian ada disini, seperti ada sesuatu yang menarik akan terjadi di masa mendatang. Kami tidak sabar menunggunya.”

     

     

    Kreator : Ry Intco

    Bagikan ke

    Comment Closed: Altair

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021