KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Amerta Gubuk Bambu Tempat Singgah Ku Tercinta

    Amerta Gubuk Bambu Tempat Singgah Ku Tercinta

    BY 27 Agu 2024 Dilihat: 17 kali
    Amerta Gubuk Bambu Tempat Singgah Ku Tercinta_alineaku

    Siang ini pukul 12:32 WIB, 13 Juni 2023. Seusai sholat dzuhur, sembari tiduran, sembari nonton TVRI acara berita klik Indonesia siang. Otak ku terus menyuruh membuka kompasiana seakan membisikkan ajakan “ayo latihan menulis lagi”. Jempol ku pun tak ada sabar merespon ajakan otak ku, scroll browser dan langsung membuka laman menulis. Rasanya ingin menulis tentang apapun itu, tak terkecuali terkait gubuk bambu ku tercinta. 

     

    Gubuk bambu ku berdiri di secuil tanah di bantaran sungai, aku nunut alias numpang di tanah milik simbah ku yang terbengkalai tidak ditanami, karena simbah ku sudah sangat sepuh, sudah tidak bisa nyawah, jalan ke mushola depan rumah saja kesulitan, sistem motorik ya sudah agak kaku, otot-ototnya sudah kendur, namun simbah ku masih aktif bercerita, mata juga masih jelas membaca, pendengaran pun masih jelas. 

     

    Akhir februari 2020 aku ijin kepada simbah ku untuk mendirikan gubuk bambu ditanahnya dan diizinkan, betapa senang hati ku, aku memulainya sendiri, menebang bambu sendiri, memotongnya, mikul alias mengangkutnya, seminggu lebih aku kerjakan sendiri, bahan kerangka sudah terkumpul, mulai lah aku mempekerjakan tetangga, dia tuna rungu, karena aku gak enak saja kalau member uang langsung dikira gimana-gimana, dengan tak suruh kerja membantuku, jalan beberapa hari malah pemuda setempat banyak yang pada tahu aktifitas ku, karena awal pandemi pemuda yang biasanya merantau buruh bangunan di Jakarta semua dirumah, mereka banyak berdatangan sembari mandi di sungai dan turut membantu mendirikan gubuk ku.

     

    Nama sungainya “kedung dalan”, kedung sendiri adalah bagian sungai yang memiliki kedalaman cukup dalam, sedang kata dalan merujuk dari kata jalan, yakni jalan penyebrangan yang dulunya adalah jalan utama menghubungkan antara satu padukuhan dengan padukuhan lain. Dulu lebarnya sekitar 2,5-3 meter, sekarang kondisi jalan sudah menciut, lebar yang tersisa tidak ada 1 meter. Mayoritas karena dikikis oleh pemilik tanah samping-samping jalan.

     

    Selain ada kedung dalan, ada juga kedung macan, ada kedung sapi, ada kedung lengkong dll. Kedung macan letaknya tepat di campuan alias pertemuan dua jalur sungai dari timur sungai bulungan dan dari barat sungai kelar, titik temu dua sungai itu ada di pojok tanah simbah ku, kedung macan ini memiliki sumber mata air di bagian sebrang dari tanah simbahku, sumber mata air itu yang aku gunakan untuk aku konsumsi. Sebenarnya banyak sumber mata air di bantaran sungai ini dan airnya lebih besar, cuma letaknya lumayan jauh dan tuk macan alias mata air kedung macan ini yang paling dekat.

     

    Di kedung dalan ini ada curug alias air terjun kecil, seperti bendungan tapi ini alami batu cadas, di sini sering setiap pagi aku jalan tanpa alas kaki, lumayan itung-itung terapi, hidrotherapy, memanfaatkan ion negatif yang melimpah. Bantaran sungai dan gubuk bambu tercinta dengan bentuk sangat sederhana yang senantiasa menjadi sumber banjirnya inspirasi.  

     

    Gubuk ku letaknya ada di tengah kelurahan, dikelilingi 5 padukuhan radius 1 kilometer melewati sawah dan hutan. Aku rasa sungai ini pula yang menjadi sejarah tercetusnya nama Desa Wadas. Karena kebanyakan orang dulu memberi nama perkampungan biasanya dari sungai atau mata air atau hutan. Nah kata “Wadas” adalah bahasa jawa yang artinya adalah “Batu Cadas”. Terkait sejarah bubak yoso deso alias sejarah mulai terbentuknya desa ini masih aku lakukan pendalaman, karena pihak desa pun tidak memiliki buku catatan awal mula terbentuknya desa ini, aku banyak mencari sumber cerita dari sesepuh-sepuh yang belum punah, hahaha. 

     

    Cukup kesulitan karena keterbatasan sumber literatur untuk aku kaji. Tapi memang benar adanya, saat aku susuri sungai ini ada beberapa titi bebatuan cadas. Dari yang pertama ada kedung Cangkring, memiliki air terjun mungil setinggi 1 meteran dengan karakter batu cadas hitam yang esthetic, kedung Cangkring juga memiliki sumber mata air yang cukup deras, terletak di perbatasan desa/kelurahan antara Desa Jati dan Desa Wadas. 

     

    Titik batu cadas yang kedua berada di tengah, yakni kedung dalan, yang aku dirikan gubuk bambu tercinta ini. Yang terakhir ada di ujung perbatasan Desa Wadas dan Desa Kemploko, tepat di perbatasan ini air terjun yang cukup tinggi, sekitar 20-30 meter dan potensi desa ini belum dikelola sebagai destinasi wisata. Semoga kelak terkelola dengan baik untuk meningkat kan ngeliat ekonomi masyarakat desa, menjadi desa yang mandiri. 

     

    Dari desa untuk Indonesia maju. Barokalloh 

     

    Sekelumit cerita ku siang ini yang tidak bermutu, cerita yang abstrak, ngalor ngidul, ngetan ngulon tidak jelas, hahaha. demikian waktu sudah Menunjukkan pukul 13:55 WIB, waktu ku untuk istirahat siang. I love myself. Nitip sehat, semangat dan jangan lupa bahagia. Barokalloh. 

     

    Ini adalah latihan menulis ku yang ke 16, kutulis pada tanggal 13 Juni 2023. Berikut link kompasiana saya; https://www.kompasiana.com/nagariamerta5892

     

     

    Kreator : Chafid Marzuki

    Bagikan ke

    Comment Closed: Amerta Gubuk Bambu Tempat Singgah Ku Tercinta

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021