“Plet… Plet… Plet…”
Terdengar suara letupan-letupan cepat dan acak dari cimol yang meletus saat digoreng memenuhi dapur, bunyinya semakin keras seiring dengan minyak yang semakin panas. Di tengah hiruk-pikuk suara letupan, tiba-tiba terdengar teriakan panik.
“Aaaah! Tolong! Tolong!”
Suara itu menggetarkan suasana, penuh dengan rasa takut, seolah-olah percikan minyak panas mengarah ke mana-mana, membuat orang di dekatnya berteriak meminta bantuan dengan suara gemetar dan ketakutan.
Minggu pagi yang cerah, ketiga sahabat yaitu Rika, Salsa dan Tantri berkumpul di rumah Rika untuk mengerjakan tugas sekolah. Kebetulan saat itu Ayah, Ibu dan Adik Rika sedang menghadiri undangan perkawinan saudara di luar kota. Setelah hampir dua jam berkutat dengan buku dan catatan, rasa lelah mulai menjalari tubuh mereka.
Rika tiba-tiba berhenti dan memasang wajah penasaran.
“Eh, denger nggak? Ada suara apa tadi?” tanyanya, sambil menoleh ke arah Tantri.
Tantri hanya tertawa malu sambil memegangi perutnya.
“Itu… kayaknya perut aku yang bunyi. Laper banget, belum sempet makan dari pagi,” jawabnya dengan sedikit canggung.
Salsa tertawa mendengar pengakuan itu. “Hahaha, keroncongan ya? Tuh kan, kamu harusnya sarapan dulu tadi!” candanya.
Tantri mengangguk sambil meringis, masih memegangi perutnya yang semakin terasa sakit. “Iya, bener. Aduh, perutku sakit nih, udah nggak tahan,” katanya.
Melihat Tantri kesakitan, Rika segera berkata, “Ya udah, ayo kamu makan sekarang! Nggak bisa belajar kalau perut keroncongan terus.”
Rika mengambilkan nasi, lauk, dan sayur dari lemari di ruang makan lalu memberikan kepada Tantri. Tak lupa, Rika juga membawa snack untuk Salsa dan Rika.
Salsa tiba-tiba menyela, “Gimana kalau kita buat cimol? Kayak yang di kantin sekolah. Aku ngidam banget!”
Rika dan Tantri saling pandang sejenak, kemudian mengangguk setuju. Meski belum pernah sekalipun membuat cimol sendiri, mereka bersemangat mencoba.
“Yuk, kita buka YouTube, cari tutorial cara buatnya,” ajak Salsa sambil meraih ponsel.
Setelah menonton beberapa video, mereka mulai membagi tugas. Salsa diberi tanggung jawab untuk belanja bahan-bahan, sementara Rika dan Tantri kebagian tugas membuat adonan dan menggorengnya.
Setelah Salsa pulang dari pasar dengan bahan-bahan yang dibutuhkan, Rika dan Tantri mulai meramu adonan sesuai instruksi dari video tutorial. Mereka bekerja sama dengan cekatan, bercanda di sela-sela pekerjaan. Ketika adonan siap, tibalah saat yang paling menegangkan: menggoreng cimol.
Rika, yang merasa paling berani, maju untuk menyalakan kompor dan meletakkan wajan berisi minyak di atasnya. Ketika minyak mulai memanas, ia memasukkan beberapa bulatan adonan cimol ke dalamnya. Awalnya, semua terlihat baik-baik saja, tapi hanya dalam hitungan detik, letupan keras terdengar dari dalam wajan. Minyak panas memercik liar, berhamburan ke segala arah.
“AAAAHHH!” jerit Salsa sambil melompat menjauh dari kompor.
Tantri berlari ke sudut dapur, memegangi tangannya yang terkena sedikit percikan.
“Cepat matikan kompornya!” serunya panik.
Namun, Rika, yang terjebak di dekat kompor, hanya bisa meloncat-loncat ketakutan sambil menghindari percikan minyak dan adonan cimol yang meletup.
Keributan itu terdengar sampai ke luar rumah. Bu Watik, tetangga mereka yang sedang mengangkat jemuran tak jauh dari dapur, segera bergegas masuk ke rumah Rika.
“Ada apa ini?!” tanyanya terkejut, melihat dapur berantakan dengan minyak dan cimol bertebaran di lantai.
Ketiga sahabat itu berteriak minta tolong sambil melambai-lambaikan tangan, tak tahu harus berbuat apa. Dengan cepat, Bu Watik maju mendekati kompor dan langsung mematikan apinya.
“Ya ampun, kalian ini kenapa?” tanyanya sambil terkekeh.
Setelah situasi tenang, mereka bertiga duduk lemas di lantai dapur. Rika dan Tantri menangis kecil, sementara Salsa memegang perutnya, tertawa terbahak-bahak.
“Cimol-nya… ngamuk.” kata Salsa terpotong-potong di antara tawanya.
Sontak saja, Rika dan Tantri ikut tertawa, menyadari betapa konyolnya kejadian barusan.
Bu Watik menggeleng-gelengkan kepala, tak bisa menahan senyum. “Ya sudah, ayo ceritakan apa yang terjadi,” pintanya dengan sabar.
Mereka bertiga lalu menceritakan bagaimana awalnya ingin membuat cimol sendiri seperti yang sering mereka beli di kantin, tapi malah berakhir dengan letupan minyak dan cimol yang ‘mengamuk’. Mendengar cerita itu, Bu Watik tertawa kecil.
“Kalian ini ada-ada saja. Nih, biar Ibu ajari cara menggoreng cimol yang benar, tapi sebelum kita lanjutkan menggoreng, kita bersihkan dulu dapurnya.”
Setelah dapur dibersihkan dari percikan minyak dengan hati-hati, Bu Watik menyalakan kompor kembali, memastikan minyaknya tidak terlalu panas. Ia menggoreng cimol dengan tenang, dan kali ini, tak ada letupan sama sekali. Ketiga sahabat itu memperhatikan dengan serius, seolah sedang belajar ilmu yang sangat berharga.
Akhirnya, semua cimol berhasil digoreng dengan sempurna. Mereka berkumpul di meja makan, menikmati hasil kerja keras mereka bersama Bu Watik. Sambil menyantap cimol yang gurih, mereka tertawa lagi, mengenang betapa kocaknya peristiwa tadi. Bu Watik ikut terbahak, tak menyangka bisa mengalami pagi yang begitu seru dengan ketiga gadis tersebut.
“Kalau mau coba lagi, panggil Ibu ya.” kata Bu Watik sambil tersenyum.
Mereka pun setuju, sepakat bahwa pengalaman membuat cimol hari ini akan selalu mereka ingat. Mereka mengucapkan terima kasih kepada Bu Watik yang telah membantu dan mengajari mereka menggoreng cimol yang benar.
Kreator : Siti Murdiyati
Comment Closed: Amukan cimol
Sorry, comment are closed for this post.