KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Anak-anak Pilihan

    Anak-anak Pilihan

    BY 31 Des 2024 Dilihat: 98 kali
    Anak-anak Pilihan_alineaku

    Tangis seisi ruangan pun pecah ketika kami melihat anak-anak pulang dari pondok dan menemukan Ayah mereka sudah tidak bernyawa. Si Sulung menangis meraung-raung, sementara Si Bungsu mendekap tubuh Sang Ayah yang sudah tak bernapas. Kami memeluk kalian untuk menguatkan hati kalian.

    Kalian, anak-anak yang kuat itu, ikut memandikan jenazah Ayah mereka, kemudian sholat jenazah, dan mengantarkan jenazah Ayahnya kalian sampai ke peristirahatan terakhir.

    Siapapun yang melihat kalian pasti akan menangis. Anak-anak yang masih sangat membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tua, sementara Ibu dan Ayah kalian sudah menghadap Sang Khalik. Kami semua berdoa agar kalian diberikan ketabahan dan kekuatan untuk menjalani takdir yang Allah berikan.

    Setelah 40 hari kepergian Ayah kalian, kalian harus kembali ke pesantren untuk melanjutkan belajar. Kami—Nenek, Budhe, Bulek, dan Paklek—semua mengantarkan kalian ke pesantren masing-masing, karena kebetulan kalian berdua belajar di pesantren yang berbeda, meskipun masih dalam satu kabupaten.

    Kami semua harus terlihat kuat agar kalian bisa kuat juga. Maka, kami berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata ketika melepaskan kalian kembali ke pesantren, walau sejatinya kami menangis, mengingat kalian masih terlalu kecil untuk memikul beban yang berat ini. Namun, kami yakin, Allah telah memilih kalian untuk tumbuh menjadi anak-anak yang kuat dan tangguh.

    Seiring berjalannya waktu, saya dan adik saya berdiskusi, bagaimana kalau Si Sulung menjadi tanggung jawab saya, sementara Si Bungsu menjadi tanggung jawab adik saya. Perjalanan hidup kalian masih panjang, tentu tak lepas dari biaya dan kebutuhan sehari-hari. Untuk biaya-biaya yang lebih besar, kami masih meminta bantuan pada Ibu kami—Nenek kalian—karena alhamdulillah, secara finansial Ibu kami terbilang cukup. Walau usia beliau sudah tua, etos kerjanya masih luar biasa, dan hasil jerih payahnya masih bisa dinikmati oleh anak cucunya.

    Tak terasa, kini Si Bungsu sudah lulus SMP, dan berkeinginan untuk melanjutkan ke pesantren yang jaraknya cukup jauh. Namun, kami selalu mendukung keinginannya, meski harus rela jika kami tidak bisa setiap saat menyambanginya. Selain karena jaraknya yang jauh, biaya transportasi pun tidak sedikit. Oleh karena itu, kami belum sempat menyambangi Si Bungsu.

    Sekitar tiga bulan setelah di pesantren, kami mendapat kabar bahwa Si Bungsu sakit dan diminta untuk menjemput. Kami segera berangkat ke pesantren tempat Si Bungsu belajar. Sesampainya di sana, kami langsung menemui pengurus. Tak lama setelah itu, ia berjalan tertatih-tatih keluar dari kamar, digandeng oleh temannya. Wajahnya pucat, tubuhnya lemas. Kami langsung membawa Si Bungsu ke mobil untuk dibawa pulang.

    Kami tak sempat istirahat, yang penting kesehatan Si Bungsu yang utama. Kami membawanya ke rumah sakit terdekat di kota kami. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter menyarankan untuk istirahat yang cukup dan makan makanan bergizi. Dokter memberikan dua opsi: rawat inap atau rawat jalan. Kamu memilih rawat jalan, sehingga kami bisa membawanya pulang ke rumah.

    Beberapa hari kemudian, tubuhnya mulai membaik. Si Bungsu meminta untuk diantar ke rumah Nenek di Bandongan sebelum kembali ke pesantren. Ia menginap dua hari di rumah Nenek. Setelah itu, ia pergi mengunjungi Si Sulung di pesantren yang jaraknya cukup jauh dari rumah.

    Sepulang dari menemui Kakaknya, Si Bungsu tidur di rumah Bulek-nya. Malam itu, badan Si Bungsu mendadak panas, dan keesokan harinya, ia dibawa ke klinik terdekat. Namun, meskipun sudah diberi obat, demamnya tetap tinggi hingga sore hari. Kami pun memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit yang dulu menjadi tempat berobat Si Bungsu.

    Kami langsung membawanya ke UGD. Setelah diperiksa dan diberi obat lewat infus, tubuhnya tetap lemas. Kami mengikuti saran dokter untuk opname. Si Bungsu harus dirawat selama tiga hari di rumah sakit.

    Alhamdulillah, setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, hasilnya baik-baik saja. Hanya saja, dokter menduga ia terlalu banyak memikirkan sesuatu. Memang tidak bisa dipungkiri, Si Bungsu masih sangat memikirkan mendiang Ayah dan Ibunya. Itu sangat manusiawi. Anak sekecil dia tentu masih sangat membutuhkan belaian kasih sayang dari Ayah dan Ibu. Meskipun kami semua berusaha untuk menggantikan posisi orang tuanya, namun posisi itu tak akan pernah bisa tergantikan.

    Setelah dirasa keadaannya sudah membaik, saatnya Si Bungsu kembali ke pesantren untuk melanjutkan belajar. Doa kami selalu menyertaimu, Nak. Kamu anak yang kuat. Tetap semangat. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan, ilmu yang bermanfaat, dan memudahkan segala cita-citamu. Aamiin.

     

     

    Kreator : Siti Nok Muslikhah

    Bagikan ke

    Comment Closed: Anak-anak Pilihan

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021