Penulis : Dudi Safari (Member KMO Alineaku)
Pandemi covid 19 belum sepenuhnya pulih setelah hampir 2 tahun melanda Indonesia, pandemi covid masih menyisakan banyak residu di berbagai bidang seperti ekonomi, kesehatan bahkan pendidikan.
Kali ini saya fokus pembahasannya dalam hal residu covid di bidang pendidikan saja.
Pada saat pandemi melanda semua metode pendidikan dari mulai dasar sampai perguruan tinggi pertama kali ditutup, semuanya tidak ada tatap muka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar 100% melalui daring.
Dengan teknik para murid menggunakan gadgetnya membuka, mengulang, membahas dan mengkaji setiap materi pelajaran yang diberikan oleh guru mereka dan mengisi soal-soal pembahasan yang diberikan oleh guru sebagai tugas.
Sesekali mereka mengadakan webinar dengan aplikasi zoom meeting atau Google meet, itu semua dilakukan karena merebaknya pandemi covid sampai ke pelosok-pelosok desa yang ada di Indonesia.
Keadaan semakin mengkhawatirkan dan pemandangan yang mengerikan seolah-olah kita semua sedang berperang dengan hantu.
Serangan virus itu berdampak tapi para penyerangnya tidak terlihat maka antisipasinya terkadang serampangan semua akses interaksi langsung ditutup.
Semua akses jalan yang masuk ke perkampungan atau ke wilayah-wilayah tertentu ditutup dengan penutup yang permanen atau dengan penutup seadanya yaitu setiap gang-gang yang ada di kampung ditutup dengan bambu.
Orang luar yang masuk ke perkampungan atau ke daerah yang belum dikenal disediakan buku tamu untuk dicatat dan ditulis.
Sedemikian dramatisnya keadaan saat itu sehingga seolah-olah akan meruntuhkan seluruh bangunan sosial masyarakat yang telah terbina selama puluhan bahkan ratusan tahun.
Saat pandemi covid melandai serangannya, para siswa di kemudian hari mereka diberi kesempatan untuk memulai sekolah dengan kebijakan dari pemerintah membuka kelas secara tatap muka dengan protokol covid yang ketat.
Itu pun tidak sepenuhnya 100% siswa-siswi tersebut boleh masuk tetapi dibatasi hanya 50% saja semisal hari Senin untuk siswi perempuan, besok hari Selasa untuk siswa laki-laki atau semisal jumlah siswa 30 orang maka yang masuk hari ini 15 orang.
Di awal Tahun 2022 pandemi covid mulai landai intensitasnya semua orang mulai bebas berkeliaran beraktivitas seperti biasa perkantoran pun sudah mulai ramai lagi dengan karyawan, tempat-tempat umum seperti pasar bahkan sekolah-sekolah pun sudah mulai ramai dengan anak-anak yang masuk.
Tetapi ada satu hal yang masih menjadi efek atau dampak dari covid 19 ini, di antaranya ekonomi tidak kunjung membaik bahkan semester pertama tahun 2002 ini banyak pabrik-pabrik yang mem-PHKkan karyawannya itu merupakan salah satu residu covid pada sektor ekonomi.
Kemudian yang sangat menyedihkan adalah residu itu pun masih tetap ada dan menempel pada sebagian siswa-siswi generasi muda Indonesia.
Dampak itu atau sisa-sisa daripada covid itu sangat terlihat jelas dari turunnya semangat belajar pada anak-anak baik SD, SMP ataupun SMA karena selama hampir 2 tahun mereka belajar sepertinya tidak serius dan kemudian masuk lagi di hari-hari dengan kondisi new normal.
Residu covid di bidang pendidikan ini sangat mengganggu karena jika ini merebak di kalangan generasi muda negeri ini maka otomatis kita akan kehilangan satu generasi yang terdidik.
Karena itu fakta di lapangan membuktikan bahwa siswa ternyata malas belajar akibat dampak dari covid kemarin.
Bagaimana pemerintah, para pendidik dan orang tua harus bekerja sama bahu membangun untuk memulihkan dari kiat-kiat dan usaha serta kerja keras 3 komponen itu diharapkan kita tidak terlalu kehilangan generasi kita karena risiko itu benar-benar sangat membahayakan bagi generasi selanjutnya.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku,
isi naskah sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.”
Comment Closed: Anakku Terjebak di Lingkaran Residu Covid 19
Sorry, comment are closed for this post.