Kapak-kapak rindukan luka
Celurit-celurit mimpikan sayatan, sabetan
Tombak-tombak inginkan tusukan
Hambur aroma petasan dan asap berjelaga
Jerit klakson dan teriakan, runyamkan keadaan
Keos…
Mata, mata-mata nyala
Mata, mata-mata nanar
Hati, hati-hati mati
Hati, hati-hati zombie
Bukan peleton sejumlah peleton
Tak berseragam namun sepemikiran
Punya otak tapi tak dipakai
Bukan pasukan khusus namun lebih menyeramkan
Tetangga iya,
Saudara iya,
Sahabat iya,
Yang jelas, mereka masih
Satu kota,
Satu provinsi
Satu Indonesia.
Namun,
Saat kepalanya mendidih
Saat dadanya usung bara
Ketika tangan dan senjata melekat dendam
Ketika provokasi dan agitasi jadi komando.
Tetangga iya,
Saudara iya,
Sahabat iya,
Jadi lawan
Jadi musuh
Jadi TO
Mata, mata-mata nyala
Mata, mata-mata nanar
Hati, hati-hati mati
Hati, hati-hati zombie
Serbu…..
Serang…..
Perang…..
Hujan batu, lempar petasan hingga bom Molotov
Sabit, kelewang, badik ataupun celurit
Digenggam….
Hirup udara dendam,
Pakai topeng kuda ketidaksadaran
Berbekal sekarung dendam ketidaktahuan
Solidaritas logika yang rantas kewarasan.
Maju…..
Lumpuhkan …..
Binasakan …..
Tumbangkan…..
(jiwa) melayang …..
Hablurkan garang….
(tak terasa) kamu
Dalam bui ini siang…..
Hari-harimu terisi dendam
Cerita di TV hari ini, bak
Cerita 1001 malam yang
Tak berkesudahan.
Seperti pekan lalu, bulan lalu, tahun lalu.
Berulang selalu
Selalu begitu
Mulutku kelu
Mengenang kelakuanmu
Entah sampai kapan itu.
Berakhir jemu,
Semu
Maluku
Malumu
Malu kita
Endonesa…..
Sumber gambar : https://wartaekonomi.co.id/read280876/menengok-perkembangan-kelompok-anarko-di-indonesia
(sebuah refleksi untuk kampung-kampung di Jakarta)
14 Mei – 15 September 2025
Kreator : Arif Mardiono
Comment Closed: ANARKI DIRI
Sorry, comment are closed for this post.