KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » APS (ASKAR PERANG SABIL) PADA MASA REVOLUSI FISIK DI YOGYAKARTA

    APS (ASKAR PERANG SABIL) PADA MASA REVOLUSI FISIK DI YOGYAKARTA

    BY 20 Jul 2024 Dilihat: 142 kali
    APS (ASKAR PERANG SABIL) PADA MASA REVOLUSI FISIK

    A. PENDAHULUAN

    Pada masa revolusi fisik di Yogyakarta tahun 1945-1949 telah banyak menguras tenaga seluruh rakyat Yogyakarta, baik laki-laki, Wanita, tua maupun muda semuanya ikut bahu-membahu mempertahankan kemerdekaan di garis depan. Waktu itu rakyat merupakan kekuatan utama dalam menghadapi musuh.

    Pada tanggal 6 September 1945, Mr. Sartono dan Mr. A.A. Maramis datang ke Yogyakarta sebagai utusan dari pemerintah pusat untuk menyampaikan piagam penetapan mengenai kedudukan Yogyakarta dalam lingkungan Republik Indonesia yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno. Selanjutnya pada tanggal 13 Oktober 1945 pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh R.P. Soeroso menyatakan bahwa kota Yogyakarta sangat menentukan untuk masalah-masalah yang berhubungan dengan perebutan kekuasaan (Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 1983:22).

    Revolusi nampaknya mendorong lahirnya kelompok atau organisasi. Kelompok atau organisasi tersebut berpartisipasi aktif dalam kancah perjuangan. Keputusan untuk mendirikan kelompok perjuangan ini tentu merupakan langkah yang cukup berani. Yogyakarta yang pada saat itu menjadi Ibukota, banyak pejuang yang terlibat dalam mempertahankan kemerdekaan di Yogyakarta, salah satunya adalah APS (Askar Perang Sabil) yang merupakan organisasi semi militer yang didirikan oleh para ulama yang bertujuan untuk membantu TNI dalam menghadapi pasukan Belanda. Negara mengalami dampak akibat adanya berbagai macam ancaman baik luar negeri maupun dalam negeri sendiri.(Tashadi, 2000: 27)

    APS (Askar Perang Sabil) merupakan sebuah organisasi semi militer Islam yang dibentuk untuk melakukan perlawanan terhadap bangsa Belanda dan juga kelompok lainnya yang dianggap membahayakan eksistensi negara. Terbentuknya APS ini tak terlepas dari pengaruh dari kondisi sosial dan politik di Yogyakarta khususnya pengaruh keprihatinan para ulama terhadap kondisi bangsa yang makin memprihatinkan, maka para pemimpin Islam yang tergabung dalam Masyumi menginginkan dibentuknya suatu Laskar Perjuangan.

     

    B. Berdirinya APS (Askar Perang Sabil)

    Anggota APS meliputi, pertama keluarga bekas sabilillah yang didirikan pada akhir pendudukan Jepang. Berumur 40 tahun ke bawah yang kemudian memotori semua kegiatan baik dalam dan pertempuran melawan Belanda. Kedua, keluarga pemuda bekas laskar Hizbullah dan kelompok pemuda kampung berumur 40 tahun ke bawah, terutama pemuda Islam telah mendapat izin dari orang tuanya. Ketiga, anggota APS terdiri dari semua kelompok sosial. Para Ulama’ yang tergabung dalam Sabilillah yang kemudian di APS di antaranya: K.H. Machfudz, H. Juraimi, K.H, Ahmad Badawi, K.H. Amin, K.H. Abdullah. Kiai inilah yang tergabung sejak zaman dan kemudian dilanjutkan dengan dikeluarkannya ketetapan Presiden RI 3 Juni 1947 tentang berdirinya TNI maka sebagian barisan sabilillah dan Hizbullah di Yogyakarta meleburkan ke dalam TNI sedangkan lainnya tergabung dalam pasukan bersenjata APS dan diorganisasikan dalam wadahnya MUAPS (Markas Ulama Askar Perang Sabil).

    Setelah kemerdekaan menghadapi Revolusi Fisik melihat ada perjanjian yang diadakan pemerintah Indonesia Dengan Belanda tidak tercapai, kemudian pada tanggal 3 Juli 1947 para ulama itu mendirikan APS dan MUAPS. Para pendirinya adalah K.H. Machfudz, H. Juraimi, K.H. Amin, K.H. Abdullah, K.H.R. Hadjid, Ki Bagus Hadikusumo, K.H, Mahfudz Siradj, K.H. Ahmad Badawi, Bakri Sahid, M.Sabrini, K.H. Abdullah Mabrur.

    APS (Askar Perang Sabil) didirikan dengan tujuan membantu TNI dalam melawan musuh serta melandaskan perjuangan yang menitikkan perjuangan di bidang militer dan bernafaskan Islam. Keberhasilan perjuangan pasukan APS serta TNI dan badan perjuangan lainnya merupakan hasil dari kerjasama semua pihak yang tidak dapat dilepaskan dari semangat jihad fi sabilillah.

     

     

     

     

     

    Pada tanggal 21 Juli 1947 sampai 4 Agustus 1947, Belanda berusaha menguasai Indonesia lagi dengan melancarkan serangan ke beberapa wilayah yang dikenal dengan Agresi Militer I. Inilah yang membuat keprihatinan di kalangan ulama’ Yogyakarta. Kemudian ulama Muhammadiyah I’tikaf di Masjid Taqwa Suronatan pada bulan Ramadhan 1947 yang menghasilkan penetapan organisasi APS yang merupakan organisasi gabungan dari bekas laskar Hizbullah dan Sabilillah. Laskar ini diharapkan mampu menjawab segala tindakan Belanda ke Indonesia serta mampu membantu TNI dalam rangka mempertahankan Kemerdekaan Indonesia (Rahman, 1983:10)

    Peranan Masyumi dalam mempertahankan kemerdekaan tidak hanya sebagai sebuah Partai namun juga memprakarsai berdirinya Askar Perang Sabil, hal ini berawal dari kondisi bangsa yang kian mengkhawatirkan maka timbul keprihatinan dari kaum Ulama terutama mereka yang sebelumnya tergabung dalam organisasi politik Islam yang memiliki pengaruh dalam masyarakat muslim khususnya untuk  ikut serta berjuang mempertahankan kemerdekaan. Hal ini dibuktikan dengan membentuk organisasi semi militer Islam diberi nama Laskar Angkatan Perang Sabil pada tanggal 23 Juli 1947.

    Adapun susunan pengurus pusat APS adalah sebagai berikut:

    Penasihat : Ki Bagus Hadikusumo

    Imam : KH. Mahfudz Siradj

    Ketua : KHR. Hadjid

    Wakil Ketua : K.H. Ahmad Badawi

    Bendahara : K.H. Abdul Aziz dan H. Hasyim

    Komandan : M. Sarbini

    Wakil Komandan : K.H. Juraini

    Penerangan : Siradj Dahlan

    Perlengkapan : Abdul Djawad

    Persenjataan : M. Bakri Sudja’

    Logistik : Bakri Syahid

    Administrasi : Daim (Suhatno, 1982: 121)

     

    C. Kontribusi APS

     

     

     

     

     

     

     

     

    1. Merintangi masuknya Belanda ke Yogyakarta.
    2. Mengamankan Bantul
    3. Menjaga Kraton Yogyakarta dan lingkungannya
    4. Penumpasan PKI di Gunungkidul
    5. Mengamankan Kulonprogo

    APS (Askar Perang Sabil) juga berperan dalam melawan pemberontakan PKI pada tahun 1948 di Gunungkidul. Dalam hal ini PKI di Gunungkidul sudah mulai mengumpulkan massa dan menjadikan Gunungkidul sebagai basis kekuatan PKI di Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Tepatnya di Karangkajen, maka pimpinan MUAPS dan APS menuju Bantul, karena sangat mudah dijangkau Belanda, maka pusat perjuangan APS bergerak ke arah barat dan menempati daerah Gesikan Pandak. Masyarakat APS melakukan perlawanan secara gerilya.

    Pertempuran tidak bisa dihindari, karena perlengkapan Belanda lebih memadai maka pasukan APS melakukan perlawanan secara gerilya. Daerah-daerah yang terlewati tentara Belanda mulai dikosongkan untuk menghindari kekejaman. Meskipun demikian didukung oleh masyarakat APS memberikan perlawanan yang sengit, sehingga membuat kewalahan tentara Belanda. Masyarakat menyediakan segala keperluan makan para pejuang dan rumah-rumah mereka dijadikan tempat persembunyian. Pasukan APS menyelamatkan diri ke arah barat, tepatnya di Tegallayang Pandak. Di desa ini pasukan menempati rumah-rumah. Askar Perang Sabil sangat cocok dengan masyarakat Tegallayang. 

    APS dimobilisasi masjid-masjid dan pondok pesantren serta pondok pesantren. Di Kabupaten Bantul mobilisasi APS dilakukan di beberapa tempat seperti di langgar Al Huda milik KH. Mathori Al Huda, dengan komandan APS Sunardjo. Pasukan APS diatur sedemikian rupa untuk mengadakan persiapan. Sebelumnya pasukan bersenjata APS di daerah Bantul mengadakan konsolidasi di sekitar Sewon untuk menghambat masuknya pasukan Belanda yang datang dari Barongan. 

    Untuk menemukan markas pasukan APS di Sonosewu, Belanda memperalat mata-mata untuk menyusup ke daerah pribumi, Usaha ini membuahkan hasil dengan diketemukannya markas pasukan APS di  Sonosewu. Kepercayaan umat kepada Muhammadiyah juga sangat nyata, dahulu semua keperluan logistik APS ditopang masyarakat. Mereka yakin, Muhammadiyah dapat dipercaya sehingga dukungan logistik akan dikelola dengan baik tanpa penyimpangan. (Tashadi, 2000, 151)

    Dalam Tulisan Suratimin berjudul Askar Perang Sabil sebagai Kekuatan sosio Religius dalam masa Revolusi fisik di daerah Istimewa Yogyakarta 1945-1949 turut mengupas peranan para ulama MUAPS dalam memobilisai APS adalah melalui pemantapan ideologi umat Islam dalam menghadapi penjajah, baik keypad masyarakat yang telah bergabung dalam pasukan APS maupun masyarakat umum. Setelah MUAPS terbentuk, para anggota APS segera menyusun kekuatan dengan melakukan latihan fisik dan militer di alun-alun Yogyakarta ataupun di depan kompleks Masjid Agung Yogyakarta. Situasi Kota Yogyakarta pada awal proklamasi kemerdekaan Indonesia, latar belakang keikutsertaan para ulama yang mayoritas berasal dari organisasi Muhammadiyah membentuk MUAPS dan APS serta bentuk keterlibatan APS dalam membantu TNI pada masa Perang Kemerdekaan di Yogyakarta.

     

    D. AKHIR PERJUANGAN ASKAR PERANG SABIL

    Setelah selesainya Perundingan Roem-Royen dan kota Yogyakarta dikembalikan pada Republik Indonesia, maka pasukan APS pun dikembalikan ke masyarakat. Mereka kemudian bekerja menurut profesi dan keahliannya masing-masing. Sebagian ada yang meneruskan untuk belajar melanjutkan pendidikan. Namun ada pula yang memilih untuk bergabung bersama menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia.

     

    E. KESIMPULAN

    Dari penulisan tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa:

    1. Pada tanggal 6 September 1945, Mr. Sartono dan Mr. A.A. Maramis datang ke Yogyakarta sebagai utusan dari pemerintah pusat untuk menyampaikan piagam penetapan mengenai kedudukan Yogyakarta dalam lingkungan Republik Indonesia yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno. Selanjutnya pada tanggal 13 Oktober 1945 pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh R.P. Soeroso menyatakan bahwa kota Yogyakarta sangat menentukan untuk masalah-masalah yang berhubungan dengan perebutan kekuasaan.
    2. APS (Askar Perang Sabil) didirikan dengan tujuan membantu TNI dalam melawan musuh serta melandaskan perjuangan yang menitikkan perjuangan di bidang militer dan bernafaskan Islam. Keberhasilan perjuangan pasukan APS serta TNI dan badan perjuangan lainnya merupakan hasil dari kerjasama semua pihak yang tidak dapat dilepaskan dari semangat jihad fi sabilillah. Hal ini dibuktikan dengan membentuk organisasi semi militer Islam diberi nama Laskar Angkatan Perang Sabil pada tanggal 23 Juli 1947.
    3. Kontribusi APS adalah merintangi masuknya Belanda ke Yogyakarta, mengamankan Bantul, menjaga Kraton Yogyakarta dan lingkungannya, penumpasan PKI di Gunungkidul, mengamankan Kulonprogo
    4. Tepatnya di Karangkajen, maka pimpinan MUAPS dan APS menuju Bantul, karena sangat mudah dijangkau Belanda, maka pusat perjuangan APS bergerak ke arah barat dan menempati daerah Gesikan Pandak. Masyarakat APS melakukan perlawanan secara gerilya
    5. APS dimobilisasi masjid-masjid dan pondok pesantren serta pondok pesantren. Di Kabupaten Bantul mobilisasi APS dilakukan di beberapa tempat seperti di langgar Al Huda milik KH. Mathori Al Huda, dengan komandan APS Sunardjo. Pasukan APS diatur sedemikian rupa untuk mengadakan persiapan. Sebelumnya pasukan bersenjata APS di daerah Bantul mengadakan konsolidasi di sekitar Sewon untuk menghambat masuknya pasukan Belanda yang datang dari Barongan. 

     

    DAFTAR PUSTAKA

    Hamzah Slamet, dkk (2007), Masjid Bersejarah Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta: Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Tashadi, dkk (2000), Keterlibatan Ulama di DIY pada Masa Perang Kemerdekaan Periode 1945-1949. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan.

    Sudia (1989). Muhammadiyah dan Pendirinya, Yogyakarta: PP. Muhammadiyah Majelis Pustaka.

    Darban, Ahmad Adaby (2000). Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah Yogyakarta: Terawang, ISBN 978-979-8681-26-4

    Hidayat, Irin dkk (2013). Belajar dari Abah: Mengenang Seorang Bapak, Guru, Dai dan Sejarawan Muslim Ahmad Adaby Darban, Yogyakarta: Pro-U Media. ISBN 978-602-7820-10-4

     

     

    Kreator : Sangidah Rofi’ah.,M.S.I

    Bagikan ke

    Comment Closed: APS (ASKAR PERANG SABIL) PADA MASA REVOLUSI FISIK DI YOGYAKARTA

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021