ASA MITHA

Suara adzan terdengar perlahan melintas bersama angin dan menyelinap masuk lewat celah-celah jendela kamar membangunkan Mitha. “Mitha mengucek matanya, berusaha mengusir kantuk yang masih menyelimuti. Dengan langkah berat ia bangkit dari  tidurnya  menuju ke kamar mandi membersihkan diri, mandi dan berwudhu untuk melaksanakan sholat Subuh.

Selesai sholat Subuh, Mitha mendekat ke arah jendela kamar dan menyingkap tabir jendelanya. Suasana masih gelap, terdengar suara kicauan burung di luar jendela seolah menjadi alarm alami yang menyadarkan Mitha akan datangnya hari baru. Mitha lalu membuka jendela kamarnya, seketika hembusan angin pagi yang sejuk menerpa wajahnya membawa serta aroma tanah basah dan harum bunga yang baru mekar.”

Selanjutnya Mitha beranjak ke dapur, karena aroma masakan ibunya menyeruak masuk ke hidungnya. “Sudah bangun, Nak? Ayo siap-siap kita sarapan,” sapa ibunya ramah. Mitha mengangguk sambil berjalan menuju meja makan dan membantu ibu menyiapkan segala sesuatunya. Hari ini, ia ingin menghabiskan waktu bersama keluarga. Hari baru, tahun baru, dan harapan baru. Mitha tersenyum tipis sambil menyantap sarapan pagi. Baru saja sebulan lalu, ia resmi menyandang gelar sarjana. Tepatnya tanggal 3 Desember, ia telah mengakhiri babak baru dalam hidupnya. Kenangan masa kuliah masih berputar di kepalanya. Hari  wisuda yang meriah, tawa canda bersama teman dan perjuangan mengerjakan skripsi seakan baru terjadi kemarin. Kini ia berdiri di persimpangan jalan, dihadapkan pada banyak pilihan. Rasa cemas dan antusiasme bercampur aduk dalam hatinya. Di satu sisi, ia merasa bebas dan bersemangat untuk memulai petualangan baru. Di sisi lain, ia juga tidak bisa memungkiri adanya rasa khawatir akan seperti apa  masa depannya. Namun Mitha yakin bahwa dengan kerja keras dan doa  semua impiannya pasti akan tercapai.”

“Mitha tersenyum mengingat kembali pengalamannya mengikuti pertukaran pelajar ke Malaysia saat masih kuliyah  semester tiga. Saat itu, ia lulus seleksi untuk mengikuti sebuah konferensi internasional yang relevan dengan minat Mitha, Selama beberapa hari di Malaysia, Mitha tidak hanya mendapatkan ilmu baru, tetapi juga berkesempatan untuk berinteraksi dengan teman baru yaitu mahasiswa dari berbagai negara. Ia kagum dengan semangat belajar dan inovasi yang dimiliki oleh teman-teman internasionalnya. Pengalaman tersebut membuka mata Mitha tentang pentingnya pendidikan global dan membuatnya semakin bertekad untuk melanjutkan studi ke luar negeri.”

“Selama di Malaysia, Mitha sangat terkesan dengan keindahan alam negara tersebut dan juga kesadaran masyarakat yang tinggi akan pentingnya menjaga lingkungan. Ia juga terkesan dengan fasilitas penelitian yang canggih di universitas yang ia kunjungi. Pengalaman tersebut semakin menguatkan tekad Mitha untuk berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan. Ia bermimpi suatu saat nanti dapat melakukan penelitian dan mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan.” Tiba-tiba denting HP mengejutkan Mitha seketika itu bayangan kuliyah ke LN seolah sirna manakala ada suara notife HP nya. “Jantung Mitha berdebar kencang saat membaca pesan notifikasi itu. Tawaran pekerjaan yang ia impikan akhirnya datang juga. Seketika, bayangan tentang kuliahnya di luar negeri  semakin samar dan hilang. Tawaran pekerjaan ini sangat menarik dan bisa menjadi langkah awal yang baik untuk kariernya. Mitha menghela napas panjang dan menceritakan perihal panggilan interview dari perusahaan kepada orang tuanya. Setelah berdiskusi panjang, orang tuanya mendukung apapun keputusan yang Mitha ambil. Mereka sebagai orangtua senantiasa mendo’akan dan mendukung sepenuhnya apa yang terbaik untuk Mitha. Mereka mengatakan bahwa Mitha lah yang paling tahu apa yang terbaik untuk dirinya.”

Hari-hari Mitha di kantor terasa berlalu begitu cepat. Ia sangat menikmati suasana kerja yang kondusif dan rekan-rekan yang ramah. Meskipun pada awalnya merasa sedikit canggung, Mitha kini sudah bisa beradaptasi dengan baik. Ia bahkan sudah memiliki beberapa teman dekat di kantor. “Setiap pagi, Mitha bangun lebih awal untuk bersiap-siap berangkat kerja. Ia menikmati perjalanan dengan TransJakarta, sambil mengamati hiruk pikuk kota Jakarta. Meskipun kadang harus berdesakan dengan penumpang lain, Mitha tetap bersyukur karena transportasi umum ini sangat memudahkan mobilitasnya.

Setelah beberapa bulan bekerja, Mitha mulai merasakan kenyaman dengan lingkungan kerjanya. Ia sudah hafal rute-rute bis, tempat makan favorit di sekitar kantor, dan bahkan sudah bisa menebak kemacetan di jalan mana saja yang harus dihindari. Selain itu, Mitha juga aktif mengikuti berbagai kegiatan seperti pelatihan dan gathering yang diadakan oleh perusahaan tempatnya bekerja sekarang.

Di akhir pekan, Mitha selalu menyempatkan diri untuk bertemu dengan teman-teman sirkle nya dulu. Mereka sering berkumpul di kafe atau taman untuk sekedar bernostalgia dan berbagi cerita. Mitha merasa sangat bersyukur memiliki teman-teman yang selalu mendukungnya.

Meskipun sibuk dengan pekerjaan, Mitha juga tidak melupakan keluarganya. Setiap malam, ia selalu menyempatkan diri untuk menelepon ataupun VidCall  orang tua dan saudara-saudaranya yang lain. Ia menceritakan tentang kegiatan hariannya di kanot dan menanyakan kabar terbaru dari keluarga di kampung halaman.

Mitha sangat bersyukur dan merasa nyaman dengan kehidupan barunya. Ia telah menemukan pekerjaan yang ia sukai dan lingkungan kerja yang nyaman. Ia yakin bahwa dengan kerja keras dan semangat yang tinggi, ia akan mencapai semua apa yang menjadi tujuannya.”

Dulu, Mitha pernah berfikir  ingin membantu meringankan beban orangtuanya. Gaji pertamanya bahkan akan ia gunakan untuk membelikan Hp papanya yang sudah lama sekali belum diganti. Maklumlah Mitha adalah anak kedua dari lima bersaudara. Memang kedua orangtuanya tercatat sebagai Pegawai ASN, namun Mitha dan keempat saudaranya semua masih tercatat sebagai pelajar dan mahasiswa sehingga masih membutuhkan banyak biaya. Karena itulah Mitha sangat bersyukur telah menamatkan kuliyahnya, sehingga dapat sedikit meringankan beban kedua orangtuanya.

“Dengan gaji pertamanya, Mitha langsung bergegas membelikan ponsel baru untuk papanya. Ia ingat betul betapa sering papanya mengeluh karena ponsel lamanya yang sudah usang dan  sering lemot. Saat memberikan hadiah itu, mata papanya berkaca-kaca. “Terima kasih banyak, Nak. papa sangat senang,” ucap nya sambil memeluk Mitha erat. Mitha tersenyum haru. Semua lelah dan perjuangannya selama ini terasa terbayar lunas.

Ke depan, Mitha bercita-cita ingin melanjutkan studi S2 sambil bekerja. Ia berharap bisa menjadi seorang profesional yang sukses dan bisa membanggakan kedua orang tuanya. Mitha termenung di kamar kos sambil  menatap langit-langit kamarnya. Ia mengingat kembali janji pemilik perusahaan untuk membiayai kuliah S2 bagi siapapun karyawannya yang berprestasi. Mitha seakan terhibur, hatinya berbunga-bunga. Peluang ini sangatlah menarik. Mitha bangkit dari lamunannya berdiri dengan penuh semangat, Asa-nya muncul kembali dan mulai membuat rencana jangka panjang. Ia akan fokus pada pekerjaannya saat ini, sambil menyisihkan sebagian gajinya untuk tabungan Pendidikan nya kelak. Ia juga akan segera  mencari informasi tentang program-program beasiswa yang relevan dengan bidang keahliannya. Mitha yakin bahwa dengan kerja keras dan doa kedua orangtua semua mimpinya in Syaa Allah akan menjadi nyata.”

Kreator : Aliyah Manaf