Begitu sesak rasanya, ingin berteriak sekencang kencangnya, benci dan rindu menjadi satu. Akh, kutarik nafas dalam – dalam. Aku benci bila mengingat semua itu. Begitu dalam luka yang kau torehkan, sehingga membuat diri ini menjadi trauma. Aku masih termenung di sudut kamar yang sunyi senyap. Ingin rasanya aku berlari menjauh dari semua masa lalu yang begitu kelam. Ku akui ini semua terjadi karena diri yang terlalu polos, bodoh, diperbudak oleh rasa cinta, percuma semua ini kusesali toh semua ini sudah terjadi. Itulah rutukan yang ada di dalam hatiku.
TOK… TOK… TOK…
Bunyi suara pintu diketuk.
“Yura…yura… Ini Ibu. Tolong buka pintunya.”
“Iya, Bu. Sebentar.” jawab Yura.
Yura bergegas merapikan pakaian dan menyapu air matanya yang jatuh ke pipi. “Ibu ngga boleh liat keadaanku seperti ini.” bisik hati Yura. Kemudian, pintu dibuka oleh Yura.
“Kok lama banget buka pintunya, sayang?” tanya Ibu sambil memeluk anak kesayangannya.
“Maaf, Bu. Tadi, Yura lagi ngerjain tugas kantor.” jawab Yura sambil memeluk Ibunya.
“Kalau kerja jangan terlalu ngoyo, apalagi sampai lupa makan. Nanti kalau sakit, Ibu juga yang repot.” timpal Ibu sambil tertawa.
Yura adalah anak semata wayang. Ayah Yura yang Bernama Abdul telah wafat dua tahun yang lalu. Yura hanya tinggal berdua dengan Ibu. Yura berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Dulu, Ayah Yura hanya seorang petani. Setelah Ayah wafat, Bu Daniah, Ibu Yura menjadi tulang punggung keluarga dengan berjualan sayur di pasar untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari mereka. Berkat kerja keras Bu Daniah, Yura bisa seperti sekarang ini. Setelah lulus dari kuliah, Yura diterima bekerja di Perusahaan bonafit yang ada di ibu kota.
“Yuk, kita makan dulu.” ajak Bu Daniah kepada Yura.
“Baik, Bu.” jawab Yura.
Mereka menikmati makan malam yang telah dihidangkan oleh Bu Daniah. Meskipun hanya tinggal berdua, mereka kelihatan sangat bahagia.
Mentari pagi menyapa dengan hangatnya, menemani kesibukan orang-orang dengan aktivitasnya masing- masing, begitu juga dengan Yura yang juga tenggelam dengan rutinitasnya.
“Aku harus bisa melupakannya. Aku harus kuat. Ingat cita – citamu yang ingin membahagiakan Ibu, Yura.” bisik Yura dalam hati.
“Maaf, Bu. Ibu dipanggil Pak Beni ke ruangannya sekarang.” ucap seorang office boy.
“Oh, Iya. Terima kasih.”
Yura bergegas memasuki ruangan Sang Manager. Dalam hati, Yura bertanya – tanya ada apakah gerangan sampai Sang Manager memanggilnya.
TOK… TOK… TOK… Yura mengetuk pintu ruangan Sang Manager.
“Ya, masuk.”
Suara berat seorang lelaki mempersilahkan Yura untuk masuk.
“Maaf, Pak. Ada yang bisa saya bantu?”
“Yura, besok kita akan kedatangan anak dari pemilik perusahaan ini. Jadi, tolong kamu siapkan semua berkas- berkas yang diperlukan,” ucap Sang Manager. “Oh iya, satu lagi. Besok kamu yang mendampingi bos muda itu untuk berkeliling melihat perusahaan ini.”
“Baik, Pak,” jawab Yura singkat.
Bersambung….
Kreator : R. Yuliawati
Comment Closed: Asa Yang Hilang (Bab 1)
Sorry, comment are closed for this post.