Penulis : Aprilia Dwi Lestari (Member KMO Alineaku)
Malam itu kegiatan seluruh santri untuk mengikuti kelas mengaji di salah satu ruangan dekat kantor pengurus pondok putra. Nadia, santri putri yang duduk di meja baris kedua itu begitu serius memperhatikan penjelasan ustadz tentang materi Nahwu. Ia juga aktif menulis di buku catatannya. Usai materi selesai ustadz memberikan waktu tanya jawab. Beberapa santri bertanya dan dijawab dengan jelas oleh ustadz tersebut.
Waktu pembelajaran hanya sampai jam 9 malam. Semua santri kembali ke asrama masing – masing. Nadia begitu gugup ingin segera keluar kelas karena ia teringat ada tugas kuliah yang belum selesai. Tanpa mengecek ulang barang bawaannya, ia langsung bergegas. Disusul teman – teman yang lain juga langsung bergegas tanpa tengok kanan dan kiri.
Sampai di asrama Nadia langsung mengerjakan tugas yang harus dikumpulkan besok pagi. Baru ia sadar pena yang biasa digunakan untuk menulis tidak ada. Ia mencari di sekitar tempat duduknya namun nihil. Beruntung masih ada pena yang lain untuk menulis. Selesai mengerjakan tugas, Nadia langsung bebersih dan lanjut untuk tidur. Mengingat besok harus berangkat pagi.
Esok harinya setelah kegiatan di pesantren selesai, Nadia bersiap untuk berangkat ke kampus. Dengan penampilan gamis hitam dan kerudung crem membawa totebag kesukaannya. Nadia berangkat mengendarai sepeda motor metik biru. Sampai di kampus sudah banyak temannya yang ada di kelas. Perkuliahan 2 sks pun dimulai dengan baik. Nadia lancar mempresentasikan tugasnya.
Selesai kuliah Nadia langsung ke perpustakaan sambil menunggu jam kelas berikutnya. Ia duduk di dekat rak buku pendidikan. Nadia senang sekali membaca buku tentang kependidikan. Bahkan hari libur pun ia sengaja ke perpustakaan daerah untuk sekadar membaca. Baginya membaca itu seperti makan. Kalau tidak membaca jadi lapar.
Di samping tempat duduk ternyata ada salah satu laki – laki yang agak Nadia paham tapi tidak tahu namanya. Ia mebatin bahwa laki – laki itu sepertinya juga santri satu pesantrennya. Nadia agak lama melihat dan memahami laki – laki tersebut. Hingga laki – laki tersebut beranjak dan pandangan mereka menyatu. Nadia langsung salting dan menunduk. Tapi laki – laki tersebut justru beranjak dan mendekati Nadia.
Laki laki tersebut langsung memastikan bahwa perempuan itu adalah santri putri.
“Nadia ya? Santri putri kan?” tanya laki – laki tersebut di samping tempat duduk Nadia.
Nadia yang menunduk menoleh ke arah laki laki tersebut. Dengan malu dan gugup Nadia hanya mengangguk.
“Aku Ramdhan, santri putra. Kamu Nadia kan?” ucap Ramdhan sembari membetulkan tas ranselnya.
Nadia masih malu “iya kak, aku Nadia”
“Ini kemarin pena kamu tertinggal di kelas” Ramdhan menyodorkan pena kepada Nadia dengan ekspresi datar dan cuek.
“Oh iya kak, makasih” jawab Nadia singkat.
“Lain kali jangan teledor” jawab Ramdhan datar menjauhi tempat duduk Nadia dan keluar dari perpustakaan.
“Iya kak” Nadia masih menunduk tapi pandangannya mengikuti arah Ramdhan.
Entah apa yang dirasakan Nadia saat itu. Karena ia baru pertama kalinya disapa oleh santri putra yang katanya semua santri putra di pesantren itu ramah – ramah. Tapi yang ia temui justru sebalinya. Ramdhan begitu dingin dan cuek.
Nadia pun ikut keluar dari perpustakaan karena kelas akan segera dimulai. Saat Nadia masuk kelas ternyata hanya tinggal satu kursi yang kosong. Karena pada makul tersebut banyak yang mengikuti kredit sks sehingga semua mahasiswa tidak ingin telat. Terpaksa Nadia duduk di samping Ramdhan yang masih kosong.
“Aku duduk sini ya kak,” ijin Nadia gugup dan malu.
“Iya” jawab Ramdhan singkat.
Tak lama kemudian kuliah dimulai. Dosen memberikan tugas untuk berkelompok. Lagi – lagi Nadia dipertemukan lagi satu kelompok dengan Ramdhan. Mereka juga ternyata memiliki UKM yang sama yaitu kegiatan sosial.
Berawal dari pertemuannya menyodorkan pena di perpustakaan, mereka semakin akrab. Ramdhan yang cuek dan dingin tapi ia begitu perhatian dan baik. Ramdhan begitu memperlakukan Nadia seperti ratu. Walau kadang Nadia juga sering kesal dengan kelakuan dinginnya Ramdhan.
Dua tahun setelah pertemuan pertama itu, kini Ramdhan dan Nadia saling berkomitmen untuk menjalin hubugan yang serius. Mereka sama – sama ingin melanjutkan pendidikannya. Ramdhan yang kini semester 6 dan Nadia yang sedang semester 4 mereka sering berdiskusi di perpustakaan. Tak jarang mereka juga menikmati waktu bersama hanya sekadar jalan. Nadia pun begitu bahagia bisa mengenal lelaki sebaik Ramdhan, yang ia kira begitu cuek.
Nadia selalu bersyukur bisa mengenal Ramdhan. Banyak hal yang dapat ia pelajari dari Ramdhan. Banyak kegiatan positif yang mereka kerjakan terutama mengenai kegiatan sosial. Sembari mengisi jam kosong kuliah mereka juga membuat karya yang memiliki nilai jual dimana keuntungan tersebut mereka gunakan untuk kegiatan sosial.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku,
isi naskah sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.”
Comment Closed: Asmara Pena
Sorry, comment are closed for this post.