KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Awal Bertemu

    Awal Bertemu

    BY 25 Agu 2024 Dilihat: 41 kali
    Awal Bertemu_alineaku

    Kami dipertemukan  di situasi tak sengaja di satu  Sore sehabis  Aku pulang kuliah. Teman – temanku selalu mengantarkanku pulang sampai aku benar – benar  naik Mobil angkutan. Mereka tinggal di pusat kota hingga memiliki waktu yang cukup membersamai menunggu angkutanku  datang. Hari ini  Nana  yang mengantarku ke perempatan jalan  antara  Jalan Cimanuk  dan Jalan  Merdeka itu.  Seperti biasa menunggu bus yang akan kutumpangi sampai ke kampung kelahiranku.

    Bis adalah pilihanku yang ku tunggu tiap Sore.  Selain lebih ekonomis penumpangnyapun  tidak terlalu berjejal.  Bis inipun  tidak membuat aku harus turun naik angkutan umum lagi sekalipun kemalaman sampai di Kampung. Beda  halnya dengan ketika terpaksa harus memilih angkutan umum lain karena tertinggal bus Eka Jaya itu.  Aku harus mengeluarkan banyak rupiah karena harus naik angkutan lagi dari perempatan Papanggungan .  Naik  Angkot bahkan  naik Ojek karena Angkot hanya beroperasi sampai jam Lima Sore saja.

    Di Perempatan  itu kami berdiri di depan Warung   klontongan ada Mamang Batagor juga jualan disana. Nana menawariku jajan batagor itu.  Sebenarnya Aku malas takut kalau tiba-tiba saja Bis yang kutunggu datang,  tapi  Aku menghormatinya dengan mengiyakan ajakannya.

    Kami ngobrol ringan sambil makan batagornya. 

    “ Mang minta air  minumnya”. Kata Nana sahabatku 

    “Mohon maaf Neng, air minumnya kehabisan”. Mamang batagor  itu menjawab  seperti merasa bersalah.

    “Oh gak apa – apa mang  santai !”. Ucap sahabatku itu.

    Tiba-tiba dari dalam warung itu muncul Pemuda  berperawakan sedang, berkulit putih dengan rambut yang melebihi daun telinganya . Berponi terbelah Dua.

    Dalam hitungan menit setelah Nana meminta minum yang ternyata kehabisan itu .Ia menyodorkan dua bungkus plastik bening  berisi air putih yang  diikat  pada sahabatku  itu. Dilihat dari beningnya  seperti air mineral yang baru saja ditumpahkan dari botolnya  lalu diberikan dengan cuma- Cuma pada kami. Nana menerimanya dengan senang  hati karena mungkin ia bener – bener haus atau sedang kepedasan. Ada obrolan kecil  diantara mereka berdua, sepertinya keduanya sudah saling mengenal Satu sama lainnya. Entahlah apa yang mereka obrolkan aku tak berusaha  ikut menyimak.

    Sekilas terlihat senyum pemuda pemilik toko itu, begitu khas .  

    “ Senyumnya cukup manis juga “ .  Aku bicara sendiri dalam hati. 

    “ Duuuh sayang sekali giginya “.

    Selebihnya Aku menilai pemuda barusan itu adalah orang baik yang cukup ramah, sopan dan responsible. Itu aja. Tapi  ternyata Aku masih memikirkan kesigapan dia membawakan air minum itu kepada kami. Apa mungkin ia sudah menyimak obrolan  kami  dimulai  sejak kami datang di depan  tokonya ini?.  Aku mengernyitkan mataku, tapi tak terlalu ingin memikirkan lebih jauh. Dan akhirnya bus pun tiba. Aku  segera  beranjak dari kursi tempat dudukku, Kemudian berdiri menyambut bis berhenti. Seperti yang sudah tahu aku menunggunya disini. Aku  berpamitan  kepada mereka berdua kemudian mengucapkan salam .  “ Assalamu ‘ alaikum”.

    Bis segera berlalu membawaku pergi menuju kampung kelahiranku, dan begitulah seterusnya hari demi hari aktivitas kuliahku. Sampai pada suatu saat  temanku tak bisa mengantarkanku pulang. Aku berdiri sendiri mematung di depan warung yang sama masih menunggu bus itu datang. Kadang juga Aku pulang lebih awal dari jam biasanya sehingga tak harus menunggu bus itu datang karena meskipun harus naik turun waktuku masih  cukup tak mungkin kemalaman.

    Seperti sore ini, ketika aku pulang sendiri dan mematung di depan warungnya itu, ia  keluar dari warungnya menghampiriku dan mengajak aku mengobrol.

    Mula- mula nanyain kuliahku program apa?  jurusan apa? Semester beberapa?

    Aku  jawab.

    “Mengambil  program SI jurusan PAI semester 6”. Ia nampaknya cukup kaget mendengar jawabanku itu.  Ia  kira aku mahasiswa baru mungkin, karena perawakanku yang kecil pendek seperti anak SMP. Aku melanjutkan pembicaraanku

     “ Sedang mempersiapkan bahan pengajuan  sidang proposal untuk penelitianku”

    “ Dan baru menyelesaikan KKN bulan September kemarin”  Tambahku lagi.

     Tiga  bulan menyelesaikan KKN di Cihurip Garut selatan sana.

    Ternyata ia cukup ramah, sopan dan menghargai perempuan.  

    Bahkan pernah di suatu  saat  di  Hari lain ia menanyakan asalku sekolah, kemudian menanyakan Alamatku.  Aku menjelaskan Sekolahku di Muallimin  Persis 97 Cikajang  dan Alamatku di Cibuluh.

    Setelah Aku menjawab pertanyaannya. Iapun berkata

    “Aku juga punya saudara disana,”.

    “Dulu waktu masih kecil pernah kesana beberapa kali” 

    “Oh, punya saudara disana juga ya, siapa?! Tanyaku penasaran.

    “ Wa Daud,  Wa Rohman, Wa Oding “.

    “ Nama-nama yang barusan Aa sebut itu pasti  kenal Ayahku juga “. Ucapku.

    “  Karena kampung kita bersebelahan “

    “ Saya juga kenal mereka, dan salah satunya  adalah Ayah dari teman SMP ku  Susi”.

    Aku  menjelaskan  lagi.

    “ Masih ada saudara lain, ucapnya lagi  “

    “ Wa  Engkat. Wa Tatang. Wa Rokayah”  Ucapnya lagi

    “ Aku juga mengenal mereka. Bahkan waktu aku kecil sering sekal bibi membawaku  berkunjung ke Rumah Bu Engkat . Rasanya senang sekali aku dibawa berkunjung  ke Rumah  Uwa Aa itu.  Rumahnya  klasik banget. Asri. Teduh.banyak bunga dan pohon. Bahkan setelah aku sekolah SD halaman rimbun Rumahnya itu selalu dijadikan untuk ngumpet saat istirahat sekolah ketika main kucing- kucingan., karena berada persis di depan Sekolahku terpisah oleh Jalan Raya.” Ucapku panjang lebar.

    “ Jadi  mengenal mereka juga ?”. 

    “ Jadi kapan- kapan boleh dong Aku main kesana”. Ia  menambah pembicaraannya.

    “ Boleh aja “. Kataku singkat sambil bergumam dalam hati. “  Tapi jangan    sampai  ke rumahku. Titik “.

    Tiba- tiba  Bis itu datang . Aku segera memantapkan posisi berdiriku, membetulkan tas dan bersiap melangkah mendekati  Jalan Raya. Membungkukan  kepala permisi pada pemilik toko yang dari tadi menemani ku disini.

    Beberapa langkah  naik bis itu,  dia pun  bertanya  lagi

    “ Jadi Nama kamu  Siapa? “. Selama ini kita ngobrol tanpa tahu nama masing  – masing memang.

    Aku  berhenti melangkah dan berbalik kepadanya. 

    “ Aku Daniah “ jawabku  sedikit membungkukan badan dan kepalaku sedang tangan kananku  memegang dada. Seolah sedang memperkenalkan diri,  kemudian berbalik lagi  menaiki pintu bus  yang  hampir melaju dengan sigap.

    Tapi masih terdengar ia bergumam. “Ooh , Danii?”.

    Jadi semenjak  hari itu, aku dapat panggilan baru “ Dani “ dari orang  yang baru  kukenal itu, selain nama populerku disekolah dan dikampung  “ Siti, Daniah, An An, Nyi Aan”.

     Tpi Aku  enggan untuk balik menanyakan namanya siapa ,  Aku tak berani. Panggilan “ Dani “ itu menurutku sungguh aneh dan mirip nama laki- laki,  tapi ya sudahlah. Tak penting.

    Makin kesini perlakuannya kepadaku makin berbeda, begitu perhatian. Pernah satu waktu memaksaku meminjamkan payung dengan alasan langit mendung dan akan segera turun hujan.  Jelas – jelas aku menolak dan aku bilang.

    “ Bus itu sampai dikampungku dan rumahku tak jauh dari  Jalan Raya. Jadi  tak perlu bawa payung. Jikapun hujan aku masih bisa berlari kencang menembus hujan “  Jawabku meyakinkan.

    Tapi ia tetap bersikeras memaksaku, sampai aku tak bisa menolak lagi. Payung itu akhirnya kubawa pulang dan ikatannya tak ku buka sedikitpun, aku bergidik takut- takut  payung itu di guna- guna, di parabunan ( istilah Sunda)  “Ge Er banget sih kamu” ucapku dalam hati.

    Sampai di Rumah aku menyimpan payung itu di dapur.  Ada  Ibuku disana saat payung itu ku gantungkan.

    “Payung siapa?!. Ibuku bertanya kepadaku. Ia mungkin merasa heran  hari cerah kok bawa payung tak dikenal pula.

    “ Ada yang maksa  Aku membawanya”. Jawabku singkat

    “ Besok juga akan ku balikin,  minjemin kok maksa”  gumamku lagi.

    Ibu tak bicara apa-apa lagi. Meneruskan pekerjaannya dan akupun meninggalkan ibu yang mungkin masih  bertanya – tanya  sendiri dalam hatinya. Entahlah.

    Dan keesokan Harinya segera ku antar payungnya itu ke pemiliknya mampir  sebelum kuliah.

    “ Aku kembalikan payung ini. Terima kasih “ Payung yang lipatannya masih rapi tanpa ku ganggu sedikitpun

    “ Padahal gak usah kamu antar, nanti aku ambil sendiri ke Rumahmu”. 

    “ What?!”  aku tersentak mendengarnya mata hitamku membulat.

    “ Masa ia mau mengambil payung ini jauh- jauh ke Rumahku? yang bener saja. Ini kan cuma payung hadiah sponsor” aku menggerutu dalam hati dan pengen tersenyum geli. 

    “ Ada- ada saja “ ucapku sambil pamit melanjutkan perjalananku ke kampus yang hanya berjarak  kurang lebih  Dua Ratus meter dari warungnya itu.

    Pernah juga di satu waktu ia bertanya lagi.

    “ Hari Sabtu ini  Dani libur ya?!.  Ada acara kajian PK ( Partai Keadilan) di Masjid Agung. Kesana, yuk!

    “ Nanti aku ganti ongkosnya “

    Aku berfikir sejenak.  Memutar otakku agar bisa menjawab menolak tapi tak terkesan menolak. Natural saja.

    “Aku ngajar tiap hari,  kemudian kuliah sepulang aku ngajar. Jadi waktu liburku kupake untuk istirahat di Rumah aja”

    Jawabanku mungkin lebih rasional dan mudah-mudahan ia akan paham dan mengerti.

    “ Oh. Begitu ya “. Aku mengangguk

    Padahal  yang sebenarnya bukan begitu. Kali ini aku sungguh berbohong. Hari libur tetap aku manfaatkan untuk beraktivitas. Bekerja membantu  Ayahku di  kebun . Aku senang jika ada tanggal merah yang berdampingan  seperti ini.  Jadi bisa bekerja lebih  dari satu hari di kebun Ayahku itu.  Menurutku sebuah kesempatan Aku menabung. Ya menabung rupiah yang akan diberikan Ayahku saat kebun kita panen. Ayahku akan menghitung jumlah hari yang dipakai untuk bekerja membantunya dan membayarnya sesuai upah pegawai pada umumnya. Hal ini sangat membahagiakan ku mengingat jatahku tiap hari hanya untuk ongkos kuliah saja, Tak lebih, walau sebenarnya membantu Ayahku dikebun itu sesungguhnya kewajibanku. Tapi itulah cara Ayahku memberiku uang  lebih selain uang kuliahku. Begitu pula dengan adikku Tauhid ia akan senang jika libur kuliah apalagi libur Semester. Kita akan berlomba-lomba menabung dengan membantu Ayah di kebun. Walau kadang orang- orang  menyayangkan kami kenapa harus berpanas- panas begitu rupa. Terserah mereka bicara apapun tentang kami yang penting kami bahagia menjalani rutinitas seperti itu dan akan lebih bahagia saat waktunya panen tiba, kami bisa membelikan uang hasil  bekerja di Ayahku itu sesuai apa yang kami inginkan, membeli baju, tas, sepatu bahkan membeli keperluan kuliah yang tak  di cover dari ayahku.

    Makin hari aku makin risih saja jika ia menemaniku saat pulang kuliah…kadang dari jauh aku lihat di warung ada teman – temannya sedang mengobrol. Tiba-tiba saat aku mendekati warungnya mereka pergi seolah Aku akan merasa terganggu jika mereka tetap disana.

    “Duh …harus bagaimana ini . Jika perlakuan kepadaku sebegininya,  memangnya mereka pikir A

    ku ini siapa?”. 

    “ Aku tak ada apa- apa hanya sebatas kenal saja”

    “ Atau mereka menganggapku  lain- lain?”. Kok bisa?!”. Aku makin merasa tak enak hati.

     

     

    Kreator : Daniah Rijal

    Bagikan ke

    Comment Closed: Awal Bertemu

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021