KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Awan Kelabu

    Awan Kelabu

    BY 25 Jun 2024 Dilihat: 188 kali
    Awan Kelabu_alineaku

    Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika kini aku menjadi bagian dari keluarga ini. Keluarga  sederhana namun sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman. Pendidikan agama adalah hal yang paling diutamakan dalam mendidik anak. Beruntung sekali rasanya aku bisa hadir di kehidupan mereka. Masih teringat dalam benakku saat dulu aku pernah berkunjung ke rumah suamiku sekarang. Saat itu kami masih sama-sama lajang. Aku yang sangat menyukai bunga begitu tertarik dengan keindahan bunga-bunga yang dimiliki suamiku. Sejak remaja suamiku rajin mengurus bunga. Sama sepertiku yang juga hobi merawat bunga. Awal kami menikah suamiku pernah bercerita,  bahwa dulu saat aku meminta bibit bunga ibunya bilang kalau karakter sepertiku yang diinginkannya. 

    Sebenarnya suamiku pun sudah jatuh hati padaku saat itu. Namun ia belum berani mengutarakannya. Hingga aku pun sama sekali tidak tau akan perasaan suamiku padaku. Cinta terpendam ini bertahan cukup lama. Hingga suatu hari kami dipertemukan dalam kantor yang sama. Aku yang lebih dulu bekerja di kantor itu agak kaget sewaktu suamiku juga akhirnya diterima di perusahaan ini. Kebersamaan  yang rutin terjalin telah menumbuhkan rasa saling membutuhkan. Tak jarang suamiku menjemput dan mengantarkan aku pulang bekerja. Hal ini membuat keakraban kami makin terjalin. Muncullah benih-benih cinta diantara kami.

    Suamiku yang tak lagi bisa menyembunyikan perasaannya padaku, akhirnya memberanikan diri tuk mengungkapkannya. Tanpa basa-basi ia pun berkata ingin melamarku. Mungkin karena usia kami yang sudah cukup matang, kami pun tak mau menunda-nunda waktu untuk berlama-lama berpacaran. Apalagi orang tua suamiku yang sudah cukup tua selalu bertanya perihal siapa calon istri anak laki-laki kesayangannya itu. Tak menunggu lama sejak aku menerima lamaran suamiku pernikahan pun segera digelar. Acara berlangsung cukup sederhana. Kami hanya mengundang kerabat dekat dan teman-teman satu kantor saja. Sengaja acaranya sederhana karena kami ingin uang yang kami miliki nantinya bisa untuk bekal kami setelah berumah tangga. 

    Suamiku adalah pribadi yang tegas, disiplin, jujur, selalu terbuka, dan sangat berbakti pada kedua orang tuanya. Hal itu tentu membuatku makin menyayanginya. Aku bahkan banyak belajar darinya. Ia yang begitu menyayangi ibunya juga bapaknya selalu menomor satukan segala urusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka. Sejak ia dibangku SLTP ayahnya buta. Dokter bilang banyak saraf  matanya yang putus. Berawal dari sering memanggul beban berat dipundaknya saat ke kebun seperti pupuk. Suatu hari sepulang dari pasar beliau berjalan tak tentu arah. Hingga hampir saja tertabrak oleh pengendara sepeda motor yang lewat. Pengendara itu pun kaget dan bertanya mengapa jalannya tidak di pinggir. Bapak bilang kalau pandangannya terasa gelap. Lalu sang pengendara motor pun segera mengantarkan bapak pulang. Beruntung ia sudah cukup mengenal keluarga bapak.

    Keluarga Pun berkumpul dan berniat membawa bapak berobat. Setelah bertemu dokter keluarga menginginkan agar bapak dioperasi. Namun jawaban dokter begitu membuat keluarga terpukul. Dokter berkata, “ Bapak bisa saja kami operasi, namun kami tidak jamin jika nanti bapak bisa melihat kembali. Karena kemungkinan sembuh itu sangat kecil. Sebab banyak urat syaraf di mata bapak yang putus”. Begitu penjelasan dokter. Akhirnya dengan berat hati keluarga pun membawa bapak pulang. Tak sampai di situ berbagai pengobatan ditempuh oleh keluarga, demi kesembuhan bapak. Tak hanya medis, tapi juga non medis. Tapi hasilnya tetap nihil. Betapa pilu hati keluarga menerima kenyataan pahit ini. 

    Bapak yang sehari-harinya adalah seoran petani dan berjualan alat-alat pertanian di pasar, kini harus berdiam diri di rumah menjalani takdir yang Allah berikan. Hal ini tentu membuat ibu menggantikan posisi bapak sebagai pencari nafkah. Suamiku yang sudah remaja tentu ringan tangan membantu pekerjaan ibu. Bahkan tak jarang ia ikut kerja upahan di kebun tetangga guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. 

    Aku yang baru saja hadir di rumah suamiku tentu begitu trenyuh melihat kondisi bapak yang kemana-mana selalu ditemani tongkatnya. Namun satu hal yang aku kagumi, beliau begitu rajin beribadah. Sholat dan juga mengaji. Setiap malam bahkan terdengar olehku bunyi tongkatnya saat berjalan keluar kamar guna mengambil air wudhu. Masya Allah… malu rasanya aku yang sehat ini bila tak mampu bersyukur dan menjalankan ibadah seperti halnya bapak. 

    Kini aku dan suamiku tengah menunggu kelahiran buah hati kami yang pertama. Tibalah pada hari yang begitu membuat hatiku cemas. Aku mulai merasakan tanda-tanda akan melahirkan. Suamiku segera memanggil bidan yang selama ini memeriksaku. Terpancar raut muka sedih saat bidan itu bilang bahwa aku tak bisa melahirkan normal dan harus menjalani operasi saesar. Aku pun hanya bisa pasrah dan terus berdo’a semoga operasi berjalan lancar, dan anakku selamat. Tak bisa kusembunyikan kecemasanku saat tiba di rumah sakit dan segera disambut tim medis untuk dilakukan penanganan. 

    Entah berapa lama sejak aku masuk ruang operasi dan diberi suntikan bius, anakku pun lahir. Terdengar suara seraknya saat dokter mengangkat tubuhnya dari dalam rahimku. Aku yang belum begitu sadar berucap syukur atas kehadiran putri pertama kami. Setelah menjalani perawatan dan pemulihan, kini tibalah saatnya kami pulang. Ibu mertuaku telah lebih dulu pulang karena tak tega membiarkan bapak di rumah hanya ditemani cucunya saja. Rasanya tak sabar akupun ingin segera sampai rumah.

    Deru suara mobil yang membawa kami berhenti tepat di depan rumah kami, ibu mertua segera menyambut kedatangan kami. Aku yang ditemani kakak ipar turun pelan-pelan dari mobil. Tentu aku belum bisa menggendong bayiku karena masih agak lemas. Anakku pun digendong kakak iparku. Setelah masuk rumah kami langsung menghampiri bapak yang sedang duduk di ruang tamu. “ Pak, kami sudah pulang”. Kataku. Dan kakak iparku segera mendekatkan anakku ke bapak sambil berkata, “ mbah…ini cucunya sudah datang. Alhamdulillah perempuan mbah, dan kondisinya sehat”. “ Oh, ya syukur Alhamdulillah”. Jawab bapak. Tak terasa air mata ini mengalir deras mendengar jawaban bapak. Batinku berkata, “ya Tuhan sejak aku menjadi menantunya dan kini aku sudah melahirkan putri pertamaku, bapak masih belum bisa melihat seperti apa menantu dan juga cucunya?”. Langit cerah seakan berubah menjadi awan kelabu menyaksikan kesedihanku akan keadaan yang dialami bapak mertuaku. Saat anakku berusia lima tahun, bapak sakit-sakitan dan tak lama Yang Kuasa pun memanggilnya. Selamat jalan bapak, semoga kau tenang di sana. Do’a kami menyertai kepergianmu.

     

    Kreator : Sri Dewi Rejeki

    Bagikan ke

    Comment Closed: Awan Kelabu

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021