Ayah merupakan sosok panutan, dari kecil sering kita melihat dan meniru apa saja yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, baik itu perkataannya, perbuatannya maupun hal lain terkadang terekam di memori kita sejak kecil. Ayah sering mengajarkan memberikan edukasi tentang hal-hal yang terkadang sebagai anak kecil kita belum memahami sepenuhnya maksud dan tujuan, di saat sudah beranjak dewasa barulah sadar bahwa apa saja didikan dan nasehat beliau ada hikmah dan pelajaran yang positif yang tidak kita dapatkan.
Hal lain bagian yang tidak kalah pentingnya di dalam kehidupan kita sosok ayah merupakan figur yang mengayomi , melindungi, bahkan sebagai bodyguard dalam kehidupan yang selalu menemani di saat kecil pada saat kita menangis meminta sesuatu yang kita inginkan, terkadang beliau rela berkorban apapun untuk memenuhi keinginan anaknya pada saat itu, meminta mainan, makanan, pakaian dll. beliau orang yang sabar dalam menghadapi apapun kondisi keadaannya, meskipun di luar banyak beban kerja dan masalah lainnya di tempat pekerjaan yang dihadapi tetapi ayah saat pulang ke rumah tetap membawa senyuman kebahagian,raut muka ceria dan bersenda gurau bersama anak-anaknya tanpa membawa masalah pekerjaan di luar ke dalam rumah.
Hal ini berdampak positif bagi kami sebagai anak, sehingga kami senang bercanda dan bergurau bersama ayah saat pulang dari kerja. Tiap anak mememiliki pengalaman yang unik tersendiri bersama orang tuanya tidak memandang latar belakang sosial ekonominya maupun lingkungan kehidupan sehari-harinya, karena masa kecil masa di saat menemukan hal-hal baru dan unik yang membahagiakan bagi setiap anak.
Penulis juga mengalami suatu aktivitas kehidupan masa anak- anak yang tidak kalah serunya, di saat duduk di sekolah dasar selain rutinitas belajar menimba ilmu di sekolah dasar kegiatan lainnya tidak kalah seru dan menarik pada waktu itu, seperti berolahraga, memancing, berenang di sungai, menonton bareng di hari minggu pagi di mulai film serial kartun doraemon pada pukul 08.00 pagi di tutup menonton wiro sableng 212 pada pukul 11.00 siang. Tidak semua masyarakat atau orang tua yang memiliki akses siaran TV film kartun tersebut pada saat itu, karena diharuskan memiliki antena parabola dan hanya golongan tertentu yang memiliki perekonomian menengah ke atas yang memiliki antena parabola pada saat itu, sehingga kami bersama teman-teman meminta izin untuk menonton di tempat seorang pak haji yang kaya pada saat itu yang memiliki akses dan antena parabola dan di izinkan kami untuk ke rumahnya untuk menonton bareng. Bahkan terkadang kami disuguhi minuman dan makanan ringan di rumahnya, betapa bahagia nya pada saat itu tidak hanya bisa menonton tetapi juga bisa sambil ngemil bersama tema-teman menikmati makanan yang diberikan oleh pak haji pada saat itu, Alhamdulillah Mudah-mudahan kebaikkan beliau akan di balas oleh Allah swt di yaumil akhir kelak.
Kegiatan masa kanak-kanak pada waktu itu sangat menyenangkan sehingga terjalin silaturahmi, kekompakan, adanya kesamaan hobi sehingga menambah keakraban antar sesama, tidak adanya jurang pemisah antar yang kaya dan miskin pada saat itu, sama-sama berkreativitas dalam bermain dan beraktivitas lainnya sesuai umur kanak-kanak.
Pada saat itu sangat berbeda jika di bandingkan kegiatan bermain anak-anak pada masa saat ini, jika pada saat ini kemajuan teknologi dan kemajuan zaman permainan anak-anak sedikit mengalami evolusi atau perubahan, pada saat itu masih tradisional di masa tahun 1994-2000, anak-anak masih bermain permainan tradisional yang tidak membutuhkan banyak biaya, karena bahannya berasal dari tumbuhan atau bahan bekas di lingkungan sekitar sebagai contoh bahan dari bamboo, kaleng bekas, karton, karet, kayu dll.
Meskipun masa kanak-kanak penulis sebagian waktunya dengan kegiatan bermain tetapi orang tua tetap membatasi batasan-batasan tertentu bagi anaknya, terutama ayah selalu mengedukasi kami tentang hal-hal tentang pendidikan agama, adab, budaya serta kearifan lokal lainnya yang kami anut pada masa itu. Bagaimana saat bertemu dengan orang yang lebih tua, tolong-menolong antar sesama, bersedekah, dan saling menjaga toleransi antar umat beragama.
Terkadang kata-kata tidak cukup untuk menjelaskan perjuangan ayah dari mulai kita lahir sampai dewasa saat ini, cucuran keringat tenaga dan pikirannya yang dikerahkan untuk anak-anaknya demi kebaikkan anak di masa depan agar suatu saat menjadi orang yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain bahkan untuk bangsa dan Negara.
Ayah tidak mengharapkan balas budi bahkan sebagai anak tidak cukup membalas pengorbanannya, seyogyanya lah kita mendoakan orang tua kita agar tidak hanya bahagia di dunia tetapi juga di akhirat, ayah seorang pahlawan. “Ayah pahlawanku”.
Kreator : Dian kurniawan
Comment Closed: Ayah Pahlawanku
Sorry, comment are closed for this post.