Hari pertama sekolah di SMA membuat semua siswa-siswi merasa senang. Mereka bisa memakai seragam putih abu-abu, artinya mereka sudah dianggap remaja, bukan lagi anak-anak. Mereka saling mengenalkan diri dan bahagia punya banyak teman baru. Terlihat dari senyum dan keceriaan mereka, bahwa berada di kelas X (Sepuluh) adalah menyenangkan.
Hari pertama pembagian kelas setelah masa orientasi adalah saat mencari ruang kelasnya masing-masing. Sengaja berangkat lebih pagi dari jadwal yang ditentukan karena masih harus mencari kelas yang jumlahnya 38 kelas. Sebenarnya bisa bertanya kepada Bapak/ Ibu guru, mereka ingin membuktikan bahwa saat ini mereka bukan lagi anak-anak yang sedikit-sedikit dibantu. Dengan datang lebih pagi, mereka bisa mencari sendiri kelas dan ruangan yang dicarinya.
Jam 06.40 semua siswa sudah harus berada di kelasnya masing-masing.
Hari pertama memang belum langsung menerima pelajaran. Jam pertama akan diisi oleh wali kelasnya masing-masing untuk berkenalan, pembentukan ketua kelas, mencatat jadwal pelajaran dan siapa saja yang mengajar.
Butuh waktu untuk semua proses tersebut karena belum saling kenal. SMA memang beda dengan pendidikan di SMP. Mereka lebih berani dan masa ingin menunjukkan kemampuan mereka. Jadi dalam pemilihan pengurus kelas mereka sudah berani angkat tangan, mempunya visi dan misi dan menyampaikannya di depan kelas. Setelah mendapatkan 6 orang calon, saatnya pemilihan. Suara terbanyak akan menjadi ketua dilanjutkan wakil, bendarara, wakil bendahara, sekretaris dan wakil sekretaris.
Yang dicari telah siap dengan tugasnya masing-masing.
Hari pertama Ini pengurus kelas sudah langsung bekerja sesuai dengan Job description nya masing-masing.
Ketua kelas mencatat jadwal pelajaran dan menyampaikannya pada teman-temannya.
Pengambilan buku juga sudah dimulai. Pengurus kelas bekerja sama dan saling bantu supaya proses belajar dan mengajarnya bisa lancar sesuai jadwal yang ada.
Apabila ada Bapak/Ibu guru yang belum masuk kelasnya, maka pengurus kelaslah yang harus ke ruang guru untuk mengingatkan bahwa saatnya pelajaran yang ditunggu.
Keceriaan di hari pertama sekolah ini tiba-tiba membuat Miss Titin sempat kebingungan dengan berita yang barusan diterima dari sekolah.
Miss Titin harus menyampaikan pada anak didiknya bahwa ada berita duka.
Miss Titin memanggil Hakim dan meminta supaya membawa tasnya sekalian karena dijemput keluarganya supaya pulang sekarang juga. Hakim kebingungan kenapa harus pulang sekarang?
Dia masih ingin belajar di sekolah bersama dengan teman-temannya.
“Hakim, tolong dikemasi tasnya sekarang. Soalnya dijemput sama keluarga untuk pulang sekarang ” Miss Titin menyampaikan dengan sangat hati-hati dan dengan tutur kata yang lembut.
“Ada apa miss? Kok saya disuruh pulang?
Kenapa saya dijemput?
Kan saya bawa motor sendiri?
Lagian saya masih ingin belajar loh” beberapa pertanyaan terlontar dari Hakim.
Miss Titin tak mampu berkata apa-apa, hanya menitip pesan
“Hakim, gpp pulang dulu, besok kita belajar lagi ya”
Hakim mengangguk sambil mengemasi barang-barangnya. Buku, pulpen, tepak makan dan botol minumnya dimasukkan dalam tas.
Miss Titin mengantarkan hingga ke pintu gerbang sekolah dan berpesan
“Hati-hati di jalan ya”
Entah bagaimana cara saudaranya menyampaikan pada Hakim tentang kejadian yang barusan dialami. Tentu Hakim tidak terbersit sedikitpun bahwa hari Ini adalah sebuah berita yang mengejutkan baginya. Makanya dia terlihat murung sama sekali, penasaran sih iya karena baru masuk sekolah sudah dijemput, diajak pulang secara tiba-tiba.
Apakah Hakim sempat mimpi semalam atau ada firasat apa yang akan terjadi hari Ini. Hakim belum sempat bercerita apa-apa, dia sudah dalam perjalanan pulang dibonceng oleh saudaranya.
Pagi yang cerah, semua mengawali aktivitas masing-masing. Begitu juga dengan ayahnya Farid yang berangkat bekerja naik mobil. Perjalanannya lancar tanpa hambatan. Sesampainya di kantor, mobil di parkir, pintu dibuka dan hendak turun dari mobilnya, tetapi… tiba-tiba tak sadarkan diri, terjatuh. Teman-temannya yang di sekitar tempat parkir berusaha menolongnya. Segala upaya dilakukan, tetapi takdir berkata lain. Ayahnya Hakim dipanggil yang Maha Kuasa disaat berjuang mencari nafkah. Diagnosanya adalah serangan jantung. Semua tentu tidak ada yang mengira, tetapi ini adalah takdir dari Yang Maha Kuasa.
Keesokan harinya, Miss Titin masuk kelas, memberitahukan kepada mereka.
“Anak-anak,
siapa saja yang bisa ikut takziah ke rumah Hakim?”
Salah seorang siswa dari belakang langsung angkat tangan
“Saya ikut Miss” ungkapnya sambil berdiri.
“Iya, nanti kita berangkat bareng+bareng usai bel pulang sekolah ya” jawab Miss Titin
Pulang sekolah Miss Titin bersama BK menuju rumah Hakim,
“Apakah sudah ada yang tahu rumahnya Hakim?”
“Iya, sudah” jawab mereka bersamaan.
“Ternyata rumahnya jauh juga ya” ungkap Miss Titin sambil turun dari motor.
Sesampainya di rumah Hakim, seorang ibu keluar dari ruangan dan mempersilahkan masuk. Ketika mengobrol, ibunya Hakim menceritakan dengan jelas kronologinya. Semua mendengarkan sambil sesekali mengusap air matanya yang tak tertahan mengalir di pipi. Hakim tampak tegar walau tampak sekali rasa kehilangan itu.
Ibunya Hakim menitipkan pesan agar anaknya dibimbing, dididik, diarahkan, dan dinasehati bila berada di sekolah.
Sesekali Hakim masih bisa melontarkan lelucon, sehingga teman-temannya yang awalnya tegang dan ikutan bersedih jadi tertawa juga.
Hakim Sepertinya berusaha tetap tegar dan mencoba menghibur diri.
Hakim sudah masuk sekolah seperti biasa, mengikuti pelajaran, mengerjakan tugas dan beraktivitas dengan teman-temannya.
Miss Titin masuk kelas. Sebelum memulai pelajaran, diabsen dulu seperti biasa yaitu berdiri dengan menyebutkan nama dan mengecek kerapian baju beserta atributnya. Ketika memanggil namanya Hakim, dia tidak berdiri dan menyebutkan nama. “Apakah hari Ini Hakim gak masuk” Miss Titin bertanya sambil melihat tempat duduk yang biasanya ditempati hakim
“Masuk kok Miss, tadi ada kok” ungkap teman sebangkunya.
“Loh… Sekarang dimana, apakah tadi izin ke kamar mandi?” selidik Miss Titin.
Tiba-tiba dari bangku paling belakang ada yang berdiri sambil menunjuk ke bawah kolong meja tetapi tidak bersuara.
Miss Titin mengerti maksudnya lalu berjalan menuju kolong meja yang dimaksud.
“Hakim, kenapa kok di sini nak?
Ayo keluar, kembali duduk di bangkumu” pinta Miss Titin agar Hakim tidak lagi bersembunyi dibawah meja.
Air mata Hakim menetes dipipi, Miss Titin tak kuasa menahan haru dan matanya ikut berkaca-kaca.
“Saya ingat Ayah Miss” hanya itu yang keluar dari mulut Hakim, tetapi tetap belum mau keluar dari persembunyiannya di kolong meja.
“Hakim, saya tahu dan bisa merasakan apa yang kamu rasakan, tetapi…. Keluarkah, ayo ceritakan pada saya apapun yang ingin kamu sampaikan.
Perlahan Hakim berdiri dan kembali ke tempat duduknya. Kali Ini Hakim mau menceritakan bahwa dia merindukan ayahnya, merasa kehilangan, dan sangat bersedih.
Miss Titin berusaha menenangkan dan menasehati supaya mendoakan ayahnya kala teringat seperti Ini.
Hakim mengangguk dan mengiyakan.
Esoknya Hakim kembali ceria seperti biasanya. Sudah bisa bergurau dan bersenandung, dia punya aktivitas baru. Bawaannya sekarang lebih banyak dari biasanya, karena membawa keranjang jajan untuk dijual di kelas. Teman-temannya senang, ketika Istirahat tidak perlu ke kantin, cukup beli jajan pada Hakim. Kata mereka jajannya enak dan harganya terjangkau.
Waktu berlalu, ketika Miss Titin masuk kelasnya lagi, ternyata Hakim tidak masuk sekolah dari kemarin.
Kata mereka Tangannya Hakim terkena minyak goreng panas ketika membantu ibunya menggoreng jajan. Jadi belum bisa belajar di sekolah.
“Anak-anak, apakah sudah ada yang menjenguk Hakim? ” tanya Miss Titin.
” Belum Miss, tetapi… Katanya besok sudah masuk kok” ujar teman sebangkunya.
Hakim memang anak yang rajin, meskipun tangannya masih di perban dan belum bisa menulis, tetapi tetap semangat belajar. Untungnya teman-temannya baik dan membantu Hakim menuliskan tugasnya. Hakim sempat melontarkan gurauan pada Bapak/Ibu yang mengajarnya, katanya sekarang sekprinya banyak.
“Apa itu SekPri?” tanya Miss Titin
“He… He… He… Sekretaris Pribadi Miss” jawab Hakim seperti tanpa dosa
Teman-temannya tersenyum mendengarkan jawaban Hakim.
Beberapa minggu berlalu, Hakim sudah sehat seperti sedia kala. Dia sudah bisa mengikuti Kegiatan sekolahnya lagi, belajar dan mengikuti extra Paskibra. Hakim memang bercita-cita meneruskan perjuangan ayahnya menjadi Angkatan Laut, makanya dia gigih berlatih dan belajar dengan tekun.
Hakim sangat mencintai ibunya. Dia pandai menyenangkan hati ibunya. Sering membuat ibunya tersenyum dan bangga.
Lulus sekolah, Hakim langsung bekerja, dia bertekad untuk bisa kuliah tanpa merepotkan ibunya. Dia ingin kuliah dengan biaya sendiri dan terus berusaha supaya bisa meneruskan perjuangan ayahnya.
Kreator : Sofi Rohma
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Ayah pergi mendadak
Sorry, comment are closed for this post.