Dengan mata masih terpejam, Amanda menggerakkan kepala yang terasa berat. Gadis itu merebahkan kembali kepala di bantal. Ia masih enggan untuk bangun.
Tiba-tiba Amanda membuka mata. Ia merasakan gerakan di sebelahnya. Dengan perlahan-lahan, gadis itu meraba bagian tubuhnya. Amanda menarik napas lega, pakaian masih melekat di tubuhnya. Ternyata peristiwa sebulan lalu tidak terulang kembali.
Belum sempat ia menoleh ke sebelah. Terdengar pintu terbuka. Amanda segera duduk dan bola matanya berputar melihat Amelia memasuki kamar bersama beberapa orang.
“Lihatlah kelakuan Amanda! Gadis yang tampak polos, ternyata tidur bersama seseorang,” tunjuk Amelia kepada Amanda dan orang di sebelahnya.
Amanda menoleh ke kanan. Tampak wajah bingung pria setelah terbangun.
“Pak Ryan. Apa yang terjadi?” tanya Amanda .
Tanpa menunggu jawaban, Amanda segera menutup wajahnya. Tidak perlu dijawab, pasti semua orang telah mengartikan dengan sesuatu yang buruk.
“Sa-saya tidak tahu apa yang terjadi. Percayalah, saya tidak melakukan hal-hal yang buruk,” bela Pak Ryan di hadapan semua orang.
“Tiba-tiba semalam saya merasa pusing. Saya sengaja pergi ke kamar untuk tidur.”
“Terus bagaimana penjelasan tentang Amanda, Pak?” tanya Amelia dengan pandangan mencemooh.
Pandangan menyelidik Amelia tertumpu pada Pak Ryan, manajer bagian produksi itu.
“Betul. Jelas sekali kalian telah tidur bersama. Mungkin saja telah terjadi sesuatu,” celetuk seorang laki-laki yang tidak dikenal Amanda.
Dengan tangan kanan, Amanda menutup wajahnya ketika ada kilatan blitz yang mengarah kepada dirinya.
“Jelaskan Amanda, bagaimana kamu ada di kamarku?” bisik Pak Ryan.
Raut muka Amanda yang pucat tampak bingung. Semalam di tempat pesta perusahaan, ia merasakan sakit kepala setelah minum. Seingatnya dirinya sedang menuju toilet untuk membasuh muka, berharap akan mengurangi sakit.
“Semalam berjalan ke toilet, tetapi tidak tahu mengapa saya terbangun di sini,” ucap Amanda linglung.
Tangan kanan Amanda meraih tas di meja kecil. Ia ingin sekali segera pergi dari tempat ini. Tiba-tiba Amelia merebut tas kulit itu.
“Apa yang kamu lakukan, Amel?” Amanda mengepalkan tangan bersiap merebut kembali tasnya.
“Jangan coba-coba melarikan diri!” seru Amelia.
“Ada apa ini?”
Belum sempat Amanda membalas kata-kata Amelia. Terdengar suara yang sangat familiar. Amanda menutup mulut, tidak menyangka Tuan Zach tiba-tiba datang.
“Amanda sekretaris saya. Saya harus tahu apa yang terjadi.”
Tiba-tiba sekelompok orang yang tidak dikenal itu segera mengelilingi Tuan Zach, Presdir perusahaan tempatnya bekerja. Dan Amanda baru menyadari bahwa orang-orang itu ternayata wartawan.
Saat orang-orang perhatiannya teralihkan kepada Tuan Zach. Amanda segera merebut kembali tas dari Amelia. Terjadi tarik menarik, akibatnya isi tas jatuh ke lantai. Salah satu benda menarik perhatian Amelia dan Amanda. Amelia berhasil mengambil lebih dulu.
“Ini milikmu, Amanda? Jadi kamu sedang hamil.”
Kata-kata Amelia menarik perhatian semua orang termasuk Tuan Zach. Amanda sudah tidak bisa bersembunyi. Tes kehamilan yang ia lakukan tadi pagi memang menunjukkan hasil positif.
Gadis itu segera berlari meninggalkan ruangan Ryan. Tidak peduli beberapa panggilan dari Amelia. Ia menerjang hujan yang turun di malam pukul 02.00. Tujuannya hanya sampai di rumah kontrakan yang sempit tetapi hatinya lebih nyaman. Bertemu bibi Marni yang akan membelai rambutnya, menghibur dirinya kala bersedih.
Bersambung ke Bab 2.
Comment Closed: Bab 1. Dua Permata itu Ternyata Buah Hati Boss
Sorry, comment are closed for this post.