Seorang wanita dengan tampilan simple tetapi tetap menawan itu berjalan dengan menarik koper krem miliknya. Ia membelah keramaian di Stasiun kereta dengan langkah tegas nan pasti nya, merasakan getaran pada saku blazer-nya, ia pun merogoh dan melihat terdapat panggilan dari sepupunya yang tinggal di Bandung.
“Nggak papa Mbak Nay, aku naik taksi aja. Lagian sejak kapan sih Mbak Nayla punya supir?” Ujar Jelita sambil tertawa pelan pada sepupu nya di seberang telpon sana.
Meskipun secara usia, lebih tua Jelita. Namun, karena secara silsilah keluarga Jelita masih harus memanggil Nayla dengan sebutan “Mbak” karena Ibu Jelita merupakan adik dari Ayah Nayla.
“Sebenernya dia ini temen gue, dia punya utang sama gue. Jadi sekalian gue suruh aja dia jemput lo. Udah! cepetan kesini ntar dia anter ke cafe punya dia. Gue tunggu di sini.” cerocos Nayla kepada Jelita.
“Kasian juga ya Mbak, dia punya temen kayak kamu. Disuruh jemput sepupu temannya. Eh kamunya malah ngadem di kafe-nya.”
Jelita terus berjalan keluar menuju parkiran dan mencari mobil yang dimaksud oleh Nayla, sambil terus mendengar pembelaan dari sepupunya.
“Salah sendiri dia punya utang ke gue! udah untung dibayar pake jasa jemput loe, lu tuh harusnya bersyukur diuntungin juga.” Mendengar pembelaan dari Nayla, Jelita hanya bisa memutar bola matanya malas.
“Iya iya deh, terserah mu… Ini aku cari dulu mobil temanmu.”
“Okayy sampe ketemu di cafee yaa sayangg…muachh.” ucap Nayla lebay melalui telepon.
Berbarengan dengan ditutupnya sambungan telepon, dari kejauhan Jelita dapat melihat mobil yang memiliki plat nomor D 6112 AJ. Sedikit bergumam membaca plat tersebut dan menyamakan dengan pesan berisikan informasi mengenai mobil yang digunakan untuk menjemputnya, Jelita pun berjalan mendekat menuju pintu kemudi. Hendaknya mengetuk jendela dan menanyai apakah benar ia teman Nayla.
Baru hendak mendekat ke pintu kemudi, seorang laki-laki dengan kaos hitam dan jaket denimnya keluar dari mobil. Dengan sepuntung rokok tergigit di ujung bibirnya dan tangan yang hendak menyulut api dengan korek nya untuk menyalakan rokoknya, niat merokoknya terhenti ketika suara halus seorang perempuan dibarengi dengan suara roda koper yang didorong mendekat.
“maaf, Mas temannya Nayla bukan ya?” Tanya Jelita ragu kepada pria tersebut, takut takut mengganggu waktu bersantainya. Karena Jelita melihatnya yang hendak merokok.
Pria itu akhirnya menoleh sepenuhnya dan saling beradu tatap sebentar dengan Jelita yang memandangnya penuh tanya. Dengan tekad penuh ia mengurungkan niatnya yang hendak merokok dan memasukkan korek dan rokoknya pada sakunya.
“I–ya..Jelita ya?” Tanya pria tersebut sambil berjalan mendekat pada Jelita. Jelita pun tersenyum lega karena takut salah orang.
Mengangguk sambil tersenyum Jelita pun mengangkat tangannya hendak berkenalan “Jelita Kanaya Putri, iya bisa dipanggil Jelita atau Lita biar singkat”
Sang pria pun menatap jabatan tangan Jelita kemudian tersenyum sebelum membalasnya “Tio Raka Bagaskara”
————-—
Setelah beberapa menit membelah lalu lintas di Bandung, Jelita dan Tio pun sampai di Cafe milik Tio. Memarkirkan mobilnya pada parkiran, Tio tidak langsung turun melainkan menoleh ke arah gadis yang duduk di sebelah kursi kemudinya, Jelita terlihat sedang menelpon seseorang yang Tio yakini itu adalah ibu Jelita, karena
tutur kata halus yang Jelita ucapkan.
“Iya bu, ini Jelita udah sampe Bandung” Ucap Jelita kepada ibunya di seberang telpon sana.
“Ojo lali oleh-oleh e kui dikei nang Om Wira loh nduk (jangan lupa itu oleh oleh nya dikasih ke Om Wira)
“Nggeh bu…” Jelita mengiyakan dengan sopan perintah ibunya untuk memberikan oleh oleh khas Jogja itu kepada Om Wira yang bukan lain itu adalah Ayah Nayla.
Sementara Tio masih betah melihat interaksi antara Jelita dengan ibundanya, mendengar dan melihat senyuman sopan disertai jawaban-jawaban halus Jelita kepada ibunya membuat Tio tersenyum “bisa kali ya..dapet jodoh orang jogja“.
Tio menggeleng sambil tersenyum lucu dengan bayangannya sendiri. Gadis yang baru saja ia temui ini jujur saja membuatnya membayangkan hal hal tentang masa depan. Padahal mereka baru saja bertemu dan Tio belum mengetahui mengenai gadis ini.
Jelita pun melihat sekilas ketika Tio menggelengkan kepalanya, walaupun Jelita tidak tahu alasan pria yang baru saja ia temui melakukan hal itu. Merasa tidak enak membuat Tio menunggu membuat Jelita segera mengakhiri petuah petuah ibunya melalui telepon.
“Aduh maaf ya mas bikin nung–” belum sempat menyelesaikan kalimat maafnya karena telah membuat Tio menunggu masa teleponnya dengan ibunya, kini Jelita kembali menerima telepon, namun kini dari rekan kerjanya.
“Halo Rel? gimana?” Jelita mengatupkan bibirnya sembari berpikir ketika mendengar pertanyaan dari Aurelia seputar pekerjaan yang akan di handle oleh temannya itu.
Terlihat menerawang dan berpikir sejenak, Jelita pun mengeluarkan tablet yang ada di tas kerjanya. Menggulir dan membaca sejenak dokumen yang dikirimkan Aurelia membuat alis Jelita menukik tajam.
Kembali memperhatikan gadis disampingnya ini, Tio kembali mengambil kesimpulan bahwa Jelita benar benar wanita pekerja keras, terlihat dari raut wajahnya yang berubah serius ketika menerima telepon dari Aurelia.
“eum…sebenernya script yang kemarin udah aku kirimin ke Mas Arya, udah di Acc juga sih Rel. Cuman aku juga kurang tau ya kok tiba tiba dia minta revisi” Jelas Jelita kepada Aurelia
“mungkin karena ada built in nya ya mbak” tanya Aurelia. Terdengar dari suaranya, Aurelia terlihat gelisah.
Yup! Jelita bekerja sebagai seorang produser di salah satu stasiun televisi swasta. Memiliki beberapa cabang, bulan lalu Jelita mendapat perintah dari kepala divisi nya untuk ditugaskan di kantor cabang Bandung. Meskipun sudah nyaman dan sudah menghandle satu program di cabang Jogja, tidak membuat atasannya itu untuk tidak mengirim Jelita ke Bandung.
Meskipun Aurelia pun menjabat sebagai produser, tetapi ketika diperintahkan untuk menghandle program Jelita, Aurelia pun cukup bingung
“buat built in juga udah dibikinin Yeri dan udah dikirimin ke Mas Arya juga loh padahal” sambil menggigit ibu jari nya, Jelita berpikir. Mengapa mas Arya yang tidak lain adalah atasannya tiba-tiba minta dikirimkan revisi tentang naskah program yang akan tayang besok.
“hmm…gini aja deh Rel, 15 menit lagi aku konfirmasi ke mas Arya tentang script sama built in nya gimana. Kalau udah ntar aku hubungin kamu lagi” Menutup teleponnya, kemudian Jelita baru sadar bahwa sedari tadi terdapat laki-laki yang terus memandangnya ketika ia sedang menelpon.
“Aduhh…aku beneran minta maaf ya mas, malah bikin nunggu gini” Jelita lagi lagi merasa tidak enak kepada pria disampingnya ini, karena harus menunggunya menelpon dua orang sekaligus.
Tio menunduk sebentar sambil mengatupkan bibirnya gemas. Entah rasanya mendengar panggilan “mas” dari seorang gadis rasanya asing baginya. Berdesir hangat seolah mendapat panggilan dari istri kepada suaminya E–eh?
Walaupun sebenarnya Tio tahu, Jelita merupakan seorang dari Jogja yang terbiasa menggunakan panggilan tersebut kepada seorang lelaki.
“Gapapa, gue juga lagi santai kok..yuk turun, udah ditungguin Nayla kan” ajak Tio kepada Jelita agar segera turun dari mobil dan segera turun.
Baru hendak mengambil kopernya di bangku penumpang belakang, Jelita dihentikan oleh Tio. “aku pulang sama Nayla kok, gapapa ini aku turunin aja sekalian” Ucap Jelita sambil hampir menenteng koper nya tetapi dikembalikan ditempat semula oleh Tio.
“Eh gapapa, taruh situ aja ntar sekalian gue anter loe balik. Yuk masuk, panas nih” Ujar Tio sembari berjalan menuju pintu masuk cafe, menyisakan Jelita yang masih menatap Tio bingung.
Usai adegan berpelukkan yang penuh drama yang dilakukan Jelita dengan Nayla, mereka pun bercengkrama sebentar,sebelum Jelita kembali disibukkan dengan pekerjaan yang tadi tertunda.
Terlihat dari kejauhan Jelita tengah menelpon mas Arya yang mempunyai jabatan sebagai ketua produksi, tugasnya memantau program program yang dijalankan.
“iya mas, buat yang ada built in nya juga udah saya kirim email. Jadi bisa pakai itu ya mas?” tanya Jelita kepada mas Arya melalui telepon. Mendapat acc dari atasannya, tangan Jelita mengepal lega. Yang menjadikan pekerjaannya tidak bertambah.
“Baik mas, setelah ini saya konfirmasi ke Aurelia” Jelita mengangguk patuh pada perintah mas Arya meskipun atasannya saat ini sedang tidak ada dihadapannya.
Sementara di sisi lain, Tio datang ke meja Nayla sambil membawa pesanan Jelita dan menaruh di Meja.
“kok lu nggak bilang sih nay, punya saudara cakep begitu?” ujar Tio pada Nayla sambil memasang pin id card di celemeknya. Meskipun cafe ini milik Tio, tetapi terkadang ia ikut membantu melayani pelanggan.
“ngape lu! naksir?” Nayla menghentikan aktivitas mengetik pada laptop untuk menoleh pada Tio
“cewek cantik, independen gitu siapa yang nggak naksir coba” Ujar Tio sambil menatap Jelita dari kejauhan yang terlihat sedang sibuk mengetikkan pekerjaan pada smartphonenya.
Nayla hanya bisa mengangguk setuju. Sebagai sepupunya, secara penuh Nayla pun bangga terhadap Jelita, perempuan berusia 26 tahun itu sudah memiliki jenjang karir yang cukup baik. Sempat magang di salah stasiun televisi terbesar di Jakarta, menjadikan pengalaman yang dimiliki Jelita cukup banyak sebelum ia terjun ke dunia kerja.
“Jelita tuh udah semenjak SMA, pengen masuk dunia pertelevisian. Jadi pas kuliah dia juga udah ngincer jurusan yang menjurus kesana lah. Dan dia magang pun bener bener dapet pengalaman yang dia pengen” Jelas Nayla kepada Tio sambil terus melanjutkan pekerjaannya pada laptop dihadapannya.
“Jadi bisa dibilang dia sekarang kerja tuh bener bener passionnya dia” tambah Nayla kepada Tio yang terlihat penasaran kepada etos kerja Jelita yang begitu besar.
Nayla yang masih melakukan pekerjaanya pun mengangkat kepalanya dan memandang Tio yang terus melihat ke arah Jelita. Ia pun tersenyum penuh arti menatap Tio sebelum berkata hal yang mampu membuat Tio menatap Nayla dengan serius.
“Tapi gue denger dia udah punya cowok sih di Jogja”
Entah Nayla hanya mengada-ada atau bagaimana, tetapi Tio tahu wanita sesempurna Jelita pasti sudah mempunyai kekasih.
Tapi rasa keingintahuan dan rasa ingin mencoba memiliki Jelita tiba-tiba bangkit dalam diri Tio. Entah sebut saja Tio jatuh cinta pada pandangan pertama pada Jelita.
Kreator : Haniyah (Honeybee)
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak lahir begitu saja. Di balik perumusan lima sila yang menjadi pondasi bangsa ini, ada pemikiran mendalam dari para tokoh pendiri bangsa, salah satunya adalah Soekarno. Pemikiran Soekarno dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Lalu, apa saja pemikiran Soekarno tentang dasar negara […]
Rumusan dasar negara yang dikemukakan oleh Mr. Soepomo memiliki peran sangat penting dalam pembentukan dasar negara Indonesia. Dalam sidang BPUPKI, Mr. Soepomo menjelaskan gagasan ini dengan jelas, menekankan pentingnya persatuan dan keadilan sosial. Dengan demikian, fokusnya pada teori negara integralistik membantu menyatukan pemerintah dan rakyat dalam satu kesatuan. Lebih lanjut, gagasan ini tidak hanya membentuk […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: BAB 1- Rasa Yang Bersemi
Sorry, comment are closed for this post.