KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » BAB 10 jinjang

    BAB 10 jinjang

    BY 01 Sep 2024 Dilihat: 26 kali
    Jinjang1_alineaku

    Bulan penuh kekuningan menghiasi langit kala malam menggantikan senja. Suara berisik binatang malam mulai bermunculan. Aktivitas malam mulai ramai akan hal-hal mencekam. Para makhluk penguasa malam pun mulai menunjukkan atensinya, berlomba-lomba mencari kesenangan mereka masing-masing. Ada sebagian kecil makhluk usil yang menggoda manusia, ada pula yang melakukan tugas dari tuannya layaknya mereka hanyalah alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuannya. Kadang timbal balik tak sesuai dengan pekerjaan. Itulah yang dirasakan Badhil. Ruangan rahasia dari salah satu penduduk berukuran 3 X 4 meter menjadi saksi ketidakberdayaannya. 

     

    Di bawah kendali pria berkulit sawo matang, wajah kotak, mata besar, hidung besar, alis tebal lurus sebatas ujung mata itu, ia terpaksa membalas kebaikan Wira dengan kejahatan. Bahkan ia pulalah yang menyebabkan kedua orang yang berarti dalam kehidupan Wira tewas mengenaskan. Ia pulalah yang menyebabkan insiden di hutan kala itu. Ia berubah menyerupai Kirani, menolong pemuda bernama Apta dengan tujuan agar pemuda itu semakin terpesona dengan gadis itu. Andai saja rumahnya yang berbentuk batu bulat telur berwarna putih itu tak disandera pria itu, mungkin saat ini ia sudah bebas berkeliaran menikmati hidupnya. Sayang … rumah yang diibaratkan sebagai setengah kehidupannya tertahan di tangan pria yang bernafsu ingin memiliki kekuatan lebih tinggi lagi. 

     

    Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki kecerdasan di atas makhluk lainnya hingga membuat makhluk lainnya merasa takut akan atensi manusia. Dan manusia yang mampu menyembunyikan identitas sebenarnya adalah yang paling menakutkan. Bersikap layaknya manusia bodoh, namun nyatanya manusia itu sebenarnya sangat licik. Dalam diam, Badhil mendengarkan penuturan seorang gadis yang beberapa minggu ini merengek seperti anak kecil menginginkan mainan agar pria hampir setengah abad yang memegang rumahnya menuruti apa yang diinginkan gadis itu.

     

    Pria itu adalah saudara jauh dari tuannya dulu yang sempat dikeroyok warga desa sebelah di mana Wira tinggal. Kejadian lama yang mengusik kenangan pahit untuknya. Setelah tuannya mati mengenaskan, dirinya malah dikejar oleh orang yang memiliki ilmu tinggi dan mengurungnya di pohon tua. Kini setelah bebas, malah dirinya dimanfaatkan oleh saudara jauh tuannya itu. Ia merasa heran mengapa keluarga itu selalu berurusan dengan hal-hal yang merugikan orang lain. Bahkan anak yang ditinggalkan tak jauh berbeda. Berdiri di pojok ruangan, Badhil masih terdiam memperhatikan. 

     

    “Paman, kapan aku bisa membuat Apta jatuh dalam pelukanku?”

     

    Sang pria berambut hitam dengan sedikit warna putih terselip di beberapa sisi itu membuang nafas kasar. Otaknya mencoba berpikir keras menangani masalah yang tak kunjung terselesaikan. “Rasanya sangat sulit. Sepertinya seseorang masih berusaha menarik pemuda itu dari perangkapmu. Konsentrasiku juga terpecah antara tujuanku sendiri dengan tujuanmu, Kirani.”

     

    “Apakah Paman merasa tidak sanggup menghadapi orang yang membantu Wira? Masalahnya sejak pertama kali aku mencoba menggodanya, dia tidak terpengaruh sama sekali.”

     

    Sang pria menggeleng tak mengerti. Sekeras apapun dirinya mencoba menghancurkan dinding yang membatasi penglihatannya, tetap saja dirinya gagal. Padahal ia sudah mendapatkan lima jantung yang menjadi syarat untuk menambah kekuatannya, tetap saja masih kurang cukup untuk menghancurkan dinding itu. Menurut catatan yang ditinggalkan saudara jauhnya, rasanya syarat itu sudah cukup, tapi entah mengapa ia tidak bisa melihat keberadaan pemuda yang disebutkan oleh Kirani. Padahal wajah pemuda itu sudah pernah dilihatnya dari selembar foto yang ditunjukkan Kirani. Baik waktu kelahiran, nama lengkap sudah diketahui, akan tetapi hal itu belumlah cukup. 

     

    Badhil yang baru tahu jika mereka belum mengetahui Wira juga memiliki ilmu kebatinan tak ingin membuka suara. Jika ilmu pria bernama Wijono itu tak sanggup menyaingi ilmu Wira maka ia tidak bisa bergantung pada pria itu untuk kebebasannya. Berarti jika dirinya menentang Wira maka tak ubahnya mencari celaka.

     

    “Bagaimana dengan usaha menakut-nakuti gadis yang baru saja pindah ke tempat Wira?”

     

    Wijono tersenyum bangga. Matanya melirik Kirani yang duduk bersimpuh di seberang meja sesembahan dengan pandangan jahil. “Kali ini hadiahnya harus spesial. Kulihat gadis itu setiap malam terlihat ketakutan setelah kukirim babi peliharaan ayahmu. Selama ini beberapa jin yang kukirim selalu tak kembali, kecuali si babi.”

     

    Sedikit perkembangan yang didengarnya membuat Kirani sedikit lebih merasa puas. Ia merasa kesal akan kegagalannya mendapatkan Wira. Sebagai balasannya ia mengusik keluarga Wira termasuk menyarankan agar korban pamannya selanjutnya adalah kerabat Wira yang ia ketahui sebagai orang terdekat pemuda itu. Meski keberuntungan untuk memiliki Wira terhalang, namun keberuntungan untuk menghancurkan pemuda itu sangat terbuka lebar untuknya.

     

    setelah pembicaraan dalam ruangan usai, baik Kirani maupun Wijono melakukan ritual rutin setiap kali pertemuan diadakan, yaitu saling menghangatkan kekosongan akan kehadiran pasangan. Wijono yang tak ingin identitasnya terbongkar lebih memilih hidup membujang, Kirani dengan alasan balas budi merasa tak keberatan. Setelah kematian kedua orangtuanya, pamannya itulah yang mengurusnya sampai dewasa. Merasa cukup mampu hidup sendiri, Kirani kembali ke desa kelahiran dan mulai melakukan aksi balas dendam pada warga desa dengan cara apa pun. Memanipulasi, mencelakai adalah hal yang lumrah baginya.

     

    Jika keduanya sedang melakukan ritual rutin, maka Badhil otomatis terusir, begitu pula dengan jin yang selama ini menemani Kirani. Jin perempuan berpenampilan layaknya Kirani yang terlihat oleh sebagian besar warga desa itu duduk terdiam memandang bulan dari salah satu batang pohon nangka tak jauh dari rumah Wijono. 

     

    Badhil yang mengikuti pun duduk di cabang lainnya. “Apakah kau tahu jika Wira itu ….” Badhil menoleh memperhatikan penampilan menawan sebangsanya itu.

     

    “Tentu saja aku tahu. Banyak sebangsa kita yang mengetahui siapa Wira dan bagaimana bangsa kami menghormatinya. Dulu saat aku masihlah bebas, aku merasa penasaran pemuda seperti apa Wira itu. Banyak yang menyarankan agar tidak berurusan dengan pemuda itu. Setelah aku mendapat tawaran dari Wijono untuk membantu Kirani, aku merasa senang. Senang karena bisa menyesatkan pikiran manusia, tapi saat Kirani mencoba memaksaku untuk memanipulasi seorang pemuda, rasa takutku begitu terasa hingga ke tulangku. Dan aku baru tahu beberapa saat setelah Kirani menyelipkan nama Wira dalam mantranya.”

     

    Badhil mengangguk mengerti. Mungkin alasan wanita di sampingnya bungkam akan identitas Wira juga sama dengannya. Kesan awal pertemuannya dengan Wira beberapa minggu lalu juga terkesan meremehkan pemuda itu. Nyatanya tampang menawan pemuda itu bukanlah jaminan untuk menggambarkan jika pemuda itu hanyalah pemuda yang suka Menyebarkan pesona di depan gadis-gadis cantik. Pemuda itu hanya menyukai satu orang yang bagi kebanyakan orang gadis itu hanyalah gadis biasa saja. Menurut informasi yang didapatnya dari kedua pengikutnya, Wira sangat tegas dalam menindak makhluk sejenisnya yang berbuat ulah. Pantas saja setiap jin kiriman Wijono tak pernah kembali. “Ngomong-ngomong, siapa namamu?”

     

    Jin perempuan itu menghela nafas panjang. 

     

    Sebuah nama yang meluncur dari wanita itu hampir membuat Badhil terjengkang. 

     

    “Kirani.”

     

    “Eeeh!? Jadi nama kalian sama?”

     

    Kirani berdecak sebal. “Kirani itu namaku. Gadis itu bernama Sri Lestari. Dari informasi yang kudapatkan dari jin lainnya, nama itu akan mudah dikenali oleh penduduk desa. Mereka pasti akan langsung mencurigai gadis itu sebagai putri dari seseorang dari masa lalu yang membuat kekacauan di desa mereka.”

     

    “Aku heran kenapa para jin yang menjadi perantara Wijono tak ada satupun yang memberikan informasi masalah identitas Wira sebenarnya.”

     

    “Mereka hanya ingin membuat Wijono merasa terhina jika suatu saat Wira menemui pria itu. Mungkin hanya itu yang bisa mereka lakukan sebagai balasan akan sikap seenaknya Wijono terhadap mereka. Dan agar Wijono merasa tak dihargai oleh pengikutnya sendiri. Bukankah itu cukup membuat pria itu merasa terinjak harga dirinya di hadapan para pengikutnya yang telah tewas demi ambisi pria itu?”

     

    badhil mengangguk menyetujui perkataan Kirani. Meski sekarang posisinya sangat tidak menguntungkan, namun ia juga enggan berbagi informasi dengan Wijono yang memanfaatkannya. Apakah wira menjadikannya di posisi seperti ini agar dirinya memilih hukumannya sendiri, antara mati di tangan pemuda itu atau dirinya kehilangan banyak kekuatannya hingga membuatnya menjadi jin lemah? 

     

    Badhil membuang nafas kasar. Sepertinya ia harus cepat mengambil keputusan sebelum Wijono kembali mengirimnya ke tempat Wira kembali. 

     

    ***

     

    Pergerakan Ata tak lepas dari sepasang mata tajam kakak sepupunya yang terus memperhatikan dari seberang meja kayu pendek ruang santai. Kedua orangtua pemuda itu sedang menghadiri acara selamatan selapanan di rumah Heru. Tradisi yang biasa diadakan setelah 35 hari kelahiran seorang bayi. Ata tidak ikut akibat rasa takutnya akan kejadian yang menimpa kedua orang tuanya, sedangkan Wira tidak ikut dengan alasan menemani Ata. Meski hanya berdua, tapi kedua orang tua Wira percaya jika Wira akan menjaga keponakan mereka dengan baik.

     

    Ata yang sedari tadi merasa diperhatikan pun mendongak, menatap Wira yang sedang menumpu dagu dengan perasaan kesal. “Mas Wira! Nanti nilai Ata jelek!”

     

    “Kok bisa?” Wira bertanya tanpa mengalihkan pandangan. “Apa atensiku mengalihkan duniamu?”

     

    Tubuh Ata bergidik mendengar gombalan kakaknya. “Atensi Mas Wira itu mengganggu konsentrasi tau! Mas Wira auranya mirip penjahat kalo lagi liatin Ata!”

     

    Wira terkekeh kecil. Satu tangan yang menumpu dagu, jatuh di atas tangan lainnya. Tatapannya kian serius. “Mas emang penjahat. Penjahat cinta lebih tepatnya. Mas gak akan membiarkan orang lain membawamu pergi.”

     

    Ata tersenyum kaku. Pena yang sedari dipergunakan untuk mengerjakan tugas rumah digenggamnya erat. Jantungnya terpacu ingin lari dari tempatnya. Tatapan serius kakak sepupunya membuatnya takut. “Mas Wira bercanda, ‘kan? Lagipula kita masih saudara.”

     

    “Tak ada larangan menikahi sepupu. Mas akan bicarakan masalah ini dengan Ayah dan Ibu.”

     

    “Mas jangan membuat kecewa Pak Dhe dan Bu Dhe.”

     

    Wira bangkit dari duduk bersilanya. “Mas tidak peduli.” Menatap Ata sejenak, pemuda itu pergi meninggalkan adik sepupunya itu. Dalam perjalanan menuju kamarnya, ia memerintahkan Rewanda menemani aktivitas Ata.

     

    Ata sendiri merasa kalut dengan pernyataan Wira yang tiba-tiba. Jadi ungkapan cinta kala itu bukanlah ungkapan cinta untuk keluarga? Jika benar Wira mencintainya, bagaimana ia harus bersikap? Wira adalah sosok kakak yang baik untuknya, tempat berlindung yang nyaman, tapi jika harus sejauh ini ia tak sanggup menghadapinya. Ini terlalu berlebihan untuknya. 

     

    Ata melepas kacamatanya, kemudian meletakkannya di atas meja. Gadis itu menghela nafas panjang, mengusir sesak di dada. Perlahan rasa takut akan kekacauan yang mungkin akan terjadi membuatnya tak sanggup membendung air matanya. Bagaimana jika hubungan mereka semua menjadi runyam akibat ulah sang kakak?

     

    Rewanda yang menemani Ata menggaruk kepalanya. Ia tak tahu harus berbuat apa saat melihat Ata menangis. Ingin menghibur, nanti yang ada malah menjadi kekacauan. Hanya menonton pun rasanya ia tak tega. Tuannya sungguh sangat kejam. Tak hanya makhluk dunia lain yang dibuat menangis, manusia lemah saja masih ditindas seperti ini. Sungguh menakjubkan. Dan mau tak mau dirinya harus menahan diri untuk tidak ikut campur dalam urusan percintaan tuannya jika masih ingin selamat.

    TBC.

     

     

    Kreator : Lastri

    Bagikan ke

    Comment Closed: BAB 10 jinjang

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021