KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Bab 11 – Mendaki Gunung

    Bab 11 – Mendaki Gunung

    BY 05 Agu 2024 Dilihat: 35 kali
    Bab 11 - Mendaki Gunung_alineaku

    Arc 2 – Ujian Kehidupan

    Abad Úsvit Síly, Tahun ke-1 Jeden, Bulan ke-1 Leden, Hari ke-12~Pátek.

     

    Ilta terbangun dari pingsan dengan kebingungan mendalam. Perlahan-lahan dia membuka matanya, merasakan kehangatan lembut yang menyelimuti tubuhnya. Sesuatu yang lembut dan berbulu berada di bawahnya, dan saat kesadarannya pulih, dia menyadari bahwa dia sedang dipeluk erat oleh sepasang sayap perak—Svetlana. Angin pagi yang lembut menyapu wajahnya, sementara langit tenang dihiasi awan yang bergerak perlahan, menerangi suasana dengan cahaya matahari pagi yang lembut.

     

    Ilta berusaha bangkit, namun terasa berat. Ketika dia bergerak, sebuah suara megah dan lembut menyentuh pikirannya. Suara itu jelas bukan dari Svetlana, melainkan dari makhluk legendaris yang terakhir dilihatnya sebelum dia kehilangan kesadaran—Sova.

     

    “Anak muda,” suara itu bergema lembut dalam pikirannya, “kamu telah menunjukkan keberanian yang luar biasa, meski dalam situasi yang jauh melampaui kemampuanmu. Aku sangat kagum dengan tekad dan keberanianmu. Wahai kandidat utusan, Ilta Stříbrný.”

     

    Ilta mengangkat kepalanya sedikit, berusaha memperjelas pendengarannya. “Sova? Apakah itu benar-benar kau? Apa yang terjadi?”

     

    “Benar,” jawab Sova dengan nada penuh kekaguman. “Aku telah menyaksikan segala sesuatunya. Kau berjuang tanpa pamrih, melindungi mereka dengan kekuatanmu. Tindakanmu benar-benar mengesankan.”

     

    Ilta merasakan campuran antara kebingungan dan kekaguman. “Aku hanya melakukan apa yang dirasa benar. Tidak ada yang lebih penting bagiku daripada memastikan bahwa mereka selamat. Aku tidak mengharapkan imbalan.”

     

    Sova melanjutkan dengan suara yang dipenuhi rasa hormat, “Sikapmu yang tulus dan pengorbananmu telah membuatmu dikenang oleh banyak orang. Di kantongmu terdapat surat terima kasih dan medali perak yang menandakan kenaikan peringkat petualangmu menjadi Dělník Začátek, dititipkan oleh Vítěz untukmu.”

     

    Ilta merogoh kantongnya dan menemukan medali perak tersebut. Perasaan bangga dan haru membuncah dalam hatinya. “Terima kasih, Sova. Terima kasih, Komandan Vítěz.”

     

    Ilta mengingat kembali kejadian saat pertempuran melawan kawanan Šedývlk. Dia tahu orang-orang akan melupakannya tapi dia merasa lega dan puas setelah mendengarkan bahwa tidak ada korban jiwa yang jatuh.

     

    Sova kemudian mengarahkan perhatiannya ke langit. “Kita akan melanjutkan perjalanan, Ilta. Dengan penuh kehormatan, Aku ingin kau tahu namaku, Ninguit. Dan pasanganku yang akan segera tiba, Lucerna.”

     

    Ilta memberikan hormat kembali padanya sambil berkata, “Salam kenal Ninguit, mohon bantuannya untuk kedepannya.”

     

    Sova mengeluarkan suara lembut, tanda setuju. “Tentunya, aku akan ikut serta dalam perjalananmu di ujian kehidupan ini. Mohon bantuannya juga, Ilta.”

     

    Tak lama kemudian, pasangannya datang. Lucerna muncul dengan kilauan yang lebih cerah dari Ninguit, menyapa mereka dengan suara anggun melalui telepati, “Selamat pagi semuanya, apa yang sedang terjadi di sini?”

     

    Ninguit menjelaskan, “Ini Ilta Stříbrný, kandidat utusan pada abad baru ini. Bersama sosok Anđeo didekatnya adalah Svetlana, pembimbing dan pendampingnya dalam melaksanakan ujian kehidupan.”

     

    “Dalam kenal Ilta Stříbrný. Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Lucerna.

     

    “Ilta, syukur kamu sudah bangun,” Svetlana akhirnya bangun, melepaskan pelukannya dari Ilta dan terbang beriringan disampingnya Ninguit. “Baiklah untuk tugas selanjutnya, kita harus mengatasi kekuatan yang tidak bisa kamu kendalikan saat ini. Kemampuan Indigo, kekuatan yang masih tertidur dalam dirimu.”

     

    Ilta menggaguk, “Ayah juga mengatakan bahwa aku perlu artefak yang dapat membantuku, terlebih lagi kondisiku yang sekarang…” terdiam sejenak, dia mengingat kenangan bersama ayahnya, Vladyka Alexei semasa pelatihan teknik elemental.

     

    Ninguit ikut kedalam pembicaraan mereka. “Artefak yang dapat membantu saat ini adalah ‘Serce Světla’, atau Hati Cahaya. Artefak ini memiliki kekuatan untuk menenangkan jiwa dan mengarahkan energi Indigo dengan cara yang benar. Tanpa artefak ini, kekuatanmu bisa menjadi liar dan sulit dikendalikan.”

     

    Ilta mendengarkan dengan seksama, merasakan pentingnya tugas ini. “Di mana aku bisa menemukan Serce Světla itu?” tanyanya, penuh rasa ingin tahu dan tekad.

     

    “Artefak itu tersembunyi di dalam kuil kuno yang terletak di puncak Gunung Hvězdný, sebuah tempat yang penuh dengan tantangan dan bahaya. Perjalanan menuju kuil tersebut tidak akan mudah, tetapi aku yakin kau memiliki kekuatan dan keberanian untuk menghadapinya,” jawab Lucerna.

     

    Ilta walaupun masih dibayangi oleh pertempuran sebelumnya, merasakan adrenalin mengalir dalam tubuhnya. “Aku siap menghadapi tantangan apa pun demi menguasai kemampuan Indigo-ku. Apa yang harus aku persiapkan untuk perjalanan ini?”

     

    Svetlana mengeluarkan cahaya lembut. “Kau perlu mempersiapkan dirimu baik secara fisik maupun mental. Bawa peralatan yang cukup, seperti makanan, minuman, dan senjata untuk melindungi dirimu. Namun yang terpenting, kau harus mempersiapkan hatimu. Kekuatan Indigo-mu terhubung erat dengan emosimu, dan perjalanan ini akan mengujimu dalam berbagai cara.”

     

    Ninguit menambahkan, “Selain itu, kami akan menemanimu dalam perjalanan ini. Aku dan Lucerna akan berada di sisimu, memberikan bimbingan dan perlindungan saat kau membutuhkannya.”

     

    Ilta merasa lebih percaya diri dengan dukungan dari Svetlana, Ninguit, dan Lucerna. “Terima kasih, Svetlana, Ninguit, Lucerna. Aku akan melakukan yang terbaik untuk menemukan Serce Světla dan mengendalikan kekuatanku.”

     

    Dengan persiapan yang matang dan tekad yang kuat, Ilta yang masih diatas pundak Ninguit akhirnya memulai perjalanannya menuju Gunung Hvězdný. Svetlana dan Lucerna terbang di sisi mereka, memberikan panduan dan perlindungan sepanjang perjalanan. Mereka melewati hutan lebat, sungai deras, dan lembah yang dalam, menghadapi berbagai rintangan dan tantangan di sepanjang jalan.

     

    # Sub Bab: Perjalanan Menuju Puncak

     

    Abad Úsvit Síly, Tahun ke-1 Jeden, Bulan ke-1 Leden, Hari ke-19~Pátek.

     

    Setelah berhari-hari melakukan perjalanan yang melelahkan, mereka akhirnya tiba di kaki Gunung Hvězdný. Gunung yang menjulang tinggi itu tampak menakutkan, dengan puncaknya yang tertutup salju dan awan gelap yang berputar-putar di sekitarnya.

     

    “Ini dia, Ilta,” kata Lucerna dengan nada serius. “Puncak Gunung Hvězdný adalah tempat di mana Serce Světla tersembunyi. Perjalanan ini akan menjadi ujian terbesar bagimu, tetapi aku yakin kau bisa melakukannya.”

     

    Ninguit menambahkan, “Ingatlah bahwa kau tidak sendirian. Kami akan selalu berada di sisimu, memberikan dukungan dan bimbingan yang kau butuhkan.”

     

    Ilta menatap puncak gunung dengan tekad yang membara di matanya. “Aku akan menemukan Serce Světla dan menguasai kekuatan Indigo-ku. Bersama kalian, aku tahu kita bisa melakukannya.”

     

    Svetlana yang berada disampingnya mulai berdoa untuk mereka, “Semoga berkah dan berkat menyertai perjalanan kita. Sang Božský memberikan petunjuk dan kemudahan atas kita.”

     

    Dengan semangat yang diperbarui dan tekad yang kuat, Ilta memulai pendakian menuju puncak Gunung Hvězdný. Perjalanan ini akan menguji batas kemampuannya, tetapi dia tahu bahwa dengan dukungan Svetlana, Ninguit, dan Lucerna, dia bisa menghadapi segala tantangan yang datang.

     

    Perjalanan menuju puncak Gunung Hvězdný merupakan ujian fisik dan mental yang ekstrem. Salju menutupi jalur yang mereka lalui, dan angin dingin yang membekukan meniup dengan kekuatan yang menderu. Tiap langkah terasa seperti perjuangan melawan kekuatan alam yang keras, namun Ilta, ditemani Svetlana, Ninguit, dan Lucerna, melangkah dengan tekad yang tidak tergoyahkan.

     

    Ilta mengencangkan tali ikat di sekeliling tubuhnya untuk melindungi dari suhu dingin. “Kita harus bergerak cepat sebelum malam tiba,” katanya, suara tertutup oleh suara angin yang menderu. “Apa yang akan kita hadapi di sini?”

     

    Svetlana, yang melayang di udara dengan anggun, menjawab melalui telepati, “Gunung ini penuh dengan bahaya. Ada makhluk yang bersembunyi di balik salju dan es, dan medan yang berbahaya. Tapi, kamu harus tetap fokus pada tujuan—puncak gunung di mana Serce Světla berada.”

     

    Ninguit, dengan bulu putihnya yang bersinar lembut di tengah kegelapan, mengingatkan, “Kamu mungkin akan menghadapi badai salju yang tiba-tiba. Itu adalah tantangan besar yang harus dihadapi sebelum sampai di kuil.”

     

    Lucerna, yang berkilauan dengan cahaya lembut, menambahkan, “Kami akan melindungimu. Jika kamu melihat sesuatu yang mencurigakan atau merasakan bahaya, beri tahu kami secepatnya.”

     

    Saat mereka melangkah lebih jauh, mendaki lereng yang curam, langit mulai gelap, dan badai salju yang ganas tiba-tiba menerpa mereka. Salju turun dengan deras, membentuk dinding putih yang hampir tidak dapat ditembus. Angin berhembus dengan kekuatan yang menghantam tubuh mereka, hampir menyapu mereka dari permukaan tanah yang tertutup salju.

     

    Ilta memejamkan mata untuk melindungi wajahnya dari angin kencang dan mengandalkan instingnya untuk melangkah maju. Dia bisa merasakan dingin yang menyengat, meresap hingga ke tulang. “Kita harus bertahan! Jangan biarkan badai ini menghentikan kita!” teriaknya dengan suara yang tertutup oleh deru angin.

     

    Svetlana menggunakan sayapnya untuk melindungi Ilta dari angin, sementara Ninguit dan Lucerna terbang rendah di sekitar mereka, menciptakan perisai pelindung dari salju yang mengganggu. Dalam kondisi seperti ini, telepati menjadi alat komunikasi utama mereka, menyampaikan instruksi dan dorongan untuk terus maju.

     

    Setelah melewati badai yang sangat menguji ketahanan fisik dan mental mereka, mereka tiba di sebuah celah di lereng gunung. Di tempat ini, cuaca sedikit lebih tenang, dan angin mulai mereda. Ilta, yang lelah namun tetap bersemangat, duduk sejenak untuk beristirahat.

     

    Svetlana melayang di dekatnya, menenangkan pikirannya. “Kamu telah melakukan pekerjaan yang sangat baik, Ilta. Tapi perjalanan belum selesai. Puncak gunung masih jauh, dan kita harus melanjutkan.”

     

    Ninguit mengeluarkan cahaya lembut untuk menerangi jalur di depan mereka. “Sekarang kita akan menghadapi tebing es. Itu adalah tantangan terakhir sebelum kita sampai di kuil. Gunakan kekuatanmu dengan bijaksana dan hati-hati.”

     

    Ilta mengangguk dan berdiri kembali, merasakan tekadnya kembali mengalir. Mereka melanjutkan pendakian mereka, kali ini menghadapi tebing es yang menanjak dengan curam. Medan ini sangat licin dan berbahaya, membuat setiap langkah menjadi risiko besar.

     

    Dengan hati-hati, Ilta menggunakan tali pengaman yang dipasang di punggungnya untuk memastikan keamanan. Dia mulai memanjat tebing dengan bantuan Svetlana yang memberikan dukungan, sementara Ninguit dan Lucerna berterbangan di sekeliling, memberikan pemanduan dan perlindungan.

     

    Saat mereka semakin dekat dengan puncak, Ilta bisa merasakan tekanan emosional dan fisik yang semakin kuat. Setiap gerakan terasa lebih berat, setiap tarikan nafas semakin sulit. Namun, dia terus maju, mengandalkan dorongan dari rekan-rekannya dan tekad yang kuat.

     

    Akhirnya, setelah berjam-jam memanjat, mereka tiba di puncak gunung yang dingin dan terjal. Di hadapan mereka, sebuah kuil kuno berdiri megah di bawah cahaya bulan yang dingin. Struktur kuil itu terlihat megah dan kuno, dikelilingi oleh salju yang bersinar lembut di bawah sinar bulan.

     

    “Ini dia,” kata Svetlana dengan telepati penuh kegembiraan. “Kuil di puncak Gunung Hvězdný. Serce Světla berada di dalam sana. Masuki kuil dengan hati yang bersih dan tekad yang kuat.”

     

    Ilta, meskipun kelelahan, merasa dorongan baru melihat tujuan akhirnya di depan mata. “Mari kita masuk. Aku siap untuk menghadapi apa pun yang ada di dalam sana.”

     

    # Sub Bab: Penjaga Kuil

     

    Saat mereka memasuki kuil kuno, suasana sangat berbeda dari luar—hangat dan tenang, dengan cahaya lembut yang bersinar dari dinding batu yang berkilauan. Namun, sebelum mereka dapat mencapai altar di tengah ruangan, mereka dihadapkan pada penjaga kuil yang menakutkan: Studený had.

     

    Makhluk itu muncul dari bayangan, tubuhnya terbungkus es dan salju, dengan mata yang bersinar biru menakutkan. Ular raksasa ini bergerak perlahan, menciptakan suara mendesis yang meresahkan. Tubuhnya yang besar dan bersisik menghantam tanah dengan kekuatan, dan mulutnya yang besar siap untuk menyerang.

     

    Svetlana melayang di atas, memberitahu Ilta melalui telepati, “Ini adalah penjaga kuil, Studený had. Hanya dengan kekuatan dan strategi yang tepat kamu bisa mengalahkannya. Dia memiliki kemampuan untuk menciptakan sebuah ilusi melalui matanya dan semburan salju, kamu harus menghindarinya karena itu beracun sama seperti taringnya.”

     

    Ninguit dan Lucerna segera bersiap, Ninguit melayang rendah dan mempersiapkan serangan es, sedangkan Lucerna memancarkan cahaya yang terang untuk menghalau kegelapan. “Kelemahannya ada pada batu yang terletak diujung ekornya. Dengan menghancurkan batu itu, maka semuanya akan berakhir.”

     

    Ilta menarik nafas dalam-dalam dan memusatkan energinya, otot-ototnya mulai memanas dan tubuhnya terasa lebih ringan. Dengan sigap, Ilta menciptakan senjata cakram dari elemental kristal es dan berlari ke arah Studený had. Menggunakan Teknik khusus yang telah dilatihnya, dia melontarkan serangan kristal es yang kuat ke arah makhluk itu. Studený had membalas dengan menyemburkan salju beracun dan melontarkan serpihan es tajam dari mulutnya, menciptakan pertempuran yang sengit di dalam kuil.

     

    Ilta terus menghindar dari serangan-serangan dan berusaha menembus pertahanan Studený had dengan teknik-teknik terampilnya. Svetlana memberikan arahan melalui telepati untuk menghindari serangan-serangan mematikan, sementara Ninguit menambah kekuatan serangan esnya untuk melemahkan makhluk itu.

     

    Sejenak dalam pertempuran tersebut, pikiran Ilta tiba-tiba terbawa kembali pada pertempurannya melawan Poručnik Šedývlk. Mentalnya mulai berubah secara cepat, keringat dingin mulai bercucuran di wajahnya. Tidak disangka, saat dia menyerang maju sebelumnya dia tidak sengaja menatap mata Studený had.

     

    “Tidak! Chytak, Ranni, Komandan Vítěz!” Ilta berteriak ditengah pertempuran, melihat ilusi dimana seluruh kelompok Vlčí Zvěd dan tim penyelamat gugur di pertempuran tersebut dengan tragis. Sementara itu, Ninguit dan Lucerna mengalihkan perhatian Studený had agar tidak menyerangnya.

     

    Svetlana bergegas mendekati Ilta, di menggunakan cahaya bulan untuk memberikan ketenangan pada Ilta yang terpengaruh oleh Studený had. “Sadarlah, Ilta! Mereka semua masih hidup, dan tidak ada yang gugur. Ilta Bangunlah!” serunya, mencoba menyadarkan Ilta dari halusinasi yang dialaminya.

     

    Ninguit terus menerus menggunakan badai salju untuk mengalihkan Studený had, dia juga menyempatkan diri untuk menyadarkan Ilta. “Ilta! Kami tidak bisa melakukan serangan terakhir pada kelemahannya. Kami membutuh dirimu untuk mengakhirinya.”

     

    Studený had tidak tinggal diam, dia bergegas menuju Ilta yang masih terpengaruhi oleh ilusinya. Ular itu membuka mulutnya lebar-lebar, taringnya akan mencapai Ilta. Namun, Ninguit menahan serangan tersebut yang melukai salah satu kakinya, dengan cepat racun mulai menyebar ke tubuhnya. “Aku… tidak bisa, menahannya lebih lama…”

     

    “Beraninya kau melakukan hal itu!” Lucerna marah atas apa yang dialami oleh Ninguit, dia segera menciptakan es yang menjebak Studený had. Membekukannya menjadi kristal es yang kokoh.

     

    Ilta akhirnya kembali sadar setelah teriakan Svetlana kembali menggenggam di pikirannya, “Ninguit? Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu merebut rekanku!” 

     

    Lucerna mengarahkan sinar cahayanya ke arah titik-titik lemah di tubuh Studený had yang masih membeku, memberikan Ilta kesempatan untuk melancarkan serangan terakhir. Dengan energi yang terpusatkan, Ilta mengumpulkan semua kekuatannya dan meluncurkan serangan kristal es yang paling kuat. Serangan itu mengenai batu di ekor Studený had dengan akurat, menghancurkan kristal es yang mengurungnya dan mendesis kesakitan. Akhirnya, ular itu jatuh ke tanah dan hancur berkeping-keping menjadi serpihan es.

     

    Setelah pertarungan berakhir, Ilta berdiri dengan nafas yang tersengal-sengal, tubuhnya penuh dengan rasa lelah namun penuh kepuasan. Dia mendekati Ninguit yang perlahan pulih dari racun yang dia terima, “Maafkan aku, Ninguit… maaf…” suara bersalah dan meminta maaf terus terdengar dari mulut Ilta yang bergetar.

     

    Sayap putih Ninguit menyentuh kepala Ilta, “Tidak perlu meminta maaf, sudah seharusnya aku melindungimu. Dan ini akan sembuh sebentar lagi, kami para Sova adalah makhluk legendaris yang tidak perlu kamu khawatirkan.”

     

    “Kau selalu begitu, Ninguit!” nada marah dari Lucerna terdengar oleh semua orang melalui telepati, “Ilta, ini akan menjadi kebiasaan yang akan kamu lihat nanti. Semoga saja dia bisa berhenti melakukannya. Itu terus menerus membuatku cemas.”

     

    Ilta menatap Ninguit dengan rasa tidak percaya, kesedihannya seolah terangkat seketika. “Jadi, Lucerna marah karena Ninguit. Bukan karena Studený had menyerang Ninguit?” tanyanya keheranan.

     

    “Ya, bisa dibilang begitu, karena itu, kamu tidak perlu merasa bersalah.” jawab Ninguit dengan nada sedikit bercanda dan kesakitan.

     

    Svetlana terbang ke arah Ilta dengan pelan, kepakan sayap perak itu tampak lemah. “Kau telah mengatasi tantangan besar ini dengan keberanian dan keterampilan,” kata Svetlana. “Sekarang, kamu bisa melanjutkan menuju altar.”

     

    Dengan hati-hati, Ilta melangkah menuju altar, dimana Serce Světla bersinar dengan kekuatan yang menyegarkan. Artefak tersebut bersinar dengan cahaya biru muda yang memancarkan kehangatan dan kedamaian. Bentuknya sangat unik dan mencolok: terdiri dari dua garis tebal yang menyatu membentuk huruf “V” di bagian bawah. Di sekitar garis utama ini, terdapat tiga garis lain yang lebih pendek dan tegak lurus: satu berada di bagian atas “V”, sedangkan dua lainnya terletak di kiri dan kanan, seolah mengelilingi inti artefak tersebut. 

     

    Saat menyentuh artefak kuno itu, Ilta merasakan aliran energi yang kuat melalui tubuhnya. Kekuatan Indigo-nya menjadi lebih terfokus dan terkendali, dan dia tahu bahwa dia telah mencapai pencapaian besar. Serce Světla bukan hanya simbol kekuatan, tetapi juga peninggalan kuno yang mampu memperkuat kemampuan magis pemiliknya.

     

    “Terima kasih, semuanya. Aku tidak bisa melakukannya tanpa bantuan kalian,” kata Ilta, penuh rasa syukur.

     

    Svetlana, Ninguit, dan Lucerna membalas dengan rasa bangga dan bahagia. “Kami bangga padamu, Ilta. Perjalananmu tidak hanya menguji kekuatan fisik dan mentalmu, tetapi juga karakter dan tekadmu.

     

    Ninguit secara khusus memberikan ucapan pada Ilta melalui telepati, “Kamu memang layak menjadi kandidat utusan, hatimu memang baik dan lemah lembut. Tidak apa-apa jika kamu bersedih atas rekanmu atau marah untuk mereka. Terus seperti itu Ilta, kamu tidak akan dipanggil lemah hanya karena itu.”

     

    Dengan Serce Světla yang melayang di tangannya dan tekad yang baru ditemukan, Ilta siap untuk melanjutkan perjalanannya. Dia tahu bahwa banyak tantangan masih menunggu di masa depan, tetapi dia juga yakin bahwa dengan dukungan dan bimbingan dari rekan-rekannya, dia akan dapat menghadapinya dengan keberanian dan kekuatan yang telah dia temukan dalam perjalanan ini.

     

     

    Kreator : Ry Intco

    Bagikan ke

    Comment Closed: Bab 11 – Mendaki Gunung

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021