KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Bab 12 – Akhir dari Awal

    Bab 12 – Akhir dari Awal

    BY 05 Agu 2024 Dilihat: 32 kali
    Bab 12 - Akhir dari Awal_alineaku

    Arc 2 – Ujian Kehidupan

    Abad Úsvit Síly, Tahun ke-1 Jeden, Bulan ke-1 Leden, Hari ke-20~Sobota.

     

    Ilta tahu bahwa perjalanan ini hanya awal dari petualangan besar yang menantinya. Dengan dukungan Svetlana, Ninguit, dan Lucera, dia siap menghadapi segala tantangan yang datang, dan menguasai kemampuan Indigo-nya untuk melindungi mereka yang membutuhkan.

     

    Mereka meninggalkan kuil kuno dengan hati yang penuh harapan dan semangat yang berkobar. Perjalanan menuju puncak Gunung Hvězdný telah mengajarkan Ilta banyak hal tentang keberanian, tekad, dan pentingnya persahabatan. Dengan Serce Světla, dia siap menghadapi dunia dan menaklukkan tantangan apapun yang ada di ujian kehidupan.

     

    Saat Ilta menyerap kekuatan artefak tersebut, dia merasakan getaran hebat di sekujur tubuhnya. Sinar biru dari artefak mulai menyelimuti tubuh dan hatinya, perlahan menyatu dengan dirinya. Sebuah suara bergema di dalam pikirannya, suara yang terdengar seperti ribuan bisikan sekaligus, menariknya ke dalam pusaran kenangan masa lalu.

     

    Ilta terjatuh ke alam bawah sadar, tubuhnya terhempas ke tanah dengan keras. Svetlana, Ninguit, dan Lucerna langsung mendekatinya, wajah mereka dipenuhi kecemasan.

     

    “Ilta! Kau baik-baik saja?” Svetlana memanggil melalui telepati, suaranya penuh dengan kekhawatiran.

     

    “Dia tidak merespons,” Ninguit berkata dengan cemas. “Apa yang terjadi padanya?”

     

    Lucerna menatap artefak yang masih bersinar di tangan Ilta. “Mungkin kekuatan dari artefak ini terlalu kuat untuknya.”

     

    Di dalam alam bawah sadarnya, Ilta menemukan dirinya berada di tengah kenangan masa lalu yang menyakitkan. Dia melihat bayangan orangtuanya, Vladyka Alexei dan Permaisuri Aria, tersenyum penuh kasih. Senyum yang begitu hangat, begitu familiar.

     

    “Ilta, jangan biarkan dirimu terperangkap oleh kenangan ini,” suara Svetlana terdengar samar di antara bisikan-bisikan. “Kau harus melawannya.”

     

    Ilta berusaha meraih bayangan orang tuanya, tetapi mereka menghilang seperti kabut yang tersapu angin. “Ibunda, Ayahanda, jangan tinggalkan aku!” serunya dengan putus asa.

     

    “Ilta, kau harus kuat,” suara Alexei bergema. “Kami selalu di sampingmu.”

     

    “Jangan tinggalkan Ilta!” Ilta berteriak, mencoba meraih bayangan orang tuanya yang menghilang seperti kabut. “Ilta butuh kalian!”

     

    Namun, kenangan lain menyerbu, lebih menyakitkan dari sebelumnya. Dia melihat rekan-rekannya dari kelompok Vlčí Zvěd di pertempuran terakhir, berkorban demi kemenangan melawan Šedývlk. Wajah mereka yang penuh harapan berubah menjadi kengerian saat mereka jatuh satu per satu. Ilta merasakan rasa bersalah yang tak tertahankan, seolah semua itu adalah kesalahannya.

     

    “Kami percaya padamu, Ilta,” suara Chytak terdengar di kepalanya. “Jangan biarkan pengorbanan kami sia-sia.”

     

    “Aku minta maaf… aku minta maaf…” Ilta menangis, merasakan beban bersalah yang tak tertahankan. “Aku tidak bisa menyelamatkan kalian.”

     

    Bayangan rekan-rekannya semakin mendekat, menatapnya dengan pandangan penuh harapan yang berubah menjadi kekecewaan.

     

    “Ilta, kenapa kau gagal? Kami bergantung padamu,” suara dari tim penyelamat penuh dengan kekecewaan dan rasa sakit, Komandan Vítěz hanya memalingkan wajahnya dari Ilta.

     

    “Maafkan aku… aku tidak bisa… aku tidak tahu bagaimana caranya,” Ilta berbisik di antara isak tangisnya.

     

    Pengalaman sebagai petualang? Ilta hanya memiliki kemampuan dan pengalaman semasa pelatihan, tidak ada praktek nyata yang pernah dialami. Selama menyamar, dia hanya berpura-pura kuat dan menyembunyikan rasa sedihnya jauh di dalam hatinya.

     

    “Kenapa kau tidak menyelamatkan kami?” suara salah satu dari anggota Vlčí Zvěd terdengar penuh tuntutan.

     

    “Semua ini salahmu, Ilta,” suara Ranni menambahkan, membuat rasa bersalah semakin menekan.

     

    “Ilta, kau tidak cukup kuat,” suara bayangan yang lain menyindir, mencerminkan keraguan dan ketidakpercayaan dirinya sendiri. “Semua yang kau lakukan sia-sia.”

     

    Pada akhirnya. Ilta hanyalah seorang anak kecil. Selalu begitu sejak awal perjalanannya.

     

    Di luar kesadaran Ilta, Svetlana menatap tubuh kecil Ilta yang terguncang hebat. “Ilta, kau harus melawan ini! Kau lebih kuat dari yang kau kira!” Svetlana suara telepatinya terdengar putus asa.

     

    Ninguit berusaha menenangkan Svetlana. “Tenanglah Svetlana, kita semua kecemasannya. Kita harus mencari cara untuk membantunya. Dia tidak bisa melawan ini sendirian.”

     

    Lucerna berusaha tetap tenang meskipun hatinya juga dipenuhi kecemasan. “Kita harus menjaga tubuhnya tetap hangat dan pastikan dia tetap aman. Svetlana, kau harus mencoba menenangkan pikirannya.”

     

    Svetlana mengangguk, bulu-bulunya mulai berguguran yang menandakan kesedihannya. “Ilta, kau tidak sendirian. Kami disini untukmu. Tolong bangun.”

     

    Namun, Ilta tetap tidak merespons, tenggelam dalam kenangan masa lalu yang menyakitkan di dalam alam bawah sadarnya. Svetlana, Ninguit, dan Lucerna hanya bisa saling berpandangan dengan kecemasan yang mendalam, menyadari bahwa pertempuran terbesar sedang terjadi di dalam jiwa Ilta.

     

    Ilta, dalam keputusasaan akhirnya jatuh berlutut dibawah alam sadarnya, merasakan beban kenangan dan rasa bersalah yang semakin menyesakkan. Di tengah kenangan yang menghantui, Ilta mendengar suara lain yang lebih menenangkan.

     

    “Ilta, bangkitlah,” suara lembut Permaisuri Aria mengalun, meski samar. “Kau lebih kuat dari yang kau kira.”

     

    “Aku tidak bisa, Ibunda. Semua ini terlalu berat,” Ilta merintih, menutupi wajahnya dengan kedua tangan. “Aku merasa gagal.”

     

    “Ilta, bangkitlah!” suara Alexei terdengar tegas namun penuh kasih, mencoba memberinya kekuatan. “Jangan biarkan rasa bersalah ini menghancurkanmu.”

     

    Bayangan orang-orang yang dicintainya terus muncul, mengingatkan dirinya akan cinta dan dukungan yang pernah dia miliki. Tapi bayangan itu juga membawa rasa bersalah yang menghantui, menyesakkan dadanya. Dia tidak bisa melawan kenangan buruk itu. Dia merasa semakin terperangkap, semakin terseret ke dalam lautan keputusasaan.

     

    Seiring waktu, ujian tersebut semakin berat. Kenangan akan ditinggalkan dan dilupakan oleh semua orang di kerajaan menjadi beban yang tak tertahankan. Ilta merasakan hatinya hancur berkeping-keping, dan perlahan-lahan, tekadnya mulai runtuh. Dia merasa dirinya hanyut dalam lautan keputusasaan, tidak mampu menemukan jalan keluar. Matanya terpejam erat, menahan sakit yang tak tertahankan di dalam dadanya.

     

    “Pengkhianat kerajaan!” suara yang tidak asing terdengar jelas dalam pikirannya. Kata-kata itu seperti belati yang menusuk hatinya, membuat luka yang tak terlihat semakin dalam. Ilta merasa seolah-olah semua yang dia perjuangkan selama ini tidak berarti apa-apa. Rasa sakit dan kehilangan menguasai dirinya, menenggelamkan harapan terakhir yang dia miliki.

     

    “Tidak! Aku bukan pengkhianat! Aku tidak mau dilupakan! Aku tidak mau menjadi pengkhianat!” Ilta berteriak dalam pikirannya, namun suaranya tenggelam dalam kesunyian.

     

    Tekad dan kekuatannya akhirnya runtuh sepenuhnya. Mentalnya hancur berkeping-keping, dan dengan itu, kekuatan Indigo dalam dirinya meledak tak terkendali. Gelombang energi yang begitu kuat meledak dari tubuhnya, menyebabkan es, kristal, dan salju menyelimuti dirinya.

     

    “Maafkan aku… Aku tidak bisa…” bisik Ilta, sebelum akhirnya tenggelam dalam lautan keputusasaan dan rasa bersalah yang tak tertahankan.

     

    Mendengarkan kesedihan yang mendalam dari Ila, Svetlana menyadari bahwa Ilta telah terperangkap dalam kekuatan yang tidak bisa dia kendalikan. Rasa bersalah muncul dari dirinya, dia selama ini terlalu memandang Ilta begitu tinggi karena kekuatan dan tekadnya yang selalu dia perlihatkan setelah pergi dari kerajaan Nesmrtelný Mraz.

     

    “Ilta… kau tidak sendiri. Kami di sini untukmu,” suara Svetlana perlahan-lahan menghilang dalam kesedihannya sendiri.

     

    Ninguit dan Lucerna mendekati Svetlana, berbicara melalui telepati. “Kita harus membantunya, apapun yang terjadi. Dia membutuhkan kita sekarang lebih dari sebelumnya.”

     

    “Ilta!” suara Svetlana kembali memanggil Ilta untuk yang kesekian kalinya, bulu putihnya masih berjatuhan tanpa henti.

     

    Namun, suara itu tenggelam dalam badai energi yang mengamuk. Mata Ilta yang sebelumnya penuh ketakutan kini kosong, menandakan bahwa dia telah kehilangan kendali sepenuhnya.

     

    “Maafkan aku, Ilta. Aku seharusnya lebih memahami beban yang kau pikul,” kata Svetlana melalui telepatinya, dirinya kini turut serta dalam keputusasaan melihat kondisi Ilta.

     

    “Ninguit, ini diluar kendali kita. Bawa Svetlana menjauh terlebih dahulu. Aku akan menciptakan pelindung di sekitaran Ilta.” instruksi Lucerna pada Ninguit yang bergegas membawa Svetlana menjauh.

     

    ### Sub Bab: Transformasi

     

    Tubuh Ilta bergetar hebat seolah-olah akan bertransformasi, sementara di alam bawah sadarnya, kepribadiannya hancur dan digantikan oleh kekuatan artefak. Svetlana, Ninguit, dan Lucere menyaksikan dengan cemas perubahan yang terjadi pada Ilta. Tubuhnya memancarkan cahaya aneh yang menggabungkan es, kristal dan salju. Rambut hitam Ilta dengan corak putihnya mulai berubah. Rambutnya menjadi putih, sementara corak putihnya berubah menjadi hitam pekat. Setiap aksesoris di kepalanya yang berbentuk mahkota terlepas satu per satu, jatuh ke tanah bersalju. Es, kristal, dan salju yang mengelilingi tubuhnya mulai berputar dengan kecepatan luar biasa, membentuk pusaran badai yang mencekam. Suara gemuruh angin bercampur dengan desisan es yang pecah, menciptakan simfoni alam yang menggema di seluruh penjuru gunung.

     

    Ninguit dan Lucere saling bertukar pandang, kebingungan dan khawatir. “Apa yang terjadi padanya?” tanya Ninguit dengan nada tegang.

     

    Lucere menggeleng. “Detail tentang artefak tidak lengkap karena itu artefak kuno. Kita tidak tahu sepenuhnya apa yang bisa terjadi, kita hanya bisa berharap Ilta dapat melaluinya dengan kekuatannya sendiri sekarang.”

     

    Di saat kekhawatiran memuncak, Ilta akhirnya terbangun. Namun, bukannya sadar, tubuhnya tiba-tiba terangkat ke udara, melayang di atas puncak Gunung Hvězdný. Penutup matanya terlepas dengan kilatan cahaya yang menyilaukan, memperlihatkan iris hitam yang kini berubah menjadi putih menyilaukan. Di dalam cahaya itu, sebuah simbol kerajaan mulai terbentuk, bersinar dengan intensitas yang menggetarkan jiwa.

     

    Simbol tersebut terdiri dari beberapa garis biru yang menyatu dalam harmoni sempurna. Di bagian inti, terdapat satu garis vertikal yang kokoh, berdiri tegak sebagai tulang punggung lambang ini. Di bagian atas garis vertikal ini, ada garis horizontal yang lebih pendek, membentuk salib sederhana namun penuh arti. Dua garis melengkung keluar dari kedua sisi bagian bawah garis vertikal, menciptakan efek seolah-olah lambang tersebut memiliki sayap yang siap terbang. Di bawah garis melengkung ini, terdapat tiga garis yang menjulur ke luar dengan sudut yang bervariasi, memberi kesan kokoh dan menyebar. Setiap elemen dalam simbol ini memancarkan cahaya biru yang mempesona, menggambarkan kekuatan magis dan misteri yang menyelimuti kerajaan Ilta.

     

    Dengan gerakan yang anggun namun penuh kekuatan, Ilta mengangkat tangannya. Dari punggungnya, sebuah cakram besar terwujud, terbentuk dari kristal-kristal es yang melayang di udara. Cakram tersebut berubah menjadi sayap kristal es yang megah, memancar dengan cahaya biru yang menyilaukan. Senjata-senjata kristal es yang tajam dan menakutkan muncul dari cakram tersebut, siap menghancurkan apapun yang menghalanginya.

     

    Aura yang dikeluarkan Ilta kini sangat berbeda dari sebelumnya—dingin, tak berperasaan, dan penuh dengan kekuatan destruktif yang mengerikan. Tatapannya yang kosong menembus jiwa, menunjukkan bahwa dia telah kehilangan kontrol sepenuhnya. Sebuah simbol baru lainnya muncul di sekitar telinganya, terdiri dari empat garis tajam yang terukir dalam kulitnya. Pola silang yang mencolok ini seolah-olah dibuat dengan bilah yang tajam dan cepat, berwarna biru terang, memancarkan cahaya yang kontras dengan kulitnya. Setiap garis tampak dalam, menandakan pertempuran jiwa yang sedang dihadapinya.

     

    Ninguit dan Lucerna, dengan kecepatan kilat, bereaksi cepat. Mereka terbang membentuk pelindung di seluruh Gunung Hvězdný, menciptakan perisai energi yang kuat untuk mencegah Ilta keluar dan mengamuk. Namun, gerakan Ilta yang perlahan namun pasti mulai menimbulkan badai salju yang dahsyat. Hujan kristal es turun dengan deras, menciptakan serangan mengerikan hanya dengan sedikit gerakan dari tangannya. Angin yang dingin dan tajam memotong udara, membentuk pusaran angin yang menggila di sekitar tubuhnya.

     

    “Ilta, hentikan! Kau harus melawan ini!” suara Ninguit memasuki pikiran Ilta dengan putus asa. Namun, suaranya tenggelam dalam gemuruh badai energi.

     

    Ilta tidak merespons. Tatapannya tetap kosong, hanya menunjukkan kedinginan dan kehampaan. Tubuhnya yang melayang di udara memancarkan aura kekuatan yang semakin tak terkendali, seolah-olah alam semesta itu sendiri bergetar di bawah kekuatannya. Es, kristal, dan salju terus berputar semakin cepat, membentuk badai yang semakin menggila dan menelan segalanya dalam jalurnya.

     

    “Svetlana, apa yang harus kita lakukan?” tanya Ninguit dengan panik, melihat pelindung mereka hancur dengan mudah oleh kekuatan Ilta.

     

    Svetlana merangkul sayapnya, berdoa dengan putus asa. “Sang Božský, tolong beri kami petunjuk. Kami butuh bantuanmu sekarang.”

     

    Dalam keheningan doa, Svetlana merasakan kehadiran Sang Božský yang memberikan jawaban. Suara lembut dan penuh kasih mengalun dalam pikirannya. “Ilta Stříbrný membutuhkan sosok yang bisa menenangkan dirinya, yang bisa meyakinkan bahwa dia tidak sendiri, bahkan ketika dunia tidak ada yang membelanya. Svetlana, sekarang saatnya kau menggunakan wujud manusiamu.”

     

    Svetlana merasakan kekuatan luar biasa mengalir dalam dirinya. Sayap peraknya bersinar lebih terang, membentuk sosok gadis yang memiliki penampilan identik dengan Ilta. Rambutnya panjang dan putih, dan matanya memiliki heterokromia yang sama dengan Ilta, hanya posisinya terbalik. Dia mengenakan gaun dari bulu-bulu halus dengan aksen perak. Svetlana mendekati Ilta yang masih tidak tenang, energinya terus mengamuk.

     

    “Ilta… dengarkan aku, aku di sini,” kata Svetlana dengan suara lembut, mendekatkan dirinya ke tubuh Ilta yang melayang dan masih mengamuk. Dia merasakan dinginnya es yang meresap ke dalam tubuhnya, namun dia tidak peduli. Dengan penuh kasih, Svetlana memeluk Ilta, mencoba menenangkan kekacauan dalam dirinya.

     

    “Ilta, dengarkan aku,” bisik Svetlana, suaranya penuh dengan kasih sayang. “Kau tidak sendiri. Kami ada di sini untukmu. Aku ada disini untukmu.”

     

    Ilta, yang tampak beku dan tak berdaya, merasakan kehangatan yang asing namun terasa familiar. Kehangatan dari pelukan Svetlana dan sayapnya perlahan-lahan menembus kegelapan di dalam hati Ilta. Bisikan-bisikan jahat yang memenuhi pikirannya mulai mereda, digantikan oleh suara lembut Svetlana yang memberikan ketenangan. Perlahan-lahan, dia merespons pelukan Svetlana. Badai salju mulai mereda, dan kristal es yang mengelilingi Ilta menghilang satu per satu. Senjata-senjata kristal es yang melayang di sekelilingnya jatuh ke tanah, hancur menjadi serpihan kecil.

     

    “Ilta, kau tidak sendirian. Kami ada di sini untukmu,” bisik Svetlana dengan lembut di telinga Ilta. “Kau adalah Ilta Stříbrný, pewaris kerajaan yang kuat. Kau telah melalui banyak hal, tetapi ingatlah, kau selalu memiliki kekuatan untuk mengatasi segalanya. Selalu ada yang mendukungmu, keluarga pendiri akan mencemaskanmu.”

     

    Svetlana dengan perlahan tapi pasti, mulai mengusir dinginnya kegelapan yang menyelimuti hati Ilta. Aura dingin yang tadinya mengamuk kini mereda, dan cahaya dari simbol di matanya mulai menghilang serta simbol di telinganya mulai memudar. Perlahan-lahan, kesadarannya kembali. Tatapannya yang kosong berubah menjadi penuh kesadaran, dan tubuhnya yang melayang di udara mulai turun dengan lembut ke tanah.

     

    Melihat tanda-tanda perubahan pada Ilta, Ninguit dan Lucerna memanfaatkan momen tersebut untuk mendekat dan memberikan dukungan lebih. Ninguit menggunakan kekuatan esnya untuk menciptakan perisai pelindung di sekeliling Ilta dan Svetlana, menahan setiap serangan energi yang masih tersisa.

     

    “Ilta, terus dengarkanlah suara kami,” seru Ninguit dengan lembut namun tegas. “Kau lebih kuat dari ini. Kau bisa mengendalikan kekuatan ini.”

     

    Lucerna menciptakan medan energi yang menenangkan di sekitar mereka. “Ilta, kau tidak sendirian. Kami di sini untuk membantumu.”

     

    Svetlana masih memeluk Ilta yang kini berlutut di atas salju. Merangkulnya dengan lembut, memberikan rasa aman yang sangat dibutuhkan oleh Ilta. Meskipun rambutnya tetap putih dengan corak hitam. Dia terjatuh dalam pelukan Svetlana, kelelahan namun sadar. “Sve… la? Aku takut…” bisiknya lemah, air mata mengalir dengan tubuhnya mulai bergetar.

     

    Svetlana tetap memeluk Ilta erat-erat, memberikan kekuatan dan kehangatan.  “Kau tidak perlu takut, Ilta. Kau aman bersama kami, kamu tidak akan sendirian lagi.” jawab Svetlana dengan lembut, mengusap air mata Ilta yang keluar. “Kau berhasil, Ilta. Kau telah mengendalikan kekuatanmu.”

     

    Ilta mengangguk perlahan, matanya kembali tertutup setelah cahayanya menghilang. “Terima kasih juga Ninguit, Lucere. Kalian menyelamatkanku.”

     

    Mereka berkumpul bersama dalam keheningan yang penuh dengan kelegaan. Badai salju di sekitar mereka perlahan-lahan menghilang, meninggalkan pemandangan yang tenang dan indah di puncak Gunung Hvězdný.

     

    Ilta merasa kekuatan baru mengalir dalam dirinya. Serce  Světla tidak lagi menjadi beban, melainkan menjadi bagian dari dirinya. Dia merasa lebih kuat, lebih tenang, dan lebih mampu mengendalikan kekuatan Indigo-nya. Namun, dia juga menyadari bahwa ada harga yang harus dibayar. Setiap kali dia menggunakan kemampuan Indigo-nya, dia akan ditelan oleh sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, sesuatu yang gelap dan berbahaya. Ilta telah berubah, baik secara fisik maupun mental. Namun, dia juga telah menemukan kekuatan dan dukungan yang lebih besar dari yang pernah dia bayangkan.

     

    ### Sub Bab: Permulaan Baru

     

    Ilta terbaring dalam pelukan Svetlana, nafasnya teratur namun lemah. Matanya tertutup rapat, menyimpan segala emosi dan kekuatan yang baru saja meletup dalam dirinya. Svetlana, masih dengan sayap peraknya yang berkilauan, memeluknya erat, memberikan kehangatan dan rasa aman yang dibutuhkan Ilta. Ketika Svetlana memeluk Ilta yang tak sadarkan diri, kehangatan dari tubuhnya terasa menenangkan, meskipun hati dan pikirannya dipenuhi oleh kekhawatiran. Svetlana menatap wajah Ilta yang tenang namun lelah, merasa ada beban besar yang harus dipikul oleh anak ini.

     

    Ninguit, dengan gerakan hati-hati, mengangkat Ilta ke punggungnya. “Aku akan memastikan dia tetap hangat,” katanya, suaranya lembut namun penuh tekad. Dia memandang ke arah Lucerna dan Svetlana, menunggu isyarat untuk bergerak.

     

    Svetlana mengangguk, dia menutup matanya sejenak, berdoa kepada Sang Božský. “Terima kasih telah mengizinkanku menggunakan wujud manusia ini,” ucapnya dalam hati. Meskipun pikirannya masih dipenuhi oleh keheranan tentang kemiripan sosoknya dengan Ilta.

     

    Ketika Svetlana selesai berdoa, Lucerna, yang berada di dekatnya, mulai bergumam dengan suara yang hanya bisa didengar oleh mereka. “Apa yang akan terjadi pada dunia Razvitie di abad ini?” gumamnya, memandang jauh ke cakrawala yang mulai memerah oleh sinar matahari terbenam. “Ilta adalah kandidat dari utusan Sang Božský, dan dengan kekuatan yang tidak terbatas serta pengalaman buruk yang menyayat hati, apa yang akan dia hadapi?”

     

    Ninguit, dengan ketenangan yang tak tergoyahkan, menenangkan Lucerna. “Yang penting sekarang adalah memastikan Ilta tidak lepas kendali lagi,” katanya dengan suara lembut namun tegas. “Kita harus mengelola emosinya lebih baik, kemampuan Indigo-nya akan kita urus belakangan. Mungkin harus kita segel sementara waktu.”

     

    Lucerna mengangguk, masih tampak ragu namun setuju. “Kau benar, Ninguit. Tapi perasaan ini… Aku tidak bisa mengabaikannya.”

     

    “Firasat buruk atau tidak, kita harus fokus pada langkah selanjutnya,” kata Ninguit, suara lembutnya memberikan kenyamanan. “Tapi fokus kita sekarang adalah menjaga Ilta. Kita akan hadapi semua tantangan ini bersama.”

    Svetlana mengangguk, memandangi Ilta yang masih tidak sadarkan diri. “Ilta adalah kandidat yang harus aku bimbing dan lindungi, tapi dia juga segalanya bagiku. Aku akan melakukan apa pun untuk melindunginya,” katanya, suaranya penuh dengan tekad yang dalam.

     

    Lucerna tersenyum lemah, memberikan semangat. “Kita semua akan melakukannya, Svetlana. Kita akan menghadapi ini bersama.”

     

    Dengan keputusan bulat, mereka mulai turun dari puncak gunung. Energi yang telah dilepaskan Ilta dari simbol di sekitar telinganya menciptakan aura dingin yang mengelilingi sekitar tubuhnya, melindunginya dari bahaya dan memberikan jalan yang aman bagi Ninguit yang membawanya di punggungnya. Lucerna terbang di samping mereka, mengamati setiap gerakan dengan cermat, sementara Svetlana mengawasi dari belakang, matanya tetap terfokus pada Ilta.

     

    Saat mereka mulai menuruni gunung, Svetlana memecah keheningan dengan suara yang penuh emosi. “Aku masih tidak percaya bahwa kekuatan Ilta bisa sekuat ini. Aku khawatir tentang apa yang mungkin terjadi jika dia tidak bisa mengendalikannya.”

     

    Lucerna, yang terbang di samping Ninguit, menoleh ke arahnya dengan tatapan serius. “Kita semua khawatir, Svetlana. Tapi yang lebih penting sekarang adalah menemukan cara untuk membantu Ilta mengatasi ini. Dia butuh bimbingan dan dukungan kita.”

     

    Ninguit, yang tetap tenang dan fokus, menambahkan, “Ilta adalah sosok yang kuat. Aku yakin dia bisa melalui ini dengan bantuan kita. Yang harus kita lakukan adalah tetap bersatu dan mendukungnya sepenuh hati.”

     

    Perjalanan mereka turun gunung penuh dengan keheningan yang penuh makna, setiap langkah dan gerakan penuh dengan kehati-hatian. Mereka tahu bahwa perjalanan ini baru permulaan dari tantangan yang lebih besar di depan, dan mereka harus siap menghadapi apa pun yang akan datang.

     

     

    Kreator : Ry Intco

    Bagikan ke

    Comment Closed: Bab 12 – Akhir dari Awal

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021