“Apa yang terjadi? Tolong selamatkan Nona Amanda, Tuhan,”
Segala doa keselamatan diucapkan bibi Marni. Matanya terpejam dengan kedua tangan saling menggenggam. Sampai satu jam kemudian, bidan perempuan itu akhirnya keluar menemui dirinya, mengatakan boleh menjenguk dua bayi.
“Maksudnya bayinya kembar?” tanya Bibi Marni.
Tangis bahagia tatkala bibi Marni memandang dua bayi yang sedang tidur. Teringat kala itu , ia membawa Amanda pergi dari Jakarta setelah mengirim surat pengunduran diri ke perusahaan. Amanda tampak rapuh dengan kehamilan yang tidak mengetahui siapa ayahnya.
Bibi Marni setiap hari menghibur Amanda yang banyak mengurung diri di kamar. Selama hamil, Amanda tidak memeriksakan diri ke dokter atau bidan. Tetapi wanita paruh baya itu selalu berusaha membuat makanan yang bergizi seperti ikan dengan kandungan Omega 3. Makanan yang terjangkau di daerah kelahirannya yang dekat dengan laut.
“Bibi, Nona Amanda sudah bisa ditemui. Saya akan membantu menggendong salah satu bayi,” ucap seorang perawat yang baru masuk ruang bayi.
“Baik, Suster.”
Tampak wajah pucat Amanda dengan mata melebar menyadari ada yang datang. Mata itu berbinar-binar ketika melihat dua bayi yang diletakkan di dadanya.
“Mereka cantik dan tampan, Nona.”
“Benar sekali, Bi.”
Air mata mengalir di pipi Amanda. Dua lengan menangkup dua permata di dada. Perasaan lemah Amanda berangsur-angsur berubah menjadi kekuatan untuk melindungi bayi-bayi itu.
“Nona harus kuat. Sekarang ada tanggung jawab yang lebih besar. Membesarkan kedua bayi ini.”
“Iya, Bi Marni.”
“Saya akan siapkan ruangan bayi. Agar siap saat Nona Amanda dan bayi pulang,” ucap Pak Udin tiba-tiba muncul langsung mau pulang. Tetapi tampaknya ia dan istrinya ikut merasa senang.
Kebahagiaan siang itu berubah menjadi kekhawatiran kembali pada malam hari. Amanda mengalami demam tinggi. Dalam tidurnya ia menggigau secara terus menerus.
“Kartu hitam… Kartu hitam.”
“Nona, apa yang terjadi?”
Bibi Marni mengusap keringat di dahi Amanda. Meskipun sudah sering mendengar kata kartu hitam dari mulut Amanda saat mimpi buruk, wanita itu tidak mengerti maksud kata itu.
Tubuh Amanda yang lemah menyebabkan reaksi radang akibat melahirkan. Dokter menginjeksikan obat sehingga Amanda bisa tidur.
Setelah beberapa hari, Amanda dan bayinya meninggalkan rumah sakit. Kembali menempati rumah sempit warisan bibi Marni.
Bertambahnya anggota keluarga menyebabkan ruang gerak menjadi sangat terbatas, tetapi tidak mengurangi kebahagiaan keluarga Amanda.
“Nona harus banyak makan, agar para bayi mendapatkan air susu ibu cukup.”
“Intan, Zacky cucuku tersayang, usiamu sudah sebulan ya.”
Tampaknya bibi Marni juga sangat bahagia. Ia bersemangat memanggil dua anak kembar itu setiap waktu. Kadang-kadang ia tertawa dengan kencang melihat ekspresi imut mereka.
Sementara itu, Amanda sarapan sembari memikirkan sesuatu. Keuangannya benar-benar menipis. Padahal kebutuhan semakin bertambah, apalagi rumah yang ditempati sangat tidak layak untuk anak-anak.
“Apakah aku bisa memakainya?” gumam Amanda lirih.
“Bicara apa, Nona? Bibi kurang jelas dengarnya,” tanya Bibi Marni.
“Tidak ada apa-apa, Bi. Saya selesai sarapan.”
Meja makan ditinggalkan begitu saja. Melihat hal itu, bibi Marni segera membereskan piring kotor Amanda. Bagaimanapun Amanda merupakan anak majikannya. Ayah Amanda memberi kepercayaan kepada dirinya untuk merawat Amanda sebelum meninggal.
Sementara itu, Amanda berada di kamar. Ia menarik sebuat kotak dan membukanya. Dengan pelan jari lentik tu imenarik sebuah kartu hitam. Tiba-tiba tangan Amanda gemetar. Wanita berambut panjang itu segera meletakkkan kembali kartu dan menutup kotak dengan cepat.
Aahh!
“Bagaimana itu bisa terjadi? Huhuhu….”
Gemeretak gigi Amanda. Kedua tangannya mengepal erat bersamaan dengan air mata mengalir.
“Ada apa, Nona.” Tiba-tiba Bibi Marni telah masuk ke kamar. Tampaknya ia mendengar teriakan Amanda.
Melihat kotak di pangkuan Amanda, Bi Marni segera memasukkan kembali ke dalam almari. Setelah itu, wanita paruh baya itu memeluk dan membelai rambut Amanda.
Bersambung ke Bab 4….
1 Komentar Pada Bab 3. Dua Permata itu Ternyata Buah Hati Boss
Suguhan ceritanya bagus banget. Kapan nih lanjutannya?