KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Bab 7 – Dimulainya Ujian Kehidupan

    Bab 7 – Dimulainya Ujian Kehidupan

    BY 05 Agu 2024 Dilihat: 26 kali
    Bab 7 - Dimulainya Ujian Kehidupan_alineaku

    Arc 2 – Ujian Kehidupan

    Abad Úsvit Síly, Tahun ke-1 Jeden, Bulan ke-1 Leden, Hari ke-1~Pondělí.

     

    Di dalam istana Černý Křišťál, suasana tegang menyelimuti tempat pertemuan. Patriark Radostaw, Patriark Wlays, Matriark Sandra, Matriark Vesna, dan Patriark Tatiuz duduk di sekitar meja besar, sementara Ilta berdiri di tengah ruangan. Wajah-wajah mereka menunjukkan kecemasan dan kekhawatiran.

     

    Ilta menatap satu per satu wajah yang sangat dikenalnya. “Ayahanda dan Ibunda menghilang begitu saja setelah pertemuan itu. Aku… aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi.”

     

    Patriark Radostaw menghela nafas panjang. “Ini sangat aneh. Tak ada jejak atau petunjuk sedikitpun.”

     

    Tiba-tiba, cahaya lembut dari sepasang sayap perak memenuhi ruangan dan sosok Anđeo muncul di hadapan mereka. “Ujian kehidupan telah dimulai. Abad baru di dunia Razvitie akan membawa perubahan besar bagi semua makhluk dan juga pada alam.”

     

    Sebelum mereka sempat bereaksi, Anđeo mengangkat Ilta dan membawanya terbang keluar dari istana. Para kepala keluarga pendiri mengikuti dari belakang, berusaha memahami situasi yang terjadi. Di luar, mereka disambut oleh pemandangan yang mengejutkan: kerumunan massa yang marah, tatapan tajam mengarah ke Ilta, menuduhnya sebagai penyebab hilangnya Vladyka Alexei dan Permaisuri Aria.

     

    “Tangkap dia! Pengkhianat kerajaan!” teriak salah satu dari mereka. “Adili dan hukum sang pengkhianat kerajaan!”

     

    Ilta memasang wajah ketakutan yang luar biasa sambil meneteskan air matanya, setiap perkataan orang-orang yang dipenuhi amarah membuatnya merasakan sakit yang mendalam. Tubuhnya bergetar hebat, perasaan-perasaan yang tidak pernah dia rasakan mulai memenuhi dirinya. Dia mencoba menjelaskan dengan suara berat, “Aku tidak tahu apa-apa… Tolong, dengarkan aku.”

     

    Rumor yang mengerikan telah menyebar di seluruh kerajaan. Vladyka Alexei dan Permaisuri Aria, orang tua Ilta, telah menghilang setelah sebuah pertemuan penting. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi semua jari menunjuk kepada Ilta sebagai penyebabnya. Menyalahkan dan mengejarnya tanpa alasan yang jelas.

     

    Patriark Radostaw mencoba menenangkan massa. “Apa yang kalian katakan, Pangeran Ilta tidak bersalah! Ini semua adalah kesalahpahaman!”

     

    Namun, jawaban yang mereka terima semakin memperparah situasi. “Ilta? Siapa dia!”

     

    “Pasti pangeran itu! Tangkap dan adili dirinya!” sahut lainnya, membuat keadaan semakin rumit.

     

    Rasa takut dan kebingungan menyelimuti Ilta. Bagaimana mungkin mereka melupakan siapa dirinya? Mengapa mereka tiba-tiba memusuhinya? “Ayahanda… Ibunda… Dimana kalian?” bisiknya, suaranya nyaris hilang di tengah badai salju yang semakin kencang dan suara-suara massa yang mengejarnya.

     

    Dia tak dapat memahami bagaimana semuanya bisa berubah secepat ini. Orang-orang yang pernah menghormatinya sebagai Putra Mahkota kini mengejarnya dengan amarah yang membara. Bahkan, orang-orang yang seharusnya mengenalnya, tampaknya telah melupakan siapa dirinya. Mereka bahkan tidak ragu menggunakan teknik elemental untuk menangkapnya.

     

    Sementara Anđeo terus membawa Ilta menuju puncak bangunan teknologi kristal raksasa. Patriark Wlays berusaha melindungi mereka dengan teknik elemental, menghalau setiap serangan dari massa yang marah.

     

    Setelah sampai di tempat yang relatif aman, Ilta diturunkan oleh Andeo, dia berlutut, suaranya serak dengan air mata yang masih mengalir. “Aku tidak mengerti… Mengapa semua ini terjadi?”

     

    Matriark Sandra mendekatinya, berlutut di sampingnya. “Ilta, kamu adalah anak yang kuat. Kami semua percaya padamu.”

     

    Patriark Radostaw menambahkan, “Jangan pernah membenci siapapun karena ujian ini. Percayalah, semua ini akan membawamu menjadi sosok yang lebih baik.”

     

    Matriark Vesna menyentuh bahu Ilta. “Gunakan semua kemampuanmu untuk melewati ujian ini. Kami semua yakin, Vladyka Alexei dan Permaisuri Aria akan kembali.”

     

    Patriark Tatiuz berkata dengan suara yang tegas namun penuh kasih, “Ilta, kamu adalah harapan kami. Kami akan selalu mendukungmu apapun yang terjadi.” dia juga memasukan sebuah teknologi kristal yang serbaguna di saku Ilta. “Gunakanlah ini dengan baik, semua kebutuhanmu ada disini bahkan identitas baru.”

     

    Dalam momen tersebut, Ilta mendengarkan penjelasan Anđeo. Suara Anđeo bergema dalam pikirannya, “Di dunia Razvitie, nama Ilta kini mustahil diingat oleh siapapun dalam waktu lama, kecuali oleh keluarga pendiri di kerajaan Nesmrtelný Mraz yang terus mendukungnya. Dengan demikian, Ilta bisa bepergian kemanapun dan menghilang tanpa meninggalkan jejak, seolah-olah keberadaan dan namanya lenyap dari ingatan dunia.”

     

    Mendengar itu, Ilta merenung sejenak. Dia awalnya berniat merubah nama depannya menjadi Izka, namun keputusan tersebut kini terasa kurang relevan. Dia meneguhkan tekadnya dan memilih untuk tetap menggunakan nama depannya, “Ilta Jedlikca.” Dia memutuskan untuk menutupi identitasnya sebagai Stříbrný dan pangeran pengkhianat, menjadi seorang petualang yang menjelajahi negeri untuk menemukan kebenaran dan keadilan.

     

    Tiba-tiba, Anđeo berbicara kepada semua orang melalui telepati. “Ilta Stříbrný, saatnya menjalankan ujian kehidupan. Kita harus meninggalkan wilayah ibukota, untuk pergi dan menyelesaikan tugas pertamamu.”

     

    Semua kepala keluarga pendiri menatap Anđeo dengan penuh tanda tanya, tetapi mereka tahu bahwa ini adalah bagian dari takdir Ilta. Mereka memeluk Ilta satu per satu, memberikan semangat terakhir sebelum dia pergi.

     

    Ilta menyeka air matanya berterima kasih pada semuanya, kemudian dia membaca mantra untuk terbang, “Vzduch, základní, pozvednout mé tělo a nést mě vzduchem jako pírko.”

     

    Angin mulai menyelimuti dirinya dan membawanya terbang menjauh dari kelima sosok yang dianggapnya sebagai keluarga. Anđeo memimpin arah tujuan, sepasang sayap perak yang akan selalu membimbing dan melindungi Ilta selama ujian kehidupan berlangsung.

     

    Setelah Ilta menghilang di kejauhan, kelima kepala keluarga pendiri saling memandang dengan wajah penuh harapan dan kecemasan. Patriark Wlays berbicara pertama, “Ilta adalah harapan kita untuk memimpin kerajaan ini. Kita harus percaya bahwa dia akan berhasil menyelesaikan ujian inj.”

     

    Matriark Sandra mengangguk, “Dia memiliki kemampuan dan hati yang kuat. Aku yakin dia akan mengatasi segala rintangan yang menghadang. Namun, dia masihlah anak-anak.”

     

    Matriark Vesna menambahkan, “Yang terpenting, dia tahu bahwa kita semua mendukungnya. Itu akan memberikan kekuatan ekstra bagi Ilta.”

     

    Patriark Tatiuz, dengan pandangan tajam, berkata, “Kita harus siap dengan apa pun yang mungkin terjadi. Ini adalah awal dari sesuatu yang besar, Ilta sudah kuberikan teknologi kristal agar kita bisa mengetahui keberadaan dan kondisinya.”

     

    Patriark Radostaw menyimpulkan, “Mari kita bersiap untuk masa depan kerajaan. Perjuangan Ilta adalah perjuangan kita semua. Selain itu, kita harus mencari tahu tentang Vladyka Alexei dan Permaisuri Aria. Semoga Sang Božský memberikan berkatnya, memudahkan segalanya.”

     

    Mereka berdiri bersama dalam keheningan gemuruh salju di atas bangunan, merenungkan perjalanan yang telah dimulai dan tanggung jawab besar yang ada di depan mereka. Ujian ini tidak hanya bagi Ilta, tetapi juga bagi seluruh kerajaan dan dunia Razvitie. 

     

    ### Sub Bab: Menghilangnya Vladyka Alexei dan Permaisuri Aria

     

    Beberapa hari sebelumnya. Saat pertemuan penting berlangsung, mendiskusikan tentang bagaimana Kerajaan Nesmrtelný Mraz akan menghadapi abad baru yang datang, semua kepala keluarga pendiri, para penasihat, dan pejabat tinggi kerajaan berkumpul di aula besar istana. Suasana tegang dan serius memenuhi ruangan, karena keputusan yang akan diambil akan menentukan arah masa depan kerajaan.

     

    Vladyka Alexei, dengan postur yang gagah dan mata yang penuh kebijaksanaan, berdiri di depan meja besar. Di sebelahnya, Permaisuri Aria dengan penampilannya yang anggun dan pandangan yang tajam, selalu siap memberikan dukungan. Di sisi lain meja, Patriark Radostaw, Patriark Wlays Vojnović, Matriark Sandra Učenik, Matriark Vesna Zdravnik, dan Patriark Tatiuz Technikov duduk, mendengarkan dengan seksama.

     

    Ilta, putra mahkota yang cerdas dan berbakat, duduk di samping orang tuanya. Matanya yang unik, mata kiri beriris putih dan mata kanan beriris hitam, bersinar dalam cahaya lilin yang menerangi ruangan. Dia merasa bangga bisa menjadi bagian dari diskusi penting ini, meskipun usianya masih muda yaitu 12 tahun.

     

    Pertemuan berjalan dengan lancar, membahas strategi dan rencana untuk menghadapi tantangan yang akan datang. Suara-suara yang penuh wibawa bergema di dalam aula, tetapi ada perasaan aneh yang mengintai di balik ketenangan itu.

     

    Setelah pertemuan berakhir, Alexei dan Aria berjalan keluar dari aula, diikuti oleh Ilta. Mereka berjalan bertiga melalui lorong panjang menuju ruang keluarga, berbincang-bincang dengan hangat tentang berbagai topik yang dibahas dalam pertemuan.

     

    Alexei tersenyum bangga kepada putranya, “Ilta, kau benar-benar menunjukkan kedewasaan dalam pertemuan tadi. Ayah dan ibumu sangat bangga padamu.”

     

    Ilta tersenyum kecil, merasa hangat mendengar pujian dari ayahnya. “Terima kasih, Ayahanda. Ilta hanya berusaha melakukan yang terbaik.”

     

    Aria menambahkan, “Kau memiliki masa depan yang cerah, Ilta. Teruslah belajar dan jangan pernah ragu untuk bertanya jika ada yang kau tidak mengerti.”

     

    Ilta mengangguk, merasa didukung oleh kasih sayang orang tuanya. “Ilta akan berusaha keras, Ibunda.”

     

    Namun, tiba-tiba, tanpa peringatan, cahaya terang memenuhi lorong tersebut. Ilta terkejut dan berusaha melindungi matanya dari cahaya yang menyilaukan. Ketika cahaya itu mereda, dia melihat ke sekeliling dan mendapati bahwa orang tuanya telah menghilang. Alexei dan Aria lenyap begitu saja, seolah-olah ditelan oleh kegelapan yang mendadak.

     

    Hati Ilta berdetak kencang, dan perasaan panik menyelimutinya. “Ayahanda! Ibunda! Dimana kalian?!” teriaknya, suaranya gemetar dengan ketakutan. “Ayahanda! Ibunda!”

     

    Tidak ada jawaban. Lorong itu sepi, hanya ada dia seorang diri. Dia mencoba mencari petunjuk, tetapi tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kemana mereka pergi atau apa yang terjadi pada mereka. Air mata mulai mengalir di wajahnya, kepanikan semakin menyelimutinya. “Tolong… Tolong aku… Siapapun, tolong!”

     

    Dia berteriak terbata-bata, suaranya hampir tidak terdengar di tengah kebingungan dan ketakutannya. “Ayahanda… Ibunda… Jangan tinggalkan Ilta… Tolong, Ilta takut…”

     

    Kabar tentang hilangnya Vladyka Alexei dan Permaisuri Aria segera menyebar ke seluruh istana dan kerajaan. Kecemasan dan kebingungan melanda semua orang. Para kepala keluarga pendiri segera berkumpul kembali untuk mencari solusi dan mencoba memahami situasi yang terjadi.

     

    Ilta, dengan air mata yang mengalir di wajahnya, berdiri di tengah ruang pertemuan. Dia merasa kehilangan dan tak berdaya, tidak tahu harus berbuat apa. Kejadian ini bukan hanya pukulan bagi kerajaan, tetapi juga bagi dirinya sebagai seorang anak yang sangat mencintai orang tuanya.

     

    Patriark Radostaw mencoba menenangkan Ilta, “Kami akan mencari tahu apa yang terjadi, Ilta. Kami tidak akan berhenti sampai menemukan mereka.”

     

    Namun, dibalik kata-kata penuh penghiburan itu, ada rasa takut yang mendalam. Hilangnya Alexei dan Aria adalah misteri besar yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan mereka semua tahu bahwa tantangan yang akan mereka hadapi akan sangat berat.

     

    ### Sub Bab: Perjalanan Menuju Kota Ptáček

     

    Perjalanan baru saja dimulai, meninggalkan ibu kota kerajaan Nesmrtelný Mraz yang kini diselimuti kekacauan dan ketidakpercayaan. Ilta, bersama dengan Anđeo yang menemaninya, terbang melewati pemandangan yang dipenuhi salju dan angin dingin yang menggigit.

     

    Anđeo, dengan wujudnya yang hanya sepasang sayap perak bercahaya, melayang di samping Ilta, memberikan kehangatan dan rasa tenang yang sangat dibutuhkan oleh pangeran muda itu.

     

    Ilta menundukkan kepalanya, merenungi kejadian beberapa hari yang lalu. “Aku masih tidak percaya semua ini terjadi, Anđeo. Mereka benar-benar menganggapku seorang pengkhianat bahkan melupakan keberadaanku.”

     

    Suara Anđeo yang lembut dan menenangkan terdengar di dalam pikiran Ilta, membungkus pikirannya dalam kehangatan yang menenangkan. “Jangan biarkan rasa takut dan kebencian menguasai hatimu, Ilta. Ini adalah ujian yang harus kamu lalui. Kepercayaan mereka akan kembali, dan kebenaran akan terungkap pada waktunya.”

     

    Ingatan Ilta kembali pada saat di mana dia kehilangan kedua orang tuanya. Dia masih bisa melihat dengan jelas wajah-wajah orang tuanya yang tersenyum hangat padanya saat mereka berjalan bersama di lorong istana.

     

    Namun, senyum itu berubah menjadi kepanikan saat Alexei dan Aria tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Ilta berteriak terbata-bata, syok melihat kejadian itu. “Ayahanda! Ibunda! Dimana kalian? Tolong, kembalilah!”

     

    Ilta merasakan air mata mengalir di pipinya, kesedihan dan kebingungan masih memenuhi hatinya. “Mereka benar-benar menghilang, Anđeo. Aku tidak tahu harus berbuat apa.”

     

    Anđeo mencoba menghiburnya dengan lembut. “Kamu harus kuat, Ilta. Kehilangan mereka adalah bagian dari perjalananmu. Sang Božský selalu memiliki caranya sendiri, dan kita sebagai makhluk ciptaan-Nya tidak akan mengerti tindakan-Nya. Kamu tidak sendiri, saya di sini untuk membantumu melalui ujian ini.”

     

    Ingatan dimana seorang penduduk berteriak juga menghantui perjalanannya, “Tangkap dia! Pengkhianat kerajaan!” Terlihat jelas bagaimana mereka menuduh dan meneriakinya sebagai pangeran pengkhianat.

     

    Ilta menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa sakit dan ketakutan yang masih menggema dalam hatinya. “Mengapa mereka begitu cepat berubah? Mengapa mereka membenciku?”

     

    Anđeo menjawab dengan tegas. “Rasa takut dan ketidakpastian sering kali mengubah hati manusia. Tetapi ingatlah, mereka tidak tahu yang sebenarnya. Terlepas dari semua itu, kejadian ini ada hubungannya dengan rencana Sang Božský.”

     

    Meskipun rasa sakit dan kebingungan masih ada, cahaya dari Anđeo memberikan sedikit ketenangan di hati Ilta. Dia tahu perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi dengan bimbingan Anđeo dan tekad yang kuat, dia bertekad untuk menemukan jawaban dan memulihkan kehormatan keluarganya.

     

    Ilta menghapus air matanya, berusaha menenangkan dirinya. “Terima kasih, Anđeo. Aku akan berusaha sekuat tenaga. Aku tidak akan menyerah.”

     

    Anđeo menyemangati, “Itulah semangat yang kuharapkan darimu, Ilta. Mari kita lanjutkan perjalanan ini. Tugas pertamamu menunggu dikota Ptáček.”

     

    Dengan semangat yang diperbarui, Ilta menatap kedepan, meninggalkan bayang-bayang masa lalu dan menuju takdir yang penuh tantangan. Setiap langkah yang diambilnya adalah langkah menuju pembuktian diri dan pencarian kebenaran, dengan Anđeo selalu setia di sisinya.

     

    Perjalanan Ilta dan Anđeo berlangsung beberapa hari, melintasi pegunungan bersalju dan hutan beku yang tidak ramah. Suara angin yang menderu di telinga mereka, dinginnya salju yang menampar wajah, dan kegelapan malam yang menakutkan menjadi teman mereka sepanjang jalan. Namun, kehadiran Anđeo memberikan ketenangan yang sangat dibutuhkan oleh Ilta.

     

    Setelah beberapa hari perjalanan, mereka tiba di tepi sebuah kota kecil yang terletak di lembah. Kota ini adalah tempat dimana Ilta akan memulai tugas pertamanya sebagai pangeran yang diasingkan. Dia berdiri di pinggiran kota, melihat rumah-rumah sederhana dan jalanan yang tenang.

     

    Ilta menghela napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian. “Benarkah ini tempatnya, Anđeo. Tempat di mana aku harus memulai membuktikan diriku sebagai utusan Sang Božský.”

     

    Anđeo, dengan wujud sepasang sayap perak bercahaya, melayang di sampingnya. Suaranya yang lembut dan menenangkan terdengar di dalam pikiran Ilta. “Betul, Ilta. Tapi sebelum kita masuk, ada sesuatu yang harus kamu ketahui.”

     

    Ilta menoleh, sedikit bingung. “Apa itu, Anđeo?”

     

    Sinar dari sayap perak itu menjadi lebih terang sejenak, dan kemudian sebuah suara yang hangat dan penuh kasih terdengar dalam pikiran Ilta. “Namaku adalah Svetlana. Aku ditugaskan untuk mendampingimu dalam perjalanan ini.”

     

    Ilta terkejut mendengar nama itu, tetapi segera merasakan kehangatan yang sama yang selalu diberikan oleh Anđeo. “Svetlana… sebuah nama yang indah. Terima kasih telah ada di sini untukku. Aku merasa lebih tenang mengetahui namamu.”

     

    Svetlana menjawab dengan penuh kelembutan, “Aku selalu ada di sisimu, Ilta. Tugas kita di sini adalah untuk membantumu menemukan kekuatan dalam dirimu dan membuktikan bahwa kau layak menjadi utusan Sang Božský. Ingatlah, meski ujian ini sulit, kamu tidak sendiri. Akan selalu ada orang yang mendukungmu.”

     

    Ilta mengangguk, merasakan keberanian yang baru di dalam dirinya. “Terima kasih, Svetlana. Aku siap untuk memulai tugas ini.”

     

    Tentu, berikut adalah deskripsi lebih rinci mengenai pakaian Ilta, baik saat menggunakan mantel biru muda maupun jubah putih dengan pola hitam:

     

    Sebelum memasuki kota, Ilta tahu dia harus menyembunyikan mengganti pakaiannya. 

     

    Pakaian awalnya adalah mantel putih dengan garis biru muda yang panjang dan elegan. Mantel tersebut terbuat dari bahan wol berkualitas tinggi, dirajut dengan sangat halus sehingga memberikan kehangatan dalam cuaca dingin. Di bagian dalamnya terdapat lapisan sutra yang membuatnya nyaman dikenakan. Bagian kerah mantel dihiasi dengan bulu putih lembut, menambah kesan mewah.

     

    Namun, untuk menyembunyikan identitasnya, Ilta merogoh sakunya dan mengeluarkan teknologi kristal yang diberikan oleh Patriark Tatiuz. Dengan sentuhan ringan, pakaian Ilta berubah dari mantel biru muda menjadi jubah putih dengan pola hitam. 

     

    Jubah ini memiliki desain yang jauh lebih sederhana namun tetap memberikan aura misterius dan elegan. Terbuat dari kain ringan namun kuat, jubah putih ini memiliki pola hitam geometris yang tersebar secara simetris di seluruh permukaannya. Pola tersebut menyerupai garis-garis halus yang membentuk bentuk-bentuk abstrak, memberikan kesan modern dan futuristik. Bagian kerah jubah sedikit lebih tinggi, menutupi sebagian leher Ilta dan memberikan perlindungan tambahan dari angin dingin. Jubah ini memiliki tudung besar yang bisa digunakan untuk menutupi kepala, menambah elemen penyamaran. Selain itu, Ilta juga mengenakan penutup mata dan aksesoris khusus yang berbentuk melingkar seperti mahkota di sekitar kepalanya, menutupi rambut dan mata yang menjadi ciri khasnya.

     

    Dengan perubahan penampilan ini, Ilta merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan di depannya. Ilta melangkah menuju kota, siap menghadapi apa pun yang menanti di depannya. Di gerbang kota, Ilta dihadang oleh penjaga yang meminta identitasnya. Dengan tenang, Ilta mengeluarkan kartu identitas yang diberikan oleh Patriark Tatiuz. Kartu itu mencantumkan namanya sebagai Ilta Jedlikca, berasal dari kota Zima, seorang anak yatim piatu yang menjadi petualang setelah menyelesaikan semua ujian dari serikat petualang di kota asalnya dengan nilai terbaik.

     

    Penjaga itu memeriksa kartu identitasnya dengan cermat. “Kau berasal dari Zima, dan ini mengatakan bahwa kamu lulus dengan nilai terbaik yaitu kecerdasan, kekuatan, kelincahan, dan keterampilan pada peringkat tertinggi. Tapi kau masih sangat muda, baru menginjak usia 10 tahun. Bagaimana kau bisa melakukan perjalanan sejauh ini sendirian dengan mata tertutup seperti itu?”

     

    Ilta menatap penjaga itu dengan berkata penuh keyakinan, meskipun. “Saya mungkin muda dan memiliki kondisi tertentu pada mata saya, tapi saya telah dilatih dengan baik sejak kecil. Saya datang ke sini mengikuti instruksi dari mentor yang melatih saya dan diminta untuk menaikkan peringkat saya serta membantu orang-orang di manapun saya bisa.”

     

    Penjaga itu tampak ragu sejenak, tetapi melihat tekad kuat dalam diri Ilta, dia akhirnya mengangguk. “Baiklah, Ilta Jedlikca. Selamat datang di kota Ptáček.”

     

    Ilta mendengarkan dengan penuh minat. “Terima kasih, penjaga. Aku akan mengingat perkataanmu dan berusaha memberikan yang terbaik di sini.”

     

    Penjaga itu tersenyum tipis. “Semoga keberuntungan menyertaimu, petualang muda.”

     

    Ilta melangkah masuk ke kota Ptáček, merasakan angin dingin yang menerpa wajahnya. Svetlana, dengan wujud sepasang sayap perak bercahaya, melayang di sampingnya. “Kamu sudah melakukan dengan baik, Ilta. Langkah pertama selalu yang paling sulit. Kamu juga bisa tenang karena saya tidak bisa dilihat oleh orang awam.”

     

    Ilta mengangguk, merasa lebih tenang dengan kehadiran Svetlana. “Aku tahu, Svetlana. Aku hanya perlu terus maju dan menunjukkan bahwa aku mampu.”

     

    Ujian kehidupan dimulai bersamaan kalender dunia Razvitie yang diperbaharui, nasib kerajaan bergantung dengan keluarga pendiri untuk menggantikan peran Vladyka yang menghilang. Sementara sang putra mahkota akan berpetualang dengan tekad menyelesaikan ujian kehidupan yang diberikan oleh Sang Božský.

     

     

    Kreator : Ry Intco

    Bagikan ke

    Comment Closed: Bab 7 – Dimulainya Ujian Kehidupan

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021