Hujan tak hentinya sedari pagi hingga siang ini. Turun menghujami bumi laksana gulungan ombak menghantam tepian dermaga.
Suara gemuruh saling bertautan satu sama lainnya tiada berjeda. Menggelegar menambah daftar agenda di hari itu.
Langit hitam pekat dan kicauan pusaran angin menjadi pengiring suasana libur panjang aktifitas anak adam hari itu.
Ferdi mengintip di balik jeruji jendela di dalam rumahnya. Bocah SD kelas 2 itu memiliki asa jauh kedepan di hamparan ilalang hijau dibalik balai desanya. Semua terlihat jelas di nanar matanya.
“ Ngapain ferdi? ” celetuk ibu.
“Menanti hujan reda bu”.
“Huuuuhhh, mau main lah itu . “ tugas ibu. “Lebih baik tidur siang sana, mumpung suasana dingin “.
“Ferdi mau main ibu. “
“ Heeei, Ferdi gak denger kabar dari warga kah? Di desa kita ada harimau yang berkeliaran. “ terang ibu.
“ Ibu tidak kibulin Ferdi kan ? “
“Beneran loh sayang, kata pak kades kita disuruh tinggal di dalam rumah saja sampai harimaunya tertangkap. “ pesan ibu.
Dengan perasaan kecewa Ferdi hanya mengangguk saja.
“Ah sudah lah, ibu mau tidur siang, Ferdi nggak boleh keluar ya, tetap di dalam rumah saja” , pesan ibu.
Ferdi menganggukan kepalanya untuk yang kesekian kalinya.
Mondar mandir jendela, kursi, ruang keluarga dapur rute perjalanan ferdi menghilangkan kegabutannya.
Pada akhirnya ia pun merasa lelah dan bosan, duduk di sofa panjang sambil rebahan, menonton TV hingga TV yang menontonnya.
Ferdi pun terbuai di alam mimpi, berlari di hamparan ilalang panjang nan hijau. Aroma padi dan ilalang melekat jelas di tubuh kecil Ferdi.
Berlari kejar-kejaran dengan segala bentuk animasi hasil imajinasi alam tidurnya.
***
‘Aih sesak pipis ‘ Ferdi bergegas berlari menuju kamar kecil.
‘Ah lega nya, hhhhuuuaaaaa’ sambil mengucek-kucek mata Ferdi berjalan ke arah jendela. Ia mengintip keluar berharap hujan telah usai.
“Ibu… Ibu…. mataharimau terang. Cepat ibu… Liat liat…… Ibu… “ jerit Ferdi.
Mendengar jeritan Ferdi, ibu yang sedari tadi tidur di kamarnya, bangun dan bergegas ke dapur. Disambarnya gawai yang terletak di meja rias.
Berlari terbirit birit menghantam apa saja yang ada di sekitar rumah. Guci, koleksi pernak pernik penghias rumah yang bertengger di jalan-jalan rumah berantakan tak berbentuk keindahan lagi.
“Sebentar Ferdi, sebentar, jangan keluar dulu ya “. Kata ibu dengan riuhnya. “ Ada dimana itu Fer? “ sembari mencari daftar kontak di gawai.
“ Ya di luar lah bu, jelas terlihat di halaman depan kita” ungkap Ferdi.
Entah apa yang dicari ibu di dapur, satu per satu laci di buka ibu hingga “ Nah, ini dia “ .
“ Assalamualaikum pak kades, “ ucap ibu.
“Wa’alaikumussalam, ada apa bu Ferdi “ jawab pak Kades.
“Gawat pak gawat.. “ nafas terengah-engah.
“Tarik nafas dulu bu…. Tenang, tenang dulu, ada apa coba katakan dengan tenang” .
“ Ferdi melihat mataharimau dengan terang pak , gimana ni pak “ kata ibu yang masih dalam kepanikan.
“ Dimana bu? “tanya pak Kades.
“ Di halaman rumah kami pak”
“ Ibu dan Ferdi tetap dalam rumah ya, saya akan perintahkan tim penangkap harimau untuk segera datang ke rumah ibu ya “ pesan pak Kades.
Mematikan gawai dan segera berlari menuju Ferdi. Di tangan sebelah kanan ibu menjinjing sebilah linggis panjang.
“Mana fer? “ tanya ibu.
Ferdi menunjuk dari celah-celah daun jendela.
“Ibu nggak nampak fer, mana? “ tanya ibu sedikit meninggikan suaranya.
Ferdi heran apa yang dimaksud ibu dengan mana, “ itu kan keliatan jelas loh bu, terang “ pungkas Ferdi.
“iya terang memang, sekarang mataharimau yang kamu maksud itu mana?” tanya ibu kembali yang sedikit mendesak.
Ferdi menggaruk kepala, dahinya mengkerut, “ Ferdi nggak pernah bilang ada mataharimau ibu” jelasnya lagi.
Ibu mulai senewen kemudian “ kamu jangan main-main ya ferdi, jelas jelas kamu berkata ‘ harimau terang’. “
“ Hahahaha…. Ferdi bilang ke ibu matahari mau terang alias hujan sudah mereda ibu” dengan mulut lebar nya masih mentertawakan kekacauan si ibu.
“oaalaaaahh… Piye toh le’…. “ sembari tepuk jidat.
Tak berapa lama terdengar ketukan pintu dari arah luar, terlihat dari celah-celah anak jendela pasukan tim penangkap harimau lengkap dengan peralatan nya.
Kreator : Noer Maya
Comment Closed: BAHASA
Sorry, comment are closed for this post.