“Ketika kita berbicara dengan orang lain, kita tidak hanya bertukar kata-kata,
tetapi juga emosi, empati, dan pengertian.”
– Carl Rogers –
Komunikasi adalah jembatan utama dalam membangun hubungan, terutama dalam dunia pendidikan. Dr. K.H. Jalaluddin Rakhmat, melalui bukunya Psikologi Komunikasi, menekankan bahwa komunikasi yang efektif bukan sekadar penyampaian informasi, tetapi juga melibatkan emosi dan empati. Pendekatan ini sangat relevan untuk diterapkan dalam mendidik anak dengan cinta, di mana komunikasi yang baik menjadi landasan utama bagi hubungan interpersonal yang sehat.
Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila anda berkumpul dengan satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan anda, Anda akan menyenangi mereka. Komunikasi pun berlangsung lebih santai, gembira, dan terbuka. Berkumpul dengan orang-orang yang Anda benci akan membuat Anda tegang, resah dan tidak nyaman. Anda akan menutup diri dan menghindari komunikasi. Anda ingin segera mengakhiri komunikasi Anda. (Jalaluddin Rakhmat, 2018, 145)
Dalam buku “Sekolahnya Manusia” karya Munif Chatib, hubungan interpersonal didefinisikan sebagai interaksi antarindividu yang didasarkan pada rasa saling memahami, menghargai, dan membangun kepercayaan. Hubungan ini tidak hanya sekadar hubungan formal antara orangtua, guru dan siswa, tetapi juga mencakup keterlibatan emosional yang mendalam untuk menciptakan suasana komunikasi yang nyaman dan penuh kasih sayang.
Dalam komunikasi interpersonal, bahasa cinta dapat diwujudkan melalui simbol-simbol sederhana. Kata-kata apresiatif seperti “kamu bisa!”, “Ibu percaya padamu,” ekspresi bahagia seperti senyuman bangga, sentuhan menguatkan seperti mengusap bahu, sentuhan hangat seperti pelukan, atau tindakan kecil seperti membantu anak menyelesaikan tugas, menjadi bukti nyata cinta yang dirasakan anak. Simbol ini memperkuat hubungan emosional antara orang tua, guru, dan anak.
Komunikasi akan lebih efektif jika para komunikan melibatkan perasaan mereka dan saling menyukai. Dalam dunia Pendidikan interaksi interpersonal telah diteliti pengaruhnya terhadap prestasi akademik. Berikut beberapa data hasil penelitian tentang pengaruh komunikasi interpersonal terhadap prestasi belajar siswa
- Sekelompok mahasiswa telah melakukan penelitian tentang pengaruh komunikasi interpersonal terhadap prestasi belajar siswa diantaranya yang dilakukan oleh Hardintya dkk, melakukan penelitian Di SMKN 1 SUkoharjo, dalam jurnalnya yang berjudul: “Pengaruh Fasilitas Belajar Siswa dan Komunikasi Interpersonal Guru dengan Siswa terhadap Prestasi Belajar”, dalam kesimpulan penelitiannya mereka menuliskan bahwa sumbangan relatif komunikasi interpersonal guru dengan siswa terhadap terhadap prestasi belajar siswa sebesar 50,94%.
- Heru Fatkhur Rohman dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh kecerdasan interpersonal dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII” hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dari kecerdasan interpersonal terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Wiradesa tahun pelajaran 2013/2014.
- Yulia Segarwati, dkk dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Interpersonal Orang tua dan anak terhadap Prestasi Belajar Anak Selama Masa School From Home (SFH) Pandemi Covid 19), menarik Kesimpulan bahwa secara simultan terdapat pengaruh signifikan komunikasi interpersonal orang tua dan anak terhadap prestasi belajar anak selama masa School From Home (SFH) Pandemi Covid-19.
Saya kira ketiga penelitian di atas cukup memberikan bukti bahwa komunikasi interpersonal dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Tak hanya prestasi belajar, komunikasi interpersonal yang dijalin secara intensif akan menjadikan hubungan orangtua dan anak atau hubungan guru dan murid menjadi lebih positif dan hangat.
Bagaimanakah cara membangun komunikasi interpersonal dengan anak didik? Bahasa cinta yang bagaimana yang bisa diterapkan dalam menjalin hubungan positif dengan anak didik? Dari buku Psikologi Komunikasi karya Jalaluddin Rakhmat dan buku Sekolahnya Manusia karya Munif Chatib berikut ini adalah Bahasa Cinta dalam komunikasi interpersonal:
- Kejujuran Emosional: Dasar Kepercayaan
Kejujuran emosional adalah kemampuan menyampaikan perasaan dengan tulus. Sikap percaya berkembang apabila setiap komunikan lainnya berkata jujur, dan komunikasi yang jujur membangun kepercayaan. kepercayaan merupakan fondasi penting dalam hubungan interpersonal. Ketika anak merasa dipercaya, mereka akan lebih terbuka dan bersedia menerima bimbingan. Guru dan orangtua harus menjadi sosok yang dapat diandalkan, baik secara emosional maupun intelektual.
- Empati: Menyentuh hati anak
Empati adalah kemampuan memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dalam konteks pendidikan, Komunikasi empatik melibatkan kemampuan mendengarkan, memahami, dan merespons kebutuhan emosional anak. empati membantu guru dan orang tua memahami kebutuhan emosional anak. Tanpa empati, komunikasi hanya akan menjadi transaksi informasi tanpa kehangatan. Melalui empati, kita dapat mengenali “bahasa cinta” anak, seperti kata-kata pendukung, waktu berkualitas, sentuhan fisik, pelayanan, dan pemberian hadiah. Dengan mendidik melalui cinta, Pendidikan tidak hanya melibatkan otak anak tetapi juga hati mereka. Anak-anak tidak hanya merasa dicintai tetapi juga mampu mengembangkan potensi terbaik dalam dirinya.
- Supportif: Lebih dari Sekadar Mendengar
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam berkomunikasi. Ciri-ciri sikap suportif adalah berbicara secara deskriptif, berdiskusi dengan orientasi pemecahan masalah, menunjukkan ekspresi spontanitas tanpa tipu daya, mendengar dengan empati, merasakan adanya persamaan dan siap dievaluasi (provisionalisme). Seseorang yang bersikap suportif akan menjadi pendengar yang baik. Mendengarkan aktif adalah inti dari komunikasi interpersonal yang berhasil. Mendengarkan bukan hanya soal memahami kata-kata, tetapi juga memahami emosi di baliknya. Ketika anak merasa didengar, mereka akan merasa dihargai, yang merupakan bentuk bahasa cinta berupa waktu berkualitas. Interaksi antara guru dan siswa harus menggunakan kata-kata yang membangun, mendukung, dan memotivasi. Komunikasi positif menciptakan suasana yang kondusif bagi proses pendidikan.
- Sikap terbuka : Mengatasi Hambatan Komunikasi dengan Cinta
Sikap terbuka (open-mindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal. Sering kali, hambatan komunikasi muncul dari pola interaksi yang salah atau dogmatis. Misalnya, komunikasi satu arah di mana orang tua atau guru mendominasi percakapan, atau kritik yang disampaikan dengan nada menghakimi. Menilai pesan berdasarkan motif pribadi atau persepsi pribadi. Ketika anak menyampaikan cerita, orangtua menanggapinya dengan persepsi pribadi dan kaku. Agar komunikasi berjalan efektif hambatan komunikasi sebaiknya diatasi dengan sikap terbuka yang mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai dan yang terpenting saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal.
Bahasa cinta dalam komunikasi interpersonal bukan hanya teori, tetapi praktik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui buku Psikologi Komunikasi, Jalaluddin Rakhmat memberikan panduan untuk menciptakan hubungan yang lebih dalam, empatik, dan penuh cinta. Pendekatan ini tidak hanya memperkuat hubungan emosional, tetapi juga membantu anak tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan bahagia. Dengan memahami bahasa cinta, kita tidak hanya menjadi pendidik yang lebih baik, tetapi juga manusia yang mampu menciptakan dunia yang lebih penuh kasih sayang.
Sejalan dengan Jalaluddin Rakhmat, Munif Chatib menegaskan bahwa hubungan interpersonal yang sehat adalah fondasi dari pendidikan berbasis Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk). Dengan menjalin hubungan yang baik, guru dapat mengenali keunikan setiap siswa dan memberikan pendekatan belajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Hubungan interpersonal bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga jembatan untuk menyentuh hati siswa. Hubungan yang kuat antara guru dan siswa dapat menciptakan lingkungan belajar yang penuh semangat, inspiratif, dan mendukung perkembangan potensi individu secara maksimal.
Kreator : Iis Rosilah
Comment Closed: Bahasa Cinta dalam Komunikasi Interpersonal
Sorry, comment are closed for this post.