Balaroa, salah satu kampung selain Petobo, dan Jono Oge yang belakangan jadi fokus berita di berbagai media sepuluh hari belakangan pasca Gempa, Tsunami dan Liquifaksi mendera Kota Palu, Donggala dan Sigi.Bahkan juga menjadi pokok bahasan di tenda-tenda pengungsian, entah itu terkait dengan pertama kalinya Masyarakat mendengar istilah tersebut yang berkaitan dengan pergeseran tanah, atau bahkan melihat dan merasakan sendiri seperti apa kejadian dahsyat saat itu.
Di Tanah seluas lebih kurang 40 hektar berdiri 1045 rumah, seingatku perumnas Balaroa adalah perumahan pertama yang dibangun di Palu. Saya ingat betul ketika salah seorang sepupu saya tinggal di sana, saya masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Ketika diajak berkunjung oleh papaku, aku merasa daerah itu sangat jauh dari pusat kota tempat kami tinggal dan melihat rumah yang masih bisa dihitung jari, otak kecilku berpikir kenapa yah orang-orang mau mengambil rumah jauh-jauh ke daerah itu? Namun seiring dengan berkembangnya kota Palu dan mudahnya transportasi, maka perumahan tersebut pun menjadi sangat ramai, dan dengan cepat menjadi salah satu perumahan yang sangat padat penduduknya. Ada begitu banyak saudara dan kenalan kami kemudian yang memilih tinggal disana, dengan pertimbangan bahwa saat ini perumahan tersebut berada dalam kawasan kota, sangat dekat dengan akses pasar, rumah sakit umum dan hampir semua fasilitas publik. Perumnas Balaroa akhirnya menjadi aset yang bernilai tinggi bagi mereka yang memilih hunian di tempat tersebut.
Namun rentetan indah kisah istimewanya perumahan ini berakhir tragis saat kemudian Gempa dengan skala besar mengguncang kota Palu. Perumnas Balaroa dengan 1045 rumah hilang lenyap amblas tertimbun tanah, ratusan bahkan mungkin juga ribuan penghuninya pun turut tertimbun subhanallah….
Gempa, liquifaksi dan kebakaran meninggalkan kisah yang sangat memilukan bagi mereka yang selamat dan kehilangan. Sungguh bukanlah hal yang mudah untuk menerima takdir ini jika tidak dengan iman. Kehilangan rumah dan harta benda lainnya karena Gempa keras serasa belum cukup, liquifikasi tanah juga merenggut orang-orang yang mereka kasihi, belum lagi kebakaran yang terjadi ya salam… bencana ini terasa begitu komplet. Air mata yang menderas setiap kali mengulang kisah yang terjadi seharusnya mampu melegakan dada yang sesak oleh rasa nyeri dan pilu yang dirasakan. Tapi kehilangan ini sungguh dahsyat, luka yang ditorehnya pun mungkin tidak bisa hilang dalam sekejap. Meskipun orang mengatakan waktu akan sanggup menyembuhkan segala luka sedalam apapun namun luka ini memang harus diterima dengan iman dan keyakinan. Kehilangan sekian banyak anggota keluarga sekaligus dalam jumlah yang tidak sedikit, sebagian berlangsung di depan mata tanpa kita sanggup membantu tentulah pukulan telak bagi semua orang. Namun itulah fakta, dari berbagai cerita dahsyat yang kudengar di tempat pengungsian dan menyempatkan diri untuk melihat lokasi kejadian, benar-benar kejadian saat itu luar biasa dahsyat.
Saat gempa besar itu terjadi sebagian penghuni perumahan tengah bersiap sholat maghrib, ada yang bersiap ke masjid dan ada yang memilih sholat dirumah saja. Justeru saat seperti itulah Gempa besar melanda yang diikuti dengan pergeseran tanah yang yang berlangsung sangat cepat, menggulung rumah-rumah dan apa saja yang ada di atasnya, Sebagian yang berlari ke Masjid untuk berlindung, lari ke lapangan agar tidak tertimpa bangunan malah di gulung oleh liquifaksi, hingga bahkan lapangan tidak diketahui Dimana titiknya.
Kepanikan akibat Gempa besar membuat sebagian buru-buru keluar rumah, namun akhirnya memutuskan balik lagi masuk kerumah karena teringat masih ada anak, ibu, istri, dan orang tua mereka tertinggal didalam rumah. Yang balik kembali kerumah itulah yang kemudian banyak terkurung dan tidak bisa keluar lagi karena kemudian tanah seolah di blender menggeser rumah dengan cepat, menjebloskan ke dalam tanah lalu menimbunnya semuanya hanya dalam hitungan menit.
Subhanallah. Saksi mata mengatakan sesaat mereka terpaku karena demikian terkejut melihat bagaimana bangunan-bangunan yang demikian banyak bergerak serentak, bergeser diikuti retaknya tanah dan aspal jalan, tanah di sekeliling tiba-tiba membuka dan bergerak seperti gelombang sehingga mereka yang melarikan diri merasa tidak pernah sampai di tujuan karena mereka merasa sebenarnya mereka tidak sedang berlari maju, tapi justru berlari ditempat. Mereka terikut tanah yang bergerak seperti bergelombang. Ketakutan dan kecemasan membuat mereka berlari sekuat yang mereka mampu sambil berteriak menyebut nama Allah, bertakbir, bertasbih karena mereka merasa seolah dunia sudah akan berakhir.Dahsyatnya Ketika Tanah kemudian membuka langsung menyedot semua bangunan rumah masuk kedalam, dan tidak terhitung menit tanah tiba-tiba menutup kembali dan mengubur semuanya. Sejauh mata memandang hanya tinggal puing-puing runtuhan bangunan yang semula rusak karena goncangan gempa.
Perumnas Balaroa kemudian hilang. Pemandangan berganti seolah tak pernah ada satupun rumah disana. Sejauh mata memandang hanya tanah kosong berisi puing-puing bangunan , aspal jalan yang hancur dan porak poranda. Meninggalkan kesan seperti habis diaduk oleh tangan raksasa. Sebagaimana yang dikisahkan oleh seorang ibu yang terkurung dan tertimpa bangunan rumahnya bersama seorang putrinya di rumah sakit. Dia dan putrinya saling berpelukan, saat mereka tertimpa reruntuhan bangunan, dan tidak bisa keluar karena bahkan membebaskan diri saja mereka tidak mampu, tembok yang menghimpit dia dan putrinya begitu kokoh. Si ibu memeluk anaknya erat sambil berdoa, “ya Allah jika sekiranya hari ini Kau takdirkan sebagai hari terakhir kami, maka kami ikhlas, namun jika tidak ya Illahi kirimkan malaikat untuk membantu kami.” Saat itu putrinya masih memegang hp yang senternya masih menyala, putrinya juga masih dalam pelukannya, mereka tidak mendengar suara apapun , senyap dan harapan untuk ditemukan orang juga kecil. Karena suaminya yang siang hingga malam tadi izin pergi ke acara kantor belum ada tanda-tanda bisa menemukan lokasi mereka. Dan sesaat ketika si ibu terus berdoa mohon keajaiban, tiba-tiba dia mendengar suara lelaki bertanya apakah ada orang di bawa? Dia Pun berteriak memberi tahu bahwa mereka di bawah reruntuhan dan tidak bisa keluar. “Aku dan anakku terjepit reruntuhan” dan sungguh sebuah keajaiban ketika akhirnya mereka berdua bisa dikeluarkan dari reruntuhan oleh dua orang asing. Meski akhirnya dokter mengatakan bahwa putrinya mengalami patah tulang lengan dan kaki dan si ibu juga mengalami luka parah tapi kebahagiaan bahwa mereka ditolong oleh dua lelaki yang sampai saat ini mereka tidak tahu siapa adalah sebuah keajaiban dan kuasa Allah yang mereka terima saat bencana itu datang. Dengan air mata berlinang si ibu berkata” Subhanallah… ajal adalah ketetapan Allah, dan jika sekiranya belum saatnya maka Allah akan mengirimkan pertolongan untuk mengeluarkan kita dari kesulitan”
Sungguh serasa mimpi buruk bagi mereka yang mengalami. Tidak mudah untuk menanggung semuanya, bagi mereka yang memilih memiliki rumah disana,dan mengalami sendiri bencana dahsyat tersebut, Kejadian ini mungkin seperti mimpi buruk, tapi jika hanya mimpi maka pastilah saat ini keluarga mereka masih lengkap dan utuh, rumah mereka masih berdiri kokoh. Tapi ternyata yang mereka pikir mimpi buruk itu rupanya nyata, mereka kehilangan segalanya. Kehilangan anggota keluarga, juga kehilangan harta benda. Sangat kita pahami bahwa luka para korban sangat dalam, sulit menerima kehilangan yang demikian besar sekaligus, kehilangan anggota keluarga, kehilangan harta benda. Hingga jika tidak kita kembalikan semua perasaan ini kepada Sang Pencipta, pemilik alam semesta mungkin kita akan terus terpuruk dalam kubangan protes, frustasi, penyesalan dan kesedihan yang tak pernah putus.
Sebagai Manusia tentu sangat manusiawi kita merasakan semua derita kehilangan itu sebagai sesuatu yang menyesakkan dada, membuat hati perih setiap kali mengingat bagaimana peristiwa itu terjadi, namun sebagai seorang yang beriman kita pasti sadar bahwa selalu ada factor X yang tidak bisa kita tolak kehendakNya, kita harus menerima ini sebagai ujian, tanda cinta Illahi kepada kita. Bukankah Allah tidak akan menguji hambaNya melampaui batas kekuatan hambaNya, Jadi ingat pesan seorang teman via WAG tadi pagi “Cara Allah menyayangimu bukan dengan meringankan masalahmu, tapi dengan menguatkan jiwamu sehingga sehebat apapun masalahmu kau tetap bertahan dan tak menyerah.
Kita semua berharap ujian dahsyat ini akan menguatkan bahu kita semua, menjadikan kita manusia yang lebih baik, menambah kecintaan dan kedekatan kita pada Illahi, Sang Pemilik Hidup. Dan Jika kita menjadikan cinta Allah sebagai yang pertama, niscaya luka yang kita punya tak akan bertahan lama.
Kreator : Anna Sovi Malaba
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Balaroa Kampung Yang Hilang
Sorry, comment are closed for this post.