KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Balon Jingga

    Balon Jingga

    BY 07 Agu 2024 Dilihat: 70 kali
    Balon Jingga_alineaku

    Sudah beberapa hari Danki berada di pulau itu. Hutan itu menurutnya lumayan memberikan makanan yang berlimpah. Ia merasa tidak pernah kelaparan karena persediaan makanan banyak, buahan-buahan yang tumbuh di segala penjuru hutan, aneka dedaunan muda yang enak, air yang mengalir begitu segar. Di luasnya hutan yang belum seberapa jauhnya ia telusuri itu telah memberinya banyak persediaan makanan. Ia yakin akan lebih banyak lagi makanan yang akan ia temukan jika memasuki lebih dalam ke hutan itu. 

     Namun walaupun persedian makanan berlimpah di hutan itu, sampai saat ini Danki belum menemukan binatang lain sekedar memastikan bahwa hutan itu dihuni bukan dirinya saja, bukan hanya serangga yang ada. Danki tidak berharap banyak hanya saja sendiri di hutan yang kaya seperti itu bukanlah sesuatu yang lebih menyenangkan jika hanya untuk mengenyangkan perutnya saja. Harapanya ada binatang lain yang bisa Ia tanyai perihal hutan itu.  Di dalam lubuk hati yang terdalam Danki yakin bahwa di hutan itu ada binatang lain, setidaknya dari jejak buah-buahan yang dimakan dengan tidak sempurna itu menandakan ada binatang pemakan buah-buahan selain dirinya. Harapanya tentu menemukan binatang yang sejenis sejenis seperti dirinya yaitu kelompoknya seperti dulu. 

     Suatu hari ketika Danki sedang berada di atas sebuah pohon belimbing dengan buah-buahnya yang lebat dan masak-masak walaupun selalu ada jejak buah yang berlubang oleh gigitan binatang lain, dan tentunya kotoran burung yang ia yakini adalah burung yang pernah ia temui waktu pertama kali ia datang. Danki tidak yakin kalau semua buah itu adalah ulah dari sang burung jalak kuning, namun walau bagaimanapun Itu menjadi suatu tanda ada binatang lain yang harusnya bisa Ia tanyai perihal pulau tersebut.

     Ketika Danki sedang asyik memakan buah belimbing yang begitu segar, di bawah sana tepat di bawah pohon belimbing seekor ular sanca sedang merayap berjalan. 

     Ular itu nampak mengerikan, sisiknya bercorak lurik seperti corak batik, berwarna hitam abu dan krem, berjalan dengan anggun. Anehnya di belakang ekornya seperti berbulu, layaknya ekor binatang berbulu entah monyet, kucing atau sejenisnya dan berwarna merah. Bagaimana mungkin binatang reptil seperti ular memiliki ekor aneh. Danki hanya bisa terdiam mematung memperhatikan makhluk merayap itu dengan tegang, walaupun dalam hati Ia ingin bertemu binatang lain, ingin sekali menyapa binatang yang akan ia temui, tapi sepertinya tidak demikian untuk binatang yang satu ini selain kondisinya yang tidak masuk akal pada ekornya akan berisiko jika ia bersikeras untuk menemuinya secara langsung. Alih-alih ingin sekedar menyapanya malah mungkin akan menjadi santapanya. 

     Ular itu tidak menunjukan bahwa Ia sedang diperhatikan oleh seekor kera yang berada di atas pohon itu. Jika diperhatikan lebih jauh lagi ular itu sepertinya berjenis kelamin perempuan, entahlah darimana pendapat itu Danki tangkap seperti mengira-ngira saja makhluk anggun itu berjalan begitu gemulai namun mengerikan di atas tanah yang dipenuhi dedaunan kering yang berguguran. Makhluk itu nampak acuh dengan sekitarnya. 

    Setelah pertemuan dengan seekor ular betina yang berlangsung sangat kaku itu, di lain kesempatan Danki juga bertemu lagi dengan makhluk lain. Kali ini tidak seperti sebelumnya bertemu dengan makhluk predator yang mengerikan. 

     Siang itu seperti biasanya matahari bersinar terang. Sebuah pohon jambu merah tumbuh di tengah hutan yang sedikit disinari matahari, penyinaran atap hutan yang sedikit bolong memperlihatkan sinarnya bagai sorot lampu senter dari atas atap hutan. Pohon jambu itu tidak terlalu besar namun daunnya subur dan buahnya lebat berwarna merah terlihat ramai bagai lonceng merah yang menyala dari kejauhan. 

     Ketika Danki sedang asyik memakan buah jambu merah sambil bergelayutan dari satu dahan ke dahan lainya, ia menemukan seekor binatang berdiri di salah satu dahan, ia memandangi Danki dengan diam seperti mematung dengan kedua kaki depannya terangkat berdiri seperti mengintai. Binatang itu juga berbulu seperti dirinya, berwarna coklat keemasan ketika diterpa sinar matahari. Ekornya menjuntai membentuk huruf S dan monconya yang mungil nampak komat-kamit sambil memandangi Danki. 

     Danki mendekati makhluk itu dan makhluk itu juga tidak menjauh bahkan tersenyum seperti menyambut Danki seakan ia senang bisa bertemu dengan binatang lain. Danki kira makhluk itu akan lari ketika ia mendekatinya nyatanya tidak demikian. 

      Namanya Ry. Seekor tupai mungil yang sangat lucu, bulunya yang kuning keemasan membuatnya terlihat semakin lucu. 

    “hy” sapa Danki pada makhluk itu

    “hy” balas makhluk itu. 

     Danki tidak menyangka antara kaget dan bingung, ada seekor binatang yang beda jenis bisa memahami apa yang ia katakan. Sama-sama bisa berbicara dalam bahasa yang sama. Ini sungguh sangat aneh

    “sudah lama di situ?” Sambung Danki.

    “ ya begitulah” balasnya lagi.

    “mau makan jambu?”

    “ya tentu saja, aku seekor tupai tidak mungkin akan makan daun”

    “hahah bisa saja kau ini, oia perkenalkan namaku Danki”

    “nama yang aneh. Kamu siluman keledai yang berubah jadi kera kah?”

    “haha tentu saja tidak, itu hanyalah nama tidak ada hubunganya dengan keledai nama dalam bahasa inggris itu, aku murni seekor kera bukan makhluk jadi-jadian yang kamu kira kecuali hutan ini yang aneh. Tapi ngomong-ngomong kita berdua sesungguhnya aneh bagaimana mungkin bisa memiliki nama”

    “oke, Aku pikir aku sendirian disini ternyata ada makhluk lain di tempat ini bukan hanya aku. Aku baru datang pagi tadi tersadar dari entahlah disebut tidur atau apa yang jelas sadar-sadar sudah berada di sini”

    “kamu beruntung sekali belum sehari sudah ketemu binatang lain, aku sudah beberapa hari ini di sini baru pertama kalinya bertemu dengan binatang, lebih tepatnya binatang yang bisa disapa dan diajak bicara sepertimu. Kupikir tidak akan ada binatang lain yang bisa aku ajak bicara. Dunia kita aneh sekali”

    “iya benar, aku bisa bicara denganmu primata yang suka bergelantungan di pohon ke pohon”

    “Oia namaku Ry” sambung sang tupai lagi

    “wah nama yang lucu sekali, eh aneh lebih aneh dari namaku. Singkat dan sangat hemat ternyata namamu”

     Setelah perkenalan dan obrolan yang singkat itu, mereka berdua menjadi langsung akrab mungkin karena baru pertama kalinya bertemu dengan sesama binatang yang bisa diajak bicara. 

     

    Mereka berdua pun akhirnya saling berkenalan, mengenalkan diri masing-masing lalu makan buah jambu merah bersama, asyik dalam obrolan. Sang tupai yang baru datang dari sebuah daratan jauh, baru 1 hari ia berada di pulau tersebut di bawah pohon beringin besar ia tergeletak entah bagaimana. Ceritanya hampir sama seperti yang dialami oleh Danki, ia yang terdampar di pulau tersebut entah bagaimana tahu-tahu sudah berada di tempat itu. Seharian penuh ia berjalan menyusuri hutan seorang diri mencari kesadaran dirinya, tidak tahu bagaimana betapa asingnya tempat itu baginya. 

     Kata sang tupai pada waktu itu ia sedang berada di atas sebuah pohon kelapa, sedang melakukan aktifitas seperti biasanya memakan kelapa sambil menikmati angin pantai yang semilir sejuk. Tiba-tiba dari arah lautan sebuah badai bersamaan air laut yang menggulung tinggi datang lalu menyapu daratan. Ia tidak sempat bergerak untuk berlari menghindar dari tsunami itu. 

     Hari-hari berikutnya Danki dan Ry aliaas si tupai emas semakin akrab, mereka melakukan perjalanan jauh menyusuri hutan untuk mencari kesenangan bukan lagi sekedar mencari makan karena hutan yang rimbun dan lebat tersebut pada hakikatnya sejengkal saja berpindah dipenuhi aneka tanaman pangan yang buahnyanya lebat lagi ranum matang. 

     Mereka berdua begitu asyik melakukan penjelajahan hutan, dari satu pohon ke pohon lainya buah rambutan, buah kedongdong, buah pisang, nanas atau buah apapun sangat lengkap di hutan itu. Buah jambu menjadi buah favorit mereka, karena mereka anggap buah jambu adalah awal dimana mereka bertemu. 

     Suatu hari Danki bilang kepada si tupai emas itu akan kepenasaranya hutan itu. 

     “Ry, menurutmu apakah tempat ini sangat aneh?” kata Danki kepada si tupai emas

    “aneh? mungkin” jawab singkat Ry sambil mulutnya sibuk memakan jambu biji yang entah bagaimana ia lebih suka mengunyah jambu biji yang kurang masak katanya lebih suka yang teksturnya sedikit keras dan bijinya juga ia makan

    “aku sangat penasaran dengan hutan pulau ini, apakah di dalam sana menyimpan sesuatu yang besar misal ada harta karun yang tidak kita duga atau sebuah rahasia besar yang tidak kita tahu sebuah jawaban atas apa yang terjadi sebelumnya. Apakah kamu tidak berpikir bagaimana mungkin kita sebagai binatang bisa saling berbicara. Bukankah itu sangat aneh”

    “wah aku juga sangat penasaran dengan hutan ini, kemarin-kemarin aku sempat bertemu dengan binatang lain. Sekelompok serangga tapi mereka aku coba ajak bicara sepertinya tidak seperti kita. Mereka nampak acuh begitu saja“

    “apakah kamu tidak merasa aneh dengan bentuk gunung di sana yang berada di tengah pulau ini, bagaimana mungkin sebuah gunung besar seperti itu bisa berwarna merah“

     Hingga beberapa minggu lamanya mereka berdua lewati, waktu terasa begitu cepat rasanya sangat monoton hidup hanya sekedar bermain dan makan saja. Danki memiliki impian yang entah kapan impian itu muncul namun yang jelas semenjak ia terdampar di pulau itu dan pertanyaan-pertanyaan lainya perihal keanehan yang ia rasakan, bagaimana ia bisa berbicara dengan seekor tupai padahal jelas-jelas dirinya dengan tupai adalah binatang yang beda jenis. 

     Danki mengatakan akan mimpinya itu bahwa ingin menjelajahi hutan tersebut lebih dalam lagi dan mengelilingi pulau tersebut yang menurutnya dipenuhi misteri. Banyak hal yang tidak terduga yang entah bagaimana dirinya terdampar di pulau ini bukan suatu hal yang biasa saja. Tsunami besar yang terjadi membawanya ke pulau kaya tersebut di tengah lautan namun pulau tersebut tidak mengalami kerusakan sedikitpun. Ry juga berpikir demikian pada Danki akan minatnya menjelajahi hutan dan mengelilingi pulau tersebut untuk mengungkap misteri yang tersembunyi di balik semua kejanggalan itu. 

     Namun keakraban antara Danki dan Ry tidak berlangsung lama setelah bertemu binatang lain yang bergabung. 

    Sore itu Danki bersama Ry sedang asyik makan buah apel di salah satu pohon di sisi hutan, semilir angin sore dengan langit yang sudah hampir menggelap memberikan senja yang begitu damai. Langit jingga yang begitu indah membuat sore itu semakin syahdu. Bersantai sambil menikmati sunset adalah sebuah kenikmatan yang tiada duanya. Pohon apel itu tidak terlalu tinggi namun tumbuh subur dengan tangkainya yang panjang menjuntai ke segala arah hingga beberapa menyentuh tanah karena berat dari buah apel yang sangat lebat. Bahkan Danki bisa memakan buah apel itu dan memetiknya dari rerumputan sambil rebahan di bawah pohon apel tersebut. 

    “senang sekali rasanya bisa hidup seperti ini Ry. Kita bisa makan segala jenis buah yang ada di hutan ini. Ini benar-benar surga menurutku“ kata Danki di sela mengunyah buah apel sambil tiduran di rerumputan bagai Raja yang malas dilayani pelayan. 

    “iya, kau benar sekali Dan, ini sungguh surga dunia sekali“

     Danki dan Ry asyik menikmati santapan sore itu, sementara sore semakin gelap. 

    Tanpa Danki dan Ry sadari seekor binatang datang dan tiba-tiba gabung di pohon apel itu. makhluk itu tidak menunjukan kata permisi sekedar berbasa-basi untuk sekedar menyapa tahu nyelonong begitu saja ikut makan buah apel. Awalnya Ry tidak menyadari kedatangan makhluk itu namun disadarkan oleh Danki yang kemudian mereka berdua hanya bisa terdiam memperhatikan makhluk yang baru datang itu. Ia terbang diantara hari yang sudah mulai menggelap, dari satu dahan ke dahan lainya, dari satu buah ke buah lainya dengan tidak menghabiskan satu buah hingga habis, meninggalkan banyak buah menjadi berlubang di sana-sini. Danki yang tadi asyik makan, kini apel yang ada ditanganya seketika terjatuh begitu saja sambil terpelongo memperhatikan makhluk sialan itu. sementara Ry terdiam dengan kedua tanganya memegang apel masih berada di mulutnya yang tidak ia selesaikan gigitanya. 

     Setelah beberapa saat kemudian makhluk itu sadar ada makhluk lain sedang memperhatikanya. 

    “oh hay“ kata si binatang itu, yang tadi dengan cepat mengunyah makanan lalu berhenti seketika ketika melihat Danki. Kunyahan penuh di mulutnya seketika itu ia muntahkan. Tanpa ada dosa ia menyapa begitu saja seperti merasa sudah akrab. 

    “hy“ jawab Danki dengan heran, 

    “wah kamu bisa bicara“ sambung makhluk itu lagi antara kaget dan gembira. Sepertinya ia baru pertama kali bertemu dengan binatang yang bisa ia ajak bicara. 

    “ya begitulah“ jawab Daki lagi

    “sudah lama di sini?“

    “lima hari yang lalu kami sudah makan di sini“ kini giliran Ry menjawabnya yang membuat binatang itu kembali terkaget

    “wah siapa kau?“ kaget makhluk itu

    “setan! Kau pikir kami apa? Kamu datang tanpa permisi nyelonong begitu saja, tanpa basa-basi memakan semua apel ini dan kau menodai semuanya tanpa kamu habiskan apel-apel itu“ jengkel Ry kepada makhluk bersayap itu. 

     Seekor kelelawar berbulu coklat makhluk nokturnal itu datang secara tiba-tiba begitu saja tanpa basa-basi mengacaukan sore itu. Memakan buah dengan tidak menghabiskannya. Menjadikan apel-apel itu tidak sempurna lagi. Danki akhirnya mengetahui ternyata makhluk itulah penyebab kroaknya buah-buahan di hutan itu.

     Makhluk itu tidak mau ambil pusing, ia malah mengacuhkan Danki dan Ry, kembali memakan apel yang ada di hadapannya. Memakan buah apel itu seperti biasanya memakan setengah bagian lalu ia tinggalkan. Entah apa maksud semua itu yang jelas membuat Danki dan RY bingung dan yang lebih membuat Danki dan RY terheran-heran tak habis pikir lagi kelelawar itu menggigit buah apel yang sedang Ry makan, membuat RY kesal dan melempar apel ditanganya itu ke tanah. 

    “eh dasar kampret, kurang ajar sekaki kamu ini“ kesal Ry kepada makhluk itu yang tidak mengenalkan namanya dan seketika keluar nama itu karena kelakuanya. Namun ternyata tidak membuat sang kelelawar menjadi takut malah ia semakin tengil dan rese dengan terbang hinggap di Kepala Danki. Danki tidak mau ambil pusing dan memutuskan untuk diam. 

     Akhirnya mau tidak mau mereka bertiga pun makan bersama di satu pohon yang kini menjadi ribut oleh keisengan sang kampret. Semakin malam mereka bertiga masih berada di pohon apel itu. kata Kampret ia juga binatang yang terdampar di pulau itu. ia sudah lama berada di pulau itu entah berapa lama. Pada waktu itu ia yang sedang tidur siang tidak menyadari adanya bencana sadar-sadar angin besar menyapu tempat ia berada, belum sempat ia kabur air besar yang menggulung tinggi dari laut menyapu segalanya. 

     Namun  ia sangat senang berada di pulau itu, ketika terbangun awalnya takut dan merasa asing,  pada akhirnya ia menyadari bahwa hutan itu sangat kaya dan menyimpan makanan yang berlimpah membuatnya tidak lagi merasa takut atau ingin pergi dari pulau itu. 

     Hari-hari berikutnya mereka bertiga lebih sering bertemu, kadang ketika Danki dan Ry sedang makan berdua di suatu pohon sang Kampret datang menghampiri mereka walaupun di siang hari. Rasanya itu cukup aneh. Makhluk yang bisanya aktif di malam hari kini bagaimana mungkin bisa berevolusi menjadi makhluk siang. Apakah ia tidak merasa sakit matanya ketika diterangi sinar matahari yang menyengat. 

     Lagi dan lagi pertemuan itu berlanjut. Hingga pada akhirnya Danki merasa itu menjadi membosankan karena selain obrolanya sudah tidak lagi menarik baginya, Danki juga merasa sering diacuhkan. Ry dan Kampret lebih sering asyik berdua ketimbang mengajak Danki untuk bersenang-senang. 

     Sampai suatu hari Danki kembali menanyakan perihal mimpinya untuk mengungkap misteri pulau itu namun tidak disangka jawaban yang ia dapat diluar dugaanya. 

    “sudahlah, kita nikmati saja yang ada, kau tahu hutan ini sangat kaya dan berlimpah akan sumber makanan. Kau tidak perlu mengkhawatirkan hidupmu yang sudah jelas di sini kebutuhan hidup sudah tersedia“ kata sang Kampret kala itu. Mematahkan semangat Danki yang begitu besar. 

     Setelah menerima jawaban dari si Kampret Danki menjadi tidak bersemangat untuk ikut lagi berkumpul dengan si tupai emas dan kelelawar coklat. Sepertinya memang Danki sudah tidak cocok lagi terus bersama mereka. Pertemuan itu hanyalah milik mereka berdua. 

     Hari-hari berikutnya Danki memutuskan untuk menghabiskan waktunya sendiri saja, ia merasa malas bertemu dengan dua makhluk itu. hari-hari ia mencari makan ke seluruh hutan. Danki banyak mendapati pohon-pohon dengan buah yang rusak dimakan binatang lain. Sudah barang tentu dan tidak mungkin lagi selain kerjaan si Kampret. 

     

     

    Kreator : Doni Widodo

    Bagikan ke

    Comment Closed: Balon Jingga

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021