KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Bapak… Ini Dede…

    Bapak… Ini Dede…

    BY 16 Sep 2024 Dilihat: 28 kali
    Bapak… Ini Dede…_alineaku

    Malam sangat pekat memayungi langit yang terisak… 

    duduk diam dalam keheningan…

    Hilang…

    Ada yang hilang…

     –

    “Pak… Ini Dede datang, Pak.”

    Alisnya terangkat, matanya tetap terpejam, tubuhnya terbaring lemah tanpa daya hanya terdengar suara hembusan nafas yang terus berulang melalui selang.

    “Pak, yang kuat, ya. Doa ya, Pak.”

    Matanya terbuka menatap penuh duka. Ku genggam tangannya yang terpaksa harus diikat karena hati teriris dan berontak pada peralatan medis.

     – 

    “Punteeeennn…ini…” Seorang pengamen datang membawa dan menyerahkan sebuah gitar kecil miliknya.

    “Apa ini, teh?”

    “Ini, kata Bapak suruh bawain ke sini.” 

    Setengah bingung aku pegang gitar itu dan pengamen pun pergi. Tak berapa lama Bapak pun datang.

    “Pak, ini buat Dede?”

    Bapak hanya tersenyum dan berkata, “Ya. Kamu kan mau. Tapi, Bapak ndak bisa beliin yang baru. Tadi ditukar sama uang lima puluh ribu. Eh, dia mau. Sekalian buat hadiah Dede ikut tes masuk universitas.”

    “Wahh!! Makasih ya, Pak.”

    Aku mulai asik sendiri dengan gitar kecil tadi dengan mencoba memainkan lagu lama.

    Kekasihku apa yang kau risaukan? 

    Kerjamu hanya melamun saja. 

    Tak berguna kau bersedih hati, tertawalah sayaaang.

    “Haduuhh, dari tadi lagunya ituuuuu terus.” Mamah mulai terganggu.

    “Iya, Mah. Katanya kan kalau main gitar harus belajar satu lagu sampai lancar baru nanti bisa nyanyi semua lagu” jawabku.

     – 

    “Apa itu, Suster?”

    “Ini makanan buat Bapak.” Suster kembali menyuntikan makanan melalui selang.

    “Makan yang banyak ya, Pak. Supaya cepet sembuh.” Aku berbisik di telinganya. Berharap bisikanku terdengar olehnya.

     – 

    “Eeeeee….. Bapaaaaakk….!!!” Panggilku kaget sekaligus senang. Tergesa Aku masuk dalam warung burjo (bubur kacang ijo) dekat kos-ku. Ternyata Bapak sudah cukup lama menunggu.

    “Baru pulang, De?”

    “iya, Pak. Bapak udah dari tadi, ya?”

    Ndak, kok. Kamu mau makan, ndak?’

    “Hmmm. Ndak ah, Pak. Yuk ke kos aja!” Dengan hati senang aku dan Bapak berjalan menuju tempat kos di kota Yogyakarta.

    “Kereta dari Bandung jam berapa, Pak?”

    “Tadi pagi, sekitar jam tujuh.”

    “Ya udah, Bapak istirahat dulu. Nanti kita jalan-jalan ya, Pak.” 

    Bapak langsung setuju dan tertidur. Tampak wajah lelah sisa perjalanan tadi. Setelah cukup istirahat Bapak langsung mengajakku keluar.

    “Ayo, De. Kamu butuh apa?”

    “Hm, apa ya?”

    Bapak menyerahkan selembar kertas kecil. Begitu melihatnya, aku langsung tahu itu tulisan tangan kakakku yang nomor dua. Kak Mety menuliskan pesan tentang barang-barang yang sekiranya dibutuhkan dan harus dibeli. Kami pun masuk ke salah satu pusat perbelanjaan yang harganya cukup miring sesuai ukuran kantong anak kost. Tak banyak yang dibeli karena aku sendiri bingung.

    “Nih, De,” Bapak memberikan dua sapu tangan kecil berwarna biru dan merah muda. 

    “Siapa tahu perlu.”

     – 

    “Gimana, Kak?” Tanyaku begitu masuk dalam ruang ICU.

    “Lagi tidur, De.” Jawab Kak Mety.

    “Kok dari tadi tidur terus? Posisinya juga ga berubah, ya?” 

    Kak Mety coba merasakan detak nadi Bapak.

    “Detak nadinya cepet banget, De.”

    Trus, artinya apa?”

    “Ya, bapak lagi tidur. Kita doa aja, De.”

     =

    “Pulang malem terus!” Dengan nada marah Bapak menegurku.

    “Habis ngelesin, Pak.” Sahutku sedikit jengkel. Kulirik jam dinding sudah pukul 22.30.

    Ngeles apa sampai malam gini?” 

    Tanpa menjawab, Aku langsung menuju kamar mandi membasuh muka.

    “Dede teh dari mana atuh?’ tanya Mamah lembut.

    Ngeles, Mah.”

    “Mamah sama Bapak khawatir, De. Setiap hari kamu berangkat jam setengah enam pagi sampai malam gini baru pulang.” 

    Aku hanya diam.

    Mamah melanjutkan, “Mamah sama Bapak kasihan sama kamu. Takut kamu sakit.”

    Ndak, Mah. Tenang aja.”

     –

    “Keluarga Tuan Christofianus.” Panggil Suster dengan tergesa.

    “Iya, Saya.” Aku menjawab dan langsung mengikuti Suster masuk dalam ruang ICU.

    “Maaf, Anda siapanya, ya?”

    “Saya anaknya, Suster.” 

    Dari bahasa tubuh dan intonasinya, aku sudah curiga. Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan Bapak.

    “Begini, Bu. Dari jam dua hari Sabtu kemarin, Bapak sudah tidak ada respon. Kami sedang berusaha memberikan suntikan agar Bapak bisa bereaksi.”

    Tiga orang Suster bergantian memberi tekanan di atas dada Bapak. Kupegang telapak kakinya, sangat dingin. Dokter hanya diam, wajahnya serius melihat layar monitor.

    “Gimana, Dok? Gimana Bapak Saya?”

    “Ya, detak jantungnya tidak stabil. Kami sudah memberikan enam kali suntikan.”

    “Jadi, artinya gimana, Dok?’

    “Ya, kami akan berusaha lakukan yang terbaik.” 

    Perih rasanya saat mendengar itu.

    “Ya, yang terbaik. Yang terbaik, Tuhan. Buat Bapak. Aku mohon.” pintaku dalam hati.

    Dokter dan tiga orang Suster terdiam dan menyerah. Aku berusaha membaca maknanya.

    “Tuhan. Inikah yang terbaik dari-Mu untuk Bapakku?”  

    Kuraih tangan Bapak, kurasakan denyut nadinya.

    “Bapak, kami ikhlas.”

     

     

    Kreator : Fransisca Dafrosa

    Bagikan ke

    Comment Closed: Bapak… Ini Dede…

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021