KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Bayangan Sejarah

    Bayangan Sejarah

    BY 06 Agu 2025 Dilihat: 1 kali
    Bayangan Sejarah_alineaku

    Dari Bayang-Bayang Sejarah Kelam Menuju

    Pelayanan Untuk Banyak Orang

    Lahir di Kulon Progo pada 10 Juni, saat pergantian pemerintahan Orde Lama ke Orde Baru, aku tidak menyangka bahwa perjalanan karirku akan menjadi refleksi dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

    Aku lahir saat Indonesia bergolak. pasca pemberontakan G.30 S. PKI yang gagal, jutaan anak yang lahir di tahun 1965-1970, hidup dalam situasi masyarakat yang penuh dengan ketidakpastian dan kekerasan. Perburuan anggota dan simpatisan PKI berlangsung masif di seluruh Indonesia. Ribuan orang dieksekusi mati, dibuang ke sumur alam di pegunungan kapur selatan, dan banyak yang terbuang tak tentu rimba kuburnya. Jutaan orang jadi narapidana politik yang dibuang ke Pulau Buru, hidup di alam yang ganas, menahan rindu keluarga dan kampong halaman, hingga mendapat kebebasan di tahun 1980. 

     

    Ayahku bekerja di balai pembenihan. Orang-orang di kampungku menyebut tempat itu sebagai lambau (Bhs Belanda: Landbouw). Konon, Ayah sering diajak temannya kumpul-kumpul. Rupanya, itu kumpulan serikat buruh PKI. Untunglah Ayah segera pergi ke Jakarta untuk mencari aman dan pekerjaan baru. Banyak temannya dibuang ke Pulau Buru hingga bertahun-tahun terpisah dari keluarga. Namun, di KTP Ayah dan Ibu terdapat cap PKI yang menjadi stigma bagi keluargaku. Kami dikucilkan, dibenci, dan dibully sebagai keluarga PKI. Tak satupun dari kami yang bisa diterima menjadi pegawai negeri. Bukan karena kami tak pintar, tapi karena memang sudah minder duluan, mendaftar juga pasti tidak lolos tes ideologi.

     

    Tanpa sosok Ayah, aku bertumbuh dan berkembang sebagai anak lelaki di antara tujuh perempuan. Perempuan pertama adalah Ibu, yang enam lagi adalah kakak dan adik-adikku. Ya, aku anak lelaki satu-satunya dalam keluargaku di antara tujuh bersaudara. Empat kakakku, dan dua adikku, semuanya kaum hawa. Aku pun harus belajar untuk menjadi tangguh dan mandiri. 

     

    Keseharianku dipenuhi dengan kegiatan anak laki-laki desa, seperti mencari kayu bakar, memanjat pohon, berenang menyeberangi sungai, dan bermain perang-perangan di gunung pasir. Namun, aku juga belajar untuk menghargai pendidikan sebagai kunci untuk mencapai kesuksesan.

     

    Dengan tekun dan semangat, aku berhasil menempuh pendidikan di sekolah negeri. Dari Sekolah Dasar (SD), SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi (Universitas), aku tak pernah sekolah di luar negeri (alias sekolah swasta). Lulus kuliah dari Jurusan Antropologi Fakultas Sastra UGM Yogyakarta pada tahun 1992 menjadi titik awal perjalanan karirku. Aku mengikuti upacara wisuda sarjana di Balairung Bulaksumur, ikon UGM yang membanggakan. Dan setelah itu mendapatkan ijazah UGM, yang semakin menambah kepercayaan diriku. 

     

    Perjalanan karirku tidaklah mulus. Aku mencari pekerjaan di berbagai tempat, dan gagal di sana-sini. Setelah hampir setengah tahun memasukkan puluhan lamaran ke berbagai instansi dan perusahaan atau lembaga, aku mendapatkan pekerjaan sebagai pengajar part time di suatu akademi pariwisata di Jakarta Timur. Selama 13 tahun, aku mengajar Sejarah Kebudayaan Indonesia dan Sosiologi, membagi pengetahuan dan pengalaman kepada generasi muda.

     

    Selain itu aku juga mengajar di SMP dan SMA swasta di kawasan Cakung, Jakarta Timur. Dengan sepeda motor Honda Legenda yang butut, aku berangkat pagi-pagi melintasi kemacetan dan kadang hujan di sepanjang perjalanan. Pukul 07.00 mulai mengajar sampai pukul 08.30, lanjut ke kawasan Jakarta Barat untuk melakoni pekerjaan sebagai wartawan di media nasional. 

    Aku juga pernah mencoba mendaftar sebagai pegawai negeri di Direktorat Kebudayaan Kemendikbud, tetapi tidak diterima. Meskipun tidak lolos, aku tidak kecewa karena proses seleksi itu membuktikan bahwa aku bukan orang bodoh, hanya nasib yang belum baik.

     

    Perjalanan karirku berlanjut sebagai wartawan di sebuah majalah nasional selama 19 tahun (1997-2017). Diterima sebagai wartawan magang, berangsur naik karir menjadi wartawan tetap, penjaga rubirk, sampai redaktur pelaksana. Jabatan terakhirku hasil dari mengikuti asesmen, aku dipercaya sebagai Pemimpin Perusahaan. Selama enam bulan mengembang tugas itu  aku pindah bekerja di penerbit dan percetakan ternama di Yogyakarta. Belum setahun bekerja di situ, aku alih profesi sebagai marketing tour ziarah ke Yerusalem dan Lourdes, tetapi terhenti karena pandemi.

     

    Tahun 2020, aku pindah bekerja di rumah duka sebagai kepala bagian operasional, humas, dan umum. Aku merasa bahwa perjalanan karirku beragam dan lancar, tetapi mengapa aku tidak mempunyai penghasilan yang besar? Jawabannya sederhana: aku bekerja di yayasan yang tidak mencari profit, tetapi untuk melayani banyak orang.

     

    Bekerja menjadi ajang untuk melayani banyak orang, membahagiakan banyak orang, namun tingkat kesejahteraan dalam kehidupanku sendiri terbatas. Aku tidak menyesali pilihan ini, karena aku percaya bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari materi, tetapi dari dampak positif yang kita berikan kepada orang lain.

     

    Perjalanan karirku adalah refleksi dari perjalanan hidupku, penuh dengan lika-liku dan tantangan. Namun, aku tidak akan pernah menyesali pilihan-pilihan yang telah aku buat, karena semuanya telah membentuk aku menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih berarti.

     

     

    Kreator : Anton Sumarjana

    Bagikan ke

    Comment Closed: Bayangan Sejarah

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021