Pada saat pelatihan pengajar muda Indonesia Mengajar, ada salah satu sesi pelatihan yang berisi penjelasan tentang kondisi daerah penempatan, mulai dari lokasi geografis, topografi, karakteristik budaya, maupun kondisi pendidikannya. Salah satu yang kuingat dari apa yang kakak fasilitator pelatihan sebutkan tentang kabupaten Nias Barat adalah bahasa daerah Nias yang masih menjadi bahasa utama yang digunakan di sana.
Awalnya, aku tidak memiliki bayangan apapun terkait hambatan bahasa yang kualami nantinya selama pelatihan berlangsung. Sampai pada waktu aku berangkat ke daerah penugasan di Nias Barat, disana aku mulai menemukan hambatan bahasa antara aku dan masyarakat. Misalnya, ketika mengajar di kelas, ada beberapa kosakata yang tidak dipahami murid-muridku dalam Bahasa Indonesia, contohnya istilah-istilah dalam matematika seperti luas dan keliling.
Didasari oleh keinginan untuk memahami masyarakat lebih dalam, ditambah juga keinginan untuk bisa menyampaikan pembelajaran yang lebih dipahami oleh anak-anak, maka aku berusaha untuk mempelajari bahasa Nias. Jujur saja, masyarakat Nias Barat sangat senang apabila mendengar orang luar daerah Nias berbicara dengan bahasa mereka. Ekspresi senang yang mereka tunjukkan ketika mendengarku belajar bahasa mereka menambah semangatku untuk lebih giat dalam belajar bahasa Nias.
Berdasarkan pengalamanku, bahasa Nias termasuk bahasa yang cukup mudah dipelajari tetapi juga banyak kesulitannya. Selain kosakata yang berbeda dari kosakata bahasa Indonesia, tata bahasa Nias juga cukup berbeda dengan tata bahasa Indonesia. Salah satu contohnya yaitu dalam bahasa Nias, kata subjek yang disandingkan dengan kata kerja menjadi satu kata baru. Misalnya dalam bahasa Nias, kata “makan” adalah manga, kemudian bahasa Nias dari kata “aku” adalah yaodo, akan tetapi bahasa Nias dari “aku makan” adalah “mangado” yang merupakan gabungan kata dari manga dan yaodo.
Setelah mengobservasi struktur bahasa Nias, aku bisa mencoba mempelajari hal-hal penting terlebih dahulu, misalnya aku mempelajari kata ganti subjek terlebih dahulu seperti yaodo (saya), yauge (kamu), dan yaita (kita). Aku juga mempelajari kata tanya seperti hadia (apa), heoso (dimana), haniha (siapa), beserta kata tanya lainnya. Kemudian aku juga berusaha untuk menghafalkan kosakata baru yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mempelajari semua itu, tentu saja aku mempraktekkan bahasa yang kupelajari kepada masyarakat langsung meskipun dengan terbata-bata dan masih banyak salah pengucapan.
Hal yang paling aku syukuri dalam belajar bahasa Nias adalah penerimaan dan respon positif dari masyarakat sekitar. Alhamdulillah, banyak orang yang membantuku beradaptasi dalam hambatan bahasa yang ku alami, seperti anak-anak maupun ibu-ibu dan bapak-bapak di desa yang mengajakku berinteraksi. Dengan dukungan dari lingkungan sekitar, belajar bahasa Nias menjadi pembelajaran yang menyenangkan buatku.
Kreator : Fadiya Dina H
Comment Closed: Belajar Bahasa Nias
Sorry, comment are closed for this post.