Seperti biasa di setiap hari Selasa menjelang waktu dhuhur maka ibu-ibu warga di sebuah pondok, sebut saja An Nur akan segera mengakhiri aktivitas mereka. Mereka akan bergegas pulang dan menyiapkan diri untuk mengikuti kegiatan halaqah taklim yang dilaksanakan sekitar pukul 14.00. Sebuah kegiatan pertemuan rutin ibu-ibu untuk belajar bersama mulai dari belajar tahsin, tafsir kata perkata dari ayat Al-Qur’an, belajar Sirah nabawiyah, kajian manhaj dan setoran hafalan.
Setiap kelompok terdiri dari kurang lebih 10 hingga 12 orang. Kegiatan halaqah didampingi seorang muallimah dan murabbiyah. Adalah kelompok 3 yang anggotanya mayoritas ibu-ibu yang sudah sepuh dengan usia kisaran 60 ke atas. Dapat dibayangkan bagaimana dinamika kelompok tersebut.
Seorang ibu nyeletuk “rasa-rasanya sudah diatur mulutnya supaya bacaannya benar tapi yang keluar masih salah,” yang langsung disambut oleh ibu-ibu yang lain dengan suara riuh seolah menyadari kondisi mereka masing-masing.
“Tepuk kakinya!” kata seorang yang paling muda di kelompok tersebut ketika muallimah kesulitan menghentikan salah seorang anggota yang sedang membaca ayat tapi belum tepat ucapannya. Rupanya si ibu sudah agak terganggu pendengarannya sehingga harus di beri sentuhan untuk menghentikannya ketika ada kesalahan bacaan.
Dengan usia yang sudah demikian sepuhnya ditambah pemahaman dasar bacaan Qur’an dari kecil yang didapatkan ketika belajar di daerah masing-masing maka tentunya bisa difahami bersama jika butuh tantangan dalam perbaikan bacaan Qur’an anggota kelompok tersebut agar sesuai dengan hukum tajwid. Tapi satu hal yang membesarkan hati bahwa mereka tetap bersemangat dalam belajar. Meskipun apa yang dipelajarinya hari ini bisa jadi pertemuan berikutnya lupa lagi dan kembali lagi melakukan kesalahan-kesalahan yang sama pada ayat-ayat lainnya, namun dengan antusiasme mereka dalam belajar membuat halaqah tersebut tetap aktif.
“Rajin aja diulang-ulang Bu, nanti juga in syaa Allah bisa,” kata muallimah memotivasi seorang nenek yang kesulitan melafadzkan ‘ra’ dengan tebal.
“Agak dibuka mulutnya Bu agar sempurna bacaannya.” ujarnya pada ibu disebelahnya yang sangat sulit diajak membuka mulut. Huruf-huruf seakan dikulumnya di mulut.
‘Jangan diseret bacaannya Bu. Diucapkan dengan jelas. Tunaikan setiap hak huruf.”
Demikianlah disetiap pertemuan, sang muallimah dengan sabar menuntun ibu-ibu yang berulang melakukan kesalahan. Meskipun masih sering melakukan kesalahan, Ibu-ibu sepuh itupun tetap bersemangat untuk tetap datang dan belajar disetiap hari pertemuan. Bukankah Rasulullah bersabda “Dan orang yang membaca Al-Qur’an, sedang ia masih terbata-bata lagi berat dalam membacanya, maka ia akan mendapatkan dua pahala ‘ (HR. Bukhari Muslim).
Ketika sampai pada pembacaan Sirah Nabawiyah mereka mendengar dengan khusyuk. Demikian halnya ketika mendengarkan uraian materi utama tentang manhaj yang di bawakan oleh murabbiyah. Ibu-ibu tua itu fokus dan mendengarkan dengan serius. Mungkin andai mereka masih kuat menulis maka penuhlah catatan mereka dengan materi-materi yang didengar. Tapi karena tangan-tangan mereka sudah kaku memegang alat tulis sehingga mereka menyimak materi dengan mengandalkan pendengarannya serta memperhatikan murabbiyahnya dengan sungguh-sungguh.
Belajar tidak mengenal usia. Kesadaran akan pentingnya bacaan Al-Qur’an yang benar dan perlunya pemahaman tentang ilmu agama serta kemuliaan bagi orang-orang yang menuntut ilmu, mendorong para ibu tersebut untuk terus belajar. Dan yang lebih penting lagi sistem yang dibentuk dalam komunitas tersebut yang memang mewajibkan anggotanya untuk mengikuti halaqah taklim disetiap pekannya. Ini menjadi sarana pengikat bagi para warga untuk terus belajar dan wujud ketaatan mereka kepada pimpinannya.
Karena kegiatan itu di programkan dalam bentuk kegiatan rutin maka menjadi kewajiban setiap ummahat untuk hadir disetiap jadwal pertemuan. Ketika berhalangan hadir maka mereka harus meminta izin kepada murabbiyah atau menitipkan pesan lewat teman sekelompoknya. Demikianlah kegiatan tersebut berjalan sudah puluhan tahun. Anggota kelompoknya berganti seiring dengan jumlah anggota yang semakin meningkat atau ada yang mendapat tugas ke tempat lain.
Terlihat sederhana sebenarnya. Mereka datang belajar mengaji walau hanya satu ayat per pekannya yang ditahsinkan, kemudian diterjemahkan dan difahami maknanya per kata. Setelah itu mereka mendengarkan sira Nabaw dan kajian inti tentang ilmu agama. Kegiatan itu diawali dengan berinfaq terlebih dahulu dan diakhiri dengan kegiatan shalat berjama’ah. Bahkan sebelum bubar kembali ke tempat masing-masing mereka menikmati sajian makanan yang disiapkan oleh tuan rumah.
Tampak para ibu-ibu sepuh tersebut menikmati sajian yang disiapkan tuan rumah. Tidak terlihat adanya sikap menolak makanan apapun yang diberikan hatta usia seperti mereka biasanya sudah selektif dalam hal makanan karena terkait kesehatan. Keyakinan mereka yang kuatlah sepertinya yang menjadikan setiap makanan yang dikonsumsi berubah menjadi sumber energi dan bukan sebaliknya menjadi sumber penyakit.
Meskipun beresiko akan tetapi sekali lagi karena keyakinan merekalah sehingga kalaupun ada dampak dari apa yang dikonsumsi tersebut yang mungkin secara kesehatan berpantangan dengan kesehatan mereka akan tetapi pikiran positif mereka disebakan karena keyakinannya maka hampir tidak ada ungkapan yang menganggap makanan tersebut sebagai penyebabnya.
Meskipun saat sesi shalat berjamaah beberapa diantaranya sudah harus memegang lutut bahkan untuk jalan dalam jarak cukup jauh mereka sudah kepayahan karena usia. Namun mereka tidak menganggap makanan yang dikonsumsinyalah sebagai penyebab keluhan-keluhan ringan yang mereka rasakan.
Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan kemudahan kepada para ibu dan seluruh ummat muslim yang selalu bersemangat menuntut ilmu, dapat melafadzkan ayat-ayat Al-Qur’an secara benar, memahami ilmu agama dan keistiqomahan dalam menuntut ilmu. Semoga yang demikian itu kelak mengantarkan kita mendapatkan syafaat dari Al-Qur’an yang kita baca, fahami dan amalkan.
Comment Closed: Belajar Sepanjang Hayat
Sorry, comment are closed for this post.