Sudah lama Hana hidup berdua bersama ibu tercintanya di sebuah rumah kecil di pinggir kota. Bapaknya meninggal dunia sejak dia duduk di bangku kelas delapan. Untuk menopang biaya hidup, ibunya menjadi seorang pembuat kue, yang dipasarkan secara online. Di usianya yang ke dua puluh satu tahun dia mulai mengenal cinta. Yoga adalah laki-laki yang menjadi cinta pertamanya. Hampir tiap malam dia menceritakan tentang kepribadian laki-laki yang dicintainya itu. Ibunya selalu setia mendengarkan apa-apa yang diutarakan anak simata wayangnya itu.
Hari itu, tepat di hari kelahiranya, Hana membawa Yoga main ke rumahnya untuk dikenalkan kepada ibunya. Dengan wajah penuh ceria dia mengetuk pintu rumahnya “tok, tok, tok …”
“Assalamu alaikum ! Bu…..!”
“Wa alaikum salam !” Ibunya menjawab sambil membukakan pintu
Hana langsung meraih tangan kanan ibunya dan menciumnya, lalu mencium keningnya. Kebiasaan yang selalu dilakukanya sejak kecil.
“Ibu…., ini Yoga……, yang sering Hana ceritakan pada ibu .” Ucapnya sambil menunjukan telapak tanganya ke arah Yoga. Ketika memandang wajah Yoga, ibunya Hana tertegun, seakan-akan melihat sosok yang sudah dia kenal selama ini
“Ini, Yoga ?” Tanyanya
“Iya, bu. Saya Yoga.” Jawab Yoga sambil sedikit membungkukan badan, tanda penghormatan, selanjutnya dia menyalami Ibunya Hana, Diciumnya tangan kanan ibunya Hana, seperti yang dilakukan oleh Hana.
“Rasanya…., muka kamu ga asing bagi ibu .” Ucap ibu Hana setelah Yoga melepaskan tanganya.
“Masa bu ?”
“Iya…, rasanya ibu pernah kenal.”
“Ah. Ibu. Yoga kan baru pertama kali kesini ?”
“Ya sudah…., ambilkan air, sana !” Pintanya pada Hana
“Yoga mau minum apa ? Teh…, kopi…, atau susu ?” Tanya Hana.
“Apa aja, kalau kamu yang buat pasti saya minum.” Jawab Yoga
Mendengar kalimat yang diucapkan oleh Yoga, lagi-lagi ibunya Hana tertegun. Kata-kata itu seperti tidak asing buat dia. Siapa sebenarnya anak ini ? Pikirnya di dalam hati.
“Silahkan duduk !” Pintanya, dengan pemikiran yang tidak fokus.
“Terima kasih !” Jawab Yoga sambil mengambil tempat duduk tepat di depan ibunya Hana.
“Kamu tinggal dimana, nak ?”
“Di Bojong Gede, bu. Tepatnya di jalan Bambu Kuning.”
“Bambu Kuning ?” Lagi-lagi ibunya Hana tersentak, mendengar pengakuan Yoga pacar anak itu.
“Iya …, Kenapa bu ? Ibu kok kaget ?” Tanya Yoga
“Ah…., tidak apa-apa. Ibu hanya ingat nama seseorang yang tinggal di alamat itu. Sumitro namanya.”
“Beliau kan almarhum kakek saya, bu.”
“Berarti kamu anaknya Suhanda ?”
“Iya, bu. Dan saya anak pertamanya.”
“Tidak…., tidak !” Ibunya Hana sontak berdiri. Raut mukanya yang tadinya ramah, mendadak beringas. Matanya memandang Yoga dengan penuh kebencian. “Kamu tidak boleh macarin anak saya, apalagi sampai menikahinya !” Ucapnya dengan suara gemetar sambil menunjuk batang hidung Yoga.
“Kenapa bu ?” Yoga semakin tidak mengerti.
“Tanya saja pada Suhanda, bapakmu itu. Dan sekarang…., cepat kamu angkat kaki dari sini !”
Saat itu Hana datang dari dapur dengan membawa baki berisikan kopi susu kesukaan Yoga.
“Ibu…, ada apa ini ?” Tanya Hana, dengan posisi masih berdiri
“Hana, mulai saat ini kamu harus putus dengan Yoga !” Pinta ibunya Hana dengan wajah yang tidak bersahaja.
“Ini ada apa, bu ? Yoga…, apa yang telah terjadi ?” Tanya Hana sambil memandang dua orang yang sangat dicintainya.
“Saya juga tidak mengerti, Hana. Tiba-tiba ….”
“Jangan banyak omong, pergi kamu sekarang juga, pergiiiii .. !” Potong ibunya Hana, dan tidak tanggung-tanggung, diapun mengusir orang yang sangat dicintai oleh anaknya itu.
“Ibu…, jangan mempermalukan saya seperti ini dong bu !” Pinta Hana memelas sama ibunya.
“Dia akan mempermalukan kamu lebih dari yang ibu lakukan padanya. Ucap ibunya Hana dengan wajah memerah. “Hey… ! Cepat…, kamu tinggalkan tempat ini !”
Dengan raut muka yang memerah penuh kekesalan Yoga berdiri. Beberapa saat dia memandang wajah ibunya Hana, seakan-akan menandai wajah orang yang berani mengusirnya tersebut. Setelah itu tanpa berkata sepatah katapun dia berlalu meninggalkan Hana dan Ibunya.
“Yoga…, jangan pergi, ga !” Tidak sadar Hana menjatuhkan baki yang dia bawa, dan berusaha mengejar Yoga.
“Biarkan Hana, biarkan dia pergi !” Kata ibunya sambil berusaha menghalangi langkah Hana.
Hana terdiam, sambil memandang ibunya dengan penuh kesal. Air matanya tak dapat dibendung mengucur dengan deras. “: Ibu jahat, ibu kejam !” Teriaknya sambil berlari menuju kamar tidur. Dia menangis sejadi-jadinya sambil membenamkan wajahnya ke bantal kesayanganya.
Menyaksikan kejadian itu, ibunya Hana hanya terdiam, sambil menyandarkan dirinya ke dinding rumah. Dia tidak mengira pertemuan yang ditunggu-tunggunya itu berjalan begitu singkat, dan berakhir begitu tragis. Sosok keibuan yang selama ini dia perlihatkan, tiba-tiba berubah menjadi sosok perempuan antagonis yang sangat garang. Dia tidak mampu menguasai dirinya ketika dia tahu bahwa Yoga adalah anak dari orang yang yang paling dia benci dalam hidupnya. Tidak terasa air matanya mengucur deras di pipinya. Peristiwa lama yang pernah dialaminya bermunculan kembali. Dia mencoba menenangkan diri dengan cara menarik napas dalam-dalam, lalu dilepaskanya secara perlahan sambil mencoba memohon perlindungan kepada Allah dengan mengucapkan ta’awudz.
Setelah agak tenang, dia mencoba mendekati anaknya yang juga tangisan nya sudah sedikit mereda. Dibelainya rambut anaknya, lalu dibangunkan. Ditatapnya wajah anaknya yang kelihatan begitu terpukul.
“Hana…, maafkan ibu, nak. Kalau bukan dengan anaknya Suhanda, ibu tidak akan pernah menghalang halangi kamu.”
“Ibu punya masalah apa dengan pak Suhanda, sehingga ibu setega itu kepada Hana dan Yoga ?” Tanya Hana dengan suara masih sesenggukan.
“Ibu punya masa lalu yang buruk dengan Suhanda, ayahnya Yoga.”
“Masa lalu ibu tidak sama dengan masa Hana, kan ? Kenapa masa lalu ibu menjadi penghalang cinta Hana ?”
“Hana…, kamu mau tahu apa yang pernah Suhanda lakukan terhadap ibu. Dia telah menodai ibu, Hana. Kegadisan ibu direnggutnya, dengan alasan agar dia bisa berdalih untuk tidak dinikahkan dengan wanita pilihan kedua orang tuanya. Tapi nyatanya, dia tetap menikah dengan wanita pilihan kedua orang tuanya. Sakit hati ibu, Hana…. sakit Hana …” Kali ini ibu Hanalah yang menangis tersedu-sedu.
Mendengar pengakuan ibunya seperti itu, Hana merasa sangat terharu dan sangat iba. Direbahkanya tubuhnya ke pangkuan ibunya ibunya yang tengah menangis, dan diapun kembali menangis.
“Ibu…, maafkan Hana…, maafkan Hanaa, bu….!”
“Ibu sangat bersyukur dan berterima kasih kepada almarhum ayahmu. Dia mau menerima ibu apa adanya. Oleh karena itu, setelah dia meninggal tak terbesit sedikitpun di hati ibu untuk menikah lagi dengan orang lain. Ibu ingin setia seumur hidup kepadanya.” Ucapnya ditengah-tengah isak tangisanya.
“Hana paham, bu. Maafkan Hana !” Ucapnya sambil menengadahkan muka ke ibunya.
Sementara Yoga, setelah diusir dari rumah Hana, dia langsung pulang kerumahnya. Dia sangat terpukul dan sangat kecewa dengan perlakuan ibunya Hana terhadapnya. Dia ingin tanyakan langsung ada hubungan apa antara ayahnya dengan ibunya Hana.
“Ayah…, ayah kenal dengan foto ini ?” Tanya Yoga setelah ada di rumahnya, sambil memperlihatkan foto ibunya Hana yang ada di HP nya.
“Hah ?” Pak Suhanda sangat kaget melihat photo yang ditunjukan Yoga. “Darimana kamu temukan foto itu ?” Tanyanya.
“Darimananya tidak penting. Yang jelas saya ingin bertanya sama ayah. Apa yang pernah ayah lakukan terhadap wanita ini ?”
“Itu masa lalu ayah, kamu tidak usah tahu !”
“Saya perlu tahu, ayah.”
“Untuk apa ?”
“Ayah tahu, gara-gara masa lalu ayah. Saya dipaksa putus dengan Hana, anak wanita ini.”
“Apaaa ? Hana pacarmu itu, anak dia ?” Pak Suhanda sangat kaget mendengar apa yang diucapkan Yoga anaknya.
“Iya, dan dia begitu benci kepada saya, saat saya menyebut nama ayah.” Jelas Yoga.
“Apa yang dilakukan dia kepadamu ?”
“Dia menyuruh saya untuk putus dengan Hana, dan dia mengusir saya dari rumahnya.”
Pak Suganda tidak langsung mengomentari laporan anaknya. Dia bangun dari duduknya, lalu mengambil HP dari tangan Yoga. Dilihatnya sekali lagi photo tersebut. “Kalau dia memperlakukan kamu lebih dari itu pun ayah kira wajar, karena dia benci setengah mati pada ayah.” Ucapnya.
“Iya …, tapi masalahnya apa, yah ?”
“Yoga…, maafkan ayah, gara-gara ayah kamu harus berpisah dengan orang yang sangat kamu cintai. Ibunya Hana itu, dulunya pacar ayah. Namun almarhum kakek dan nenek kamu tidak menyetujui. Mereka malah menjodohkan ayah dengan almarhumah ibumu. Ayah mencari cara agar kakek dan nenekmu merestui kami. Cara konyol yang ayah lakukan adalah berhubungan diluar nikah dengan ibunya Hana. Apa yang kami lakukan sia-sia, karena kakek dan nenekmu tidak menggubris. Perjodohan Pun tidak bisa dielakan lagi, ayah menikah dengan ibumu. Ayah merasa sangat berdosa. Ayah menghukum diri ayah sendiri untuk tidak menikah lagi dengan siapapun setelah ibumu meninggal. Itulah perlakuan ayah terhadapnya. Tolong maafkan dia, nak !”
“Tapi Hana bukan anak ayah, kan ?” Tanya Yoga.
“Ibu Hana menikah dengan orang lain setelah setahun ayah menikah dengan ibu kamu. Kamu lebih tua dari Hana, kan ?”
“Iya.”
“Kalau Hana anak Bapak, seharusnya Hana lebih tua dari kamu.”
“Berarti…, saya bisa menikahi Hana kan, yah ?”
“Bisa…., Asalkan kamu bisa meluluhkan hati ibunya Hana.
“Do’akan saya, ayah. Semoga saya dapat menyelesaikan masalah saya dengan Hana. Sekarang saya akan mencoba menghubungi Hana.
“Silahkan !”
Saat itu juga Yoga mohon diri dari ayahnya dan mencoba cari tempat yang jauh dari ayahnya, agar pembicaraan lebih leluasa.
“Assalamualaikum !” Ucap Yoga setelah telpon terhubung
“Wa alaikum salam !” Jawab Hana
“Hana…. ! Aku sudah tahu dan mendengar langsung pengakuan ayahku terhadap ibumu.”
“Aku juga sudah mendengar pengakuan ibuku berkaitan dengan ayahmu.”
“Hana…, kayaknya kita harus meminta pencerahan kepada mentor kita.” Yoga mengajukan ide.
“Ok, aku setuju “
“Baik…, sampai ketemu besok, ya ! Assalamualaikum !” Yoga mengakhiri pembicaraanya.
“Wa alaikum salam !” Jawab Hana.
Keesokan harinya, sesuai dengan kesepakatan Yoga dan Hana mendatangi mentor di organisasi kemahasiswaan yang mereka ikuti. Yoga dan Hana menceritakan semua hal yang mereka ketahui dari ayah dan ibu mereka, serta permasalahan yang mereka alami akibat masa ayah dan ibu mereka.
“Kami telah menceritakan apa yang terjadi pada diri kami dan keluarga kamiM menurut Mas Wisnu, apa yang seharusnya kami lakukan ?” Tanya Yoga setelah menceritakan semuanya.
“Sekarang saya mau nanya. Apakah kalian mau melanjutkan hubungan kalian setelah kalian tahu, masa lalu orang tua kalian ?” Tanya Wisnu seorang mahasiswa senior yang dituakan di organisasinya.
“Menurut saya, masa lalu mereka seharusnya tidak menjadi penghalang bagi kami untuk menjalin percintaan.” Jawab Yoga
“Kalau kamu, bagaimana Hana ?” Tanya Wisnu kepada Hana.
“Sejatinya begitu. Tapi…, kayaknya saya tidak akan mampu meluluhkan hati ibu saya.” Jawab Hana pesimis.
“Maksud kamu ? Kamu mau menyerah terhadap keadaan, Hana ?” Tanya Yoga dengan nada kaget.
“Aku tidak sanggup melihat ibuku menangis, Yoga.”
“Kamu mau memutuskan hubungan kita ?”
“Mencintai bukan berarti harus memiliki, Yoga.”
“Bang Wisnu, bagaimana ini ? Saya begitu mencintai Hana. Kamu juga sama kan Hana ?” Yoga semakin gelisah mendengar ucapan Hana.
“Aku sangat mencintaimu, Yoga. Tapi kecintaan kepada ibuku melebihi segalanya. Aku tidak mau, bahagia diatas derita ibuku.” Kembali Hana menegaskan pendirianya.
“Yoga….!” Wisno mencoba menengahi. “ayahmu telah mengambil langkah yang salah. Sekarang apa kamu mau mengambil langkah yang sama ?” Tanyanya kepada Yoga.
“Jadi, apa yang harus kami lakukan, bang ?” Tanya Yoga
“Yoga, Hana, sesuatu yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Sebaliknya sesuatu yang buruk menurut kita belum tentu buruk dihadapan Allah. Kejadian yang menimpa kalian, mungkin itu cara Allah untuk memisahkan kalian. Dimana Allah akan memberikan yang lebih baik dari yang kalian hadapi saat ini. Lapangkan hati kalian, ikhlaskan….., niatkan berbakti kepada orang tua, dengan cara menutup aib mereka di masa lalu…. !” Tutur Wisnu kepada keduanya.
Yoga sebenarnya merasa sangat kecewa dengan putusan Hana. Dia tidak menyangka kalau Hana akan mengambil keputusan seperti itu. Tapi dia juga tidak bisa berbuat banyak kalau hanya dirinya yang punya keinginan.
“Baiklah, saya akan mencoba melakukan, seperti apa yang dilakukan Hana.” Ucap Yoga setelah merenung beberapa saat.
“Terima kasih atas pencerahannya, bang !” Ucap Hana
“Sama-sama, saya doakan, semoga kalian mendapatkan jodoh yang terbaik.” Ucap Wisnu sambil menyalami kedua.
Yoga dan Hana pulang dengan hati yang sangat berat. Mereka sebenarnya masih saling mencintai, tapi jurang pemisah diantara mereka terlalu dalam. Bagi Hana keputusanya adalah tekanan batin yang mungkin bisa menimbulkan derita yang berkepanjangan. Bagi Yoga keputusan Hana adalah pukulan berat yang mungkin bisa menimbulkan kebencian terhadap semua perempuan yang boleh jadi dia akan memilih hidup sendiri.
Kreator : Baenuri
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Belenggu Masa Lalu
Sorry, comment are closed for this post.