KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Aksi » Benua Vozduxu

    Benua Vozduxu

    BY 07 Jul 2024 Dilihat: 49 kali
    Benua Vozduxu_alineaku

    Ilta baru saja kembali dari dimensi Altair. Saat melangkah keluar dari portal, tubuhnya kehilangan keseimbangan dan ia jatuh pingsan, kelelahan oleh perjalanan transdimensi yang melelahkan.

     

    Ketika Ilta membuka matanya, ia merasakan sesuatu yang lembut di bawah kepalanya. Pandangannya yang kabur perlahan fokus, dan ia menyadari bahwa kepalanya berada di pangkuan Svetlana. Gadis itu menatapnya dengan ekspresi penuh kekhawatiran, rambut putih bercorak hitamnya terurai panjang, bersinar lembut dalam cahaya api unggun yang hangat. Di dekat mereka, Ninguit dan Lucere, hewan tunggangan mereka yang setia, memperhatikan dengan cemas.

     

    “Ilta, kamu baik-baik saja?” tanya Svetlana, suaranya lembut namun penuh kekhawatiran.

     

    Ilta mencoba duduk dengan bantuan Svetlana. “Aku… baik-baik saja, Svela. Terima kasih,” jawabnya, meskipun tubuhnya masih terasa lemah.

     

    Ninguit, mengeluarkan suara lembut, seolah mencoba menenangkan tuannya. Lucere, Sovu milik Svetlana, berdiri di samping mereka, matanya yang cerdas dan penuh perhatian mengawasi setiap gerakan.

     

    Ilta mengangguk lemah, “Terima kasih, Ninguit, Lucere. Maaf membuat kalian khawatir.”

     

    “Kau tiba-tiba saja menghilang dan muncul kembali, apa yang sebenarnya terjadi, Ilta?” tanya Svetlana, mencari jawaban atas peristiwa yang baru saja mereka alami.

     

    Ilta mulai menceritakan kejadian sebelumnya, tentang bagaimana ia terikat dengan beberapa takdir yang salah satunya adalah takdir gerhana milik Rzyuu. Ia juga menjelaskan bahwa masih banyak hal yang belum diketahui secara pasti apa saja yang akan terjadi.

     

    Svetlana mendengarkan dengan khidmat, mulai bertanya-tanya apakah Sang Ilahi mengetahui hal ini. Tapi sebelum itu, mereka akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju ibu kota kelompok More, Ludmila, dengan semangat yang kembali membara.

     

    Setelah tiba di Ludmila, mereka langsung menuju istana megah yang berada di tepi laut. Di sana, Ilta akhirnya bertemu dengan Iva Magni, seorang putri yang penuh semangat dari pemimpin kelompok More. Iva menyambut mereka dengan senyuman hangat.

     

    Iva Magni berdiri dengan anggun di ambang pintu istana megah. Rambutnya yang panjang berwarna emas cerah berkilauan dalam cahaya rembulan, tergerai bebas di sekitar bahunya. Matanya yang biru safir memancarkan kecerdasan dan semangat, menambah aura kewibawaan yang ia pancarkan. Ia mengenakan gaun panjang berwarna biru tua dengan aksen emas yang menambah kesan elegan sekaligus tangguh pada dirinya. Di kepalanya, sebuah mahkota kecil dari perak dan batu safir bersinar lembut, melambangkan status kebangsawanannya sebagai penerus pemimpin kelompok More dan utusan Sang Ilahi.

     

    “Selamat datang di Ludmila. Aku Iva Magni, penerus dari pemimpin kelompok More, dan juga utusan Sang Ilahi,” katanya dengan ramah. “Apa yang membawa kalian ke sini?”

     

    Ilta membalas dengan hormat, “Perkenalkan, aku Ilta Jedlicka, dari kerajaan Zima.” Ia lalu menjelaskan maksud kedatangannya, “Aku diutus oleh Sang Ilahi untuk sebuah tugas penting, dan aku diminta untuk menemui dirimu, Iva Magni.”

     

    Svetlana disampingnya ikut memperkenalkan diri, “Saya Svetlana Jedlicka, juga pasangannya Ilta dalam tugas yang diberikan oleh Sang Ilahi.”

     

    “Ilta? mungkinkah kau adalah Pangeran Salju yang ada di cerita Takdir Salju?” Iva terkejut, melihat sosok yang baru-baru ini banyak dibicarakan.

     

    Ilta dan Svetlana cukup terkejut, “Takdir Salju? Ada orang yang menyebarkan cerita tentangku, bukankah aku baru saja muncul setelah meninggalkan identitas sebagai Izka Videnbe. Bagaimana mungkin ada orang yang mengenalku.” gumam Ilta, merasa aneh juga kebingungan.

     

    “Kau mungkin tidak tahu, tapi banyak cerita tentang dirimu yang dipanggil dengan beberapa sebutan: Pangeran Salju, Pahlawan Putih, dan lainnya. Terlepas dari itu semua, senang berkenalan dengan kalian berdua, Ilta, Svetlana,” kata Iva, penuh kekaguman pada cerita Takdir Salju.

     

    Svetlana tersenyum kecil, “Sepertinya takdir kita memang saling terkait lebih dalam dari yang kita bayangkan. Mungkin Sang Ilahi telah merencanakan semua ini sejak awal.”

     

    Ilta mengangguk, “Benar, dan tugas kita sekarang adalah memahami dan menjalankan takdir itu dengan sebaik-baiknya. Apa pun yang akan kita hadapi, kita harus siap.”

     

    Malam itu, di bawah langit Ludmila yang cerah. Bintang-bintang di atas seakan-akan memberi mereka kekuatan dan keberanian untuk melanjutkan perjalanan mereka. Petualangan mereka di benua Vozduxu baru saja dimulai, dan setiap langkah membawa mereka lebih dekat pada takdir yang telah ditetapkan oleh Sang Ilahi.

     

    Iva Magni tumbuh sebagai tuan putri yang penuh semangat dari pemimpin kelompok More. Kelompok ini hidup harmonis dengan alam, dan tugas Iva adalah memimpin mereka ke era baru inovasi teknologi yang ramah lingkungan.

     

    “Ayahku, Klaus, mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan keharmonisan dengan lingkungan,” Iva memulai cerita tentang dirinya. “Namun, melihat tantangan yang semakin besar terhadap ekosistem kami, aku merasa perlu membawa perubahan.”

     

    Ia melanjutkan dengan semangat, “Suatu hari, aku menemukan sebuah batu ajaib di dasar sungai. Batu itu memberikan wawasan tentang teknologi yang ramah lingkungan dan ada Angeluc yang memperkenalkan dirinya sebagai Skazati, mengatakan bahwa aku dipilih sebagai kandidat utusan Sang Ilahi. Dengan pengetahuan ini dan mengemban ajaran Sang Ilahi, aku menciptakan berbagai mesin yang dapat menghasilkan energi tanpa merusak lingkungan menggunakan teknik energi alam. Inovasi ini membuka pintu bagi era baru di kelompok More.”

     

    Svetlana terpesona oleh cerita Iva. “Itu luar biasa, Iva. Inovasi semacam itu pasti memerlukan banyak keberanian dan kecerdasan.”

     

    Iva tersenyum mendengar pujian itu. “Terima kasih, Svetlana. Aku juga menciptakan lampu yang menggunakan energi matahari, perangkat daur ulang yang mengubah limbah menjadi pupuk atau energi untuk mesin lainnya, dan alat transportasi yang membantu memantau dan menjaga kelestarian alam di sekitar perairan.”

     

    Namun, sebagai kandidat utusan Sang Ilahi pastinya tidak selalu berjalan mulus. “Ada kelompok-kelompok yang skeptis terhadap perubahan ini, menganggap teknologi sebagai ancaman terhadap kehidupan tradisional kami,” kata Iva dengan nada lebih serius. “Tapi aku dibantu ibuku, Nancy, berusaha merangkul perspektif berbeda dan membuktikan bahwa inovasi dapat bersinergi dengan kearifan lokal.”

     

    Prestasi Iva menyebar ke seluruh benua Vozduxu, dan kelompok More menjadi contoh bagi masyarakat lainnya. Iva Magni diakui sebagai putri pemberani yang membawa perubahan positif, menciptakan keseimbangan antara teknologi dan keberlanjutan alam.

     

    “Sebagai putri laut yang membawa cahaya inovasi, kau menjadi sosok berharga bagi kelompokmu.” kata Ilta dengan kekaguman. “Prestasi Iva akan tercatat dalam sejarah kelompok More, menginspirasi generasi untuk merangkul teknologi yang ramah alam,”

     

    Zorya Altair

    Setelah mendengar cerita Iva, Ilta meminta bantuan padanya. “Iva, aku membutuhkan bantuanmu untuk merenovasi senjata Cakram Pelindung milikku. Aku ingin meningkatkan kemampuannya dengan teori yang mungkin bisa kau terapkan.”

     

    Iva mengangguk mengerti. “Baiklah, mari kita lihat apa yang bisa kita lakukan.” membawa mereka tempat dimana biasanya teknologi baru diciptakan.

     

    Selama beberapa minggu, Ilta dan Svetlana tinggal di Ludmila, bekerja bersama Iva. Ninguit dan Lucere, selalu setia mendampingi. Setiap malam, mereka berkumpul di kediaman Magni, di ruang keluarga dekat perapian, berbincang tentang kemajuan proyek dan saling bertukar cerita.

     

    Iva menggabungkan teknologi canggih kelompok More dengan teori yang dijelaskan oleh Ilta yang didapatkan dari Rzyuu. Ia merancang ulang Cakram Pelindung, mengubah bentuknya menjadi lebih dinamis dan fungsional.

     

    “Ini akan lebih dari sekadar senjata,” kata Iva suatu malam. “Ini akan menjadi perpanjangan dari dirimu, Ilta.”

     

    Ilta memperhatikan dengan seksama saat Iva mengubah struktur dasar cakram menjadi bentuk kristal es dengan beberapa sisi tajam berwarna biru keemasan. Iva juga menambahkan mekanisme yang memungkinkan senjata itu berpecah menjadi beberapa bagian yang bisa melayang di sekitar Ilta.

     

    “Saat dalam bentuk sarung tangan,” Iva menjelaskan, “itu akan berwarna putih dengan logo kerajaan Zima, tanda kehormatanmu. Juga sebagai simbol atas Takdir Salju yang kau emban.”

     

    Hari pengujian tiba. Iva menyerahkan Zorya Altair yang dalam tahap pengujian kepada Ilta. Ilta mengenakan senjatanya yang kini menjadi sarung tangan dan merasakan aliran energi baru yang mengalir melalui dirinya. 

     

    “Rasakan ikatannya,” kata Iva. “Senjata ini sekarang merespon keinginan dan kebutuhanmu.”

     

    Ilta mengayunkan tangannya, dan sarung tangan itu berubah menjadi cakram es berwarna biru keemasan, kemudian terpecah menjadi beberapa bagian yang melayang di sekitarnya. Dengan pikiran, Ilta mengarahkan pecahan-pecahan tersebut, menguji kemampuan perlindungan dan serangannya.

     

    “Sungguh luar biasa,” Ilta berbisik, matanya bersinar dengan kagum. “Ini hampir mirip dengan Zenoir milik Rzyuu.”

     

    Keindahan Bawah Laut

    Setelah hari-hari penuh dengan pengembangan senjata mereka, Ilta dan Svetlana akhirnya memiliki waktu untuk mengelilingi kota Ludmila ditemani oleh Iva. Malam itu, suasana kota yang berada di tengah-tengah benua Vozduxu terasa begitu mempesona.

     

    Benua Vozduxu, yang dulu tertutupi oleh lapisan es, kini berubah menjadi lautan luas dengan kehidupan air yang beragam. Terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu Permukaan, Pertengahan, dan Pengakhiran, lautan ini memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan antara makhluk hidupnya. Manusia yang menjelajahi benua ini telah membangun peradaban bawah laut dengan memanfaatkan tanaman ajaib yang memungkinkan mereka bernapas di dalam air dan pohon khusus yang menyimpan udara sebagai bahan bangunan.

     

    Ketiganya berjalan di sepanjang jalan-jalan indah di Ludmila, menikmati arsitektur kota yang megah. Bangunan-bangunan di sini terbuat dari kristal laut yang berkilau dalam berbagai warna di bawah sinar bulan.

     

    “Sungguh indah di sini,” ujar Svetlana, matanya memandang takjub pada keindahan kota.

     

    Iva tersenyum, “Kami menggunakan teknologi kristal laut dan tanaman ajaib untuk membangun dan menghidupi kota ini. Selain itu, kami juga memanfaatkan energi dari aliran air bawah laut untuk berbagai kebutuhan sehari-hari.”

     

    Ilta mengangguk, mengamati sekeliling dengan penuh rasa ingin tahu. “Aku belum pernah melihat teknologi seperti ini sebelumnya. Bagaimana manusia bisa bernapas di dalam air?”

     

    Iva menjelaskan dengan antusias, “Kami memiliki tanaman khusus yang dikenal sebagai ‘Nefra’, yang menghasilkan oksigen dalam jumlah besar. Dengan tanaman itu dan teknologi, kami dapat membangun ruangan-ruangan di bawah air yang tetap terisi dengan udara segar.”

     

    Saat mereka berjalan, mereka melewati pasar bawah laut yang dipenuhi dengan berbagai macam barang dagangan. Pedagang-pedagang menjual ikan-ikan eksotis, permata laut, dan peralatan teknologi canggih. Suasana pasar begitu hidup, penuh dengan suara tawa dan percakapan.

     

    Ilta dan Svetlana terpesona oleh keindahan dan keragaman pasar tersebut. “Tempat ini benar-benar luar biasa,” kata Ilta dengan penuh kekaguman.

     

    Setelah menikmati keindahan pasar, mereka melanjutkan perjalanan menuju salah satu laboratorium teknologi terkemuka di Ludmila. Di sana, Iva membawa mereka ke sebuah ruangan khusus di mana senjata Ilta sedang dalam tahap akhir pengembangan.

     

    “Ilta, aku ingin menunjukkan sesuatu,” kata Iva dengan senyum misterius. “Kami telah mengembangkan senjatamu lebih jauh dari yang kau bayangkan.”

     

    Ilta melihat ke arah meja kerja, di sana terdapat sebuah sarung tangan dengan lambang kerajaan Zima. “Apa yang kau lakukan, Iva?” tanyanya penasaran.

     

    Iva mengambil sarung tangan tersebut dan menunjukkannya pada Ilta. “Kami telah menambahkan kemampuan baru pada senjatamu, Zorya Altair. Senjata yang dapat berubah bentuk menjadi berbagai bentuk yang lebih kuat dan serbaguna. Dan bukan hanya itu, aku juga memiliki kejutan untuk Svetlana.”

     

    Svetlana tampak terkejut. “Untukku?”

     

    Iva mengangguk dan memberikan sebuah kotak kecil kepada Svetlana. Di dalamnya terdapat sebuah aksesori rambut dan sarung tangan yang serupa dengan milik Ilta, namun dengan desain yang lebih feminim dan elegan. “Ini adalah hadiah untukmu, Svetlana. Senjata ini dapat bertransformasi dan digunakan bersama sayapmu, sehingga kalian berdua memiliki sepasang senjata yang serasi.”

     

    Svetlana memegang aksesori tersebut dengan penuh rasa terima kasih. “Terima kasih, Iva. Ini benar-benar luar biasa.”

     

    Ilta menatap Iva dengan kagum. “Kau benar-benar luar biasa, Iva. Terima kasih atas semua bantuanmu.”

     

    Iva tersenyum lebar. “Tidak perlu berterima kasih. Senang bisa membantu. Sekarang, mari kita nikmati malam ini dan melihat lebih banyak keindahan Ludmila.”

     

    Mereka bertiga melanjutkan perjalanan, menjelajahi lebih banyak sudut kota Ludmila yang menakjubkan, menikmati setiap momen dalam perjalanan mereka di benua Vozduxu yang penuh misteri dan keajaiban.

     

    Perpisahan Dengan Kota Ludmila

    Penduduk Ludmila awalnya tidak menyadari keberadaan Ilta dan Svetlana, tetapi ketika salah satu penduduk mengenali Ilta sebagai Pangeran Salju atau Pahlawan Putih, berita cepat menyebar di seluruh kota. Kehebohan itu tidak terhindarkan, terutama karena kedatangan mereka menjadi sorotan, bahkan menarik perhatian Klaus Magni, Pemimpin kelompok More dan ayah dari Iva.

     

    Klaus Magni, seorang tokoh yang disegani di Ludmila, memutuskan untuk mengadakan festival perpisahan untuk menghormati perjuangan Ilta dan Svetlana serta untuk merayakan persahabatan mereka yang telah terjalin di kota ini. Persiapan festival dimulai dengan cepat, dan seluruh kota sibuk menyiapkan segala sesuatunya untuk menyambut para tamu istimewa ini.

     

    Hari festival tiba, dan alun-alun utama Ludmila dihiasi dengan lentera-lentera warna-warni yang memancarkan cahaya lembut di malam hari. Panggung besar didirikan di tengah alun-alun, dikelilingi oleh tenda-tenda karnaval dan stan-stan dengan makanan khas dan pernak-pernik unik dari seluruh Vozduxu.

     

    Ilta dan Svetlana duduk di kursi kehormatan di depan panggung, dikelilingi oleh Iva, Nancy, dan Klaus serta penduduk Ludmila yang datang untuk merayakan mereka. Acara dimulai dengan penampilan tarian dan musik yang memukau, membangkitkan semangat dan kekaguman semua yang hadir.

     

    Klaus Magni adalah seorang pemimpin yang disegani di Ludmila. Penampilannya mencerminkan kewibawaan dan kekuatan seorang pemimpin sejati. Rambutnya yang berwarna emas gelap dipotong pendek dan rapi, berkilauan dalam cahaya seperti logam mulia. Matanya yang berwarna biru laut memancarkan kebijaksanaan dan ketenangan, menunjukkan pengalaman hidup dan kepemimpinan yang ia miliki. Klaus mengenakan jubah panjang berwarna biru tua dengan aksen emas yang serupa dengan putrinya, namun dengan desain yang lebih maskulin dan megah. Di kepalanya, sebuah mahkota besar dari emas dan batu safir bersinar, menambah aura otoritas dan keagungan pada dirinya.

     

    Nancy Magni adalah sosok yang anggun dan penuh kasih, melengkapi kehadiran suaminya dengan kehangatan dan kelembutan. Rambutnya yang panjang dan bergelombang berwarna emas cerah seperti Iva, tergerai indah di sekitar bahunya. Matanya yang biru safir, sama seperti putrinya, memancarkan kelembutan dan kecerdasan, mencerminkan kepribadiannya yang bijaksana dan penyayang. Nancy mengenakan gaun panjang berwarna biru lembut dengan aksen emas dan perak yang halus, menambah kesan elegan dan tenang pada dirinya. Di kepalanya, sebuah mahkota kecil dari perak dan safir, mirip dengan milik Iva, bersinar lembut.

     

    Dengan penampilan mereka yang serasi, keluarga Magni menunjukkan keanggunan, kekuatan, dan kebijaksanaan, mencerminkan peran penting mereka dalam memimpin dan melindungi kota Ludmila.

     

    Klaus Magni naik ke panggung untuk memberikan pidato, mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaannya kepada Ilta dan Svetlana atas pengaruh positif yang mereka bawa ke Ludmila. “Kehadiran kalian memberikan kami berkat Sang Ilahi,” ungkapnya dengan suara yang penuh penghargaan. “Kami tidak akan pernah melupakan semua yang telah kalian lakukan untuk mengalahkan Koschei, Sang pemimpin Deniluc.”

     

    Ilta tersenyum, merasa terharu oleh sambutan hangat dari penduduk Ludmila. “Kami berterima kasih atas semua dukungan dan cinta yang telah kalian berikan kepada kami. Ludmila akan selalu memiliki tempat istimewa di hati kami.”

     

    Svetlana menambahkan, “Kami berharap untuk kembali ke sini suatu hari nanti. Ludmila adalah tempat yang penuh keajaiban lautan dan persahabatan yang tak terlupakan.”

     

    Festival perpisahan berlanjut hingga larut malam, diisi dengan musik, tarian, dan keceriaan. Kembang api meledak di langit malam, mencerahkan malam mereka dengan cahaya yang gemerlap dan memukau. Penduduk Ludmila menikmati setiap momen bersama Ilta dan Svetlana, merayakan persahabatan yang telah terjalin di antara mereka.

     

    Pagi berikutnya, Ilta dan Svetlana bersiap untuk meninggalkan Ludmila. Mereka berpamitan dengan Iva, Nancy, dan Klaus di gerbang kota, di mana Ninguit dan Lucere, sudah menunggu.

     

    “Terima kasih atas semuanya, Iva,” kata Svetlana, menggenggam tangan Iva dengan erat. “Kami tidak akan melupakan semua yang telah kamu lakukan untuk kami.”

     

    Iva tersenyum hangat, “Kembali kesini kapan saja. Ludmila akan selalu terbuka untuk kalian berdua.”

     

    Nancy menyampaikan kata-kata terakhirnya, “Kalian telah memberikan cahaya lainnya bagi kota kami. Semoga perjalanan kalian selanjutnya penuh dengan keberhasilan dan kebaikan.”

     

    Ilta dan Svetlana berpisah dengan Iva, Nancy, dan Klaus, naik ke Sovu mereka, Ninguit dan Lucere. Mereka meninggalkan Ludmila dengan perasaan suka dan harapan, menuju matahari terbit di cakrawala, kembali ke Kerajaan Zima dengan pengalaman baru, persahabatan yang diperkuat, dan tekad yang lebih kuat untuk menyelesaikan tugas mereka sebagai utusan Sang Ilahi.

     

     

    Kreator : Ry Intco

    Bagikan ke

    Comment Closed: Benua Vozduxu

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021