KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Berani Berkata “Tidak”

    Berani Berkata “Tidak”

    BY 08 Jan 2023 Dilihat: 146 kali

    Penulis : Iis Istiqomah (Member KMO Alineaku)

    Sebagai manusia, tentunya kita tidak terlepas dari kehidupan sosial dengan sesama manusia. Manusia akan selalu membutuhkan orang lain dalam menjalani hidupnya, bahkan ketika kita mati. Kelompok sosial di masyarakat dapat terbentuk dengan cara yang berbeda-beda.

    Saat berinteraksi dengan orang lain dalam suatu kelompok tertentu, biasanya kita dapat saling mempengaruhi. Orang-orang pada kelompok yang sama cenderung memiliki pola pemikiran yang sama, atau dibuat supaya sama. Entah itu hanya nampak di luar atau memang seperti itu adanya.

    Sebagai orang timur, terkadang kita masih memiliki rasa “tak enak hati” yang tinggi dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Hal tersebut menimbulkan perilaku memaksakan diri demi solidaritas. Menyampaikan sesuatu yang berbeda dianggap beresiko untuk mendapatkan perlakuan berbeda dari anggota kelompok lainnya.

    Ketakutan inilah yang membuat sebagian besar orang mencari “aman” dalam menentukan sikapnya. Padahal apa yang dia lakukan bertentangan dengan kondisi dirinya, baik secara pribadi maupun finansial. Apapun akan diusahakan supaya bisa mengikuti gaya hidup orang lain. Misalnya teman-temannya mengajak makan-makan di restoran mahal, maka dia akan berusaha untuk mendapatkan uang agar bisa makan-makan bareng teman-teman. Kecuali jika ada salah satu temannya yang mentraktir, maka itu lain cerita.

    Adapula kelompok yang senang jalan-jalan atau traveling. Tentunya itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tapi ada saja orang yang memaksakan diri untuk mengikutinya walaupun harus berhutang. Yang penting dia bisa jalan bersama teman-temannya.

    Banyak faktor yang membuat seseorang memaksakan diri mengikuti gaya hidup dalam lingkungan klan dimana dia berada. Pertama, karena rasa gengsi yang tinggi. Ada orang yang tidak mau dianggap tidak mampu, sebab khawatir akan menimbulkan perbedaan sikap dari teman-temannya, takut tersisih atau dipandang sebelah mata. 

    Kedua, kebanyakan orang merasa tak enak hati untuk menolak atau berkata “tidak”. Hal ini sepertinya sudah merupakan budaya di negeri kita, dimana seseorang merasa sungkan untuk menolak ajakan temannya. Bahkan menganggap penolakan sebagai sikap yang kurang sopan. Padahal apa yang diinginkan oleh orang lain belum tentu sesuai dengan hati nurani kita.

    Sejatinya, sebuah pertemanan akan saling memahami satu sama lain. Mereka tidak akan memaksakan sesuatu yang akan memberatkan temannya. Jika dalam sebuah kelompok pertemanan ada yang tidak mampu, maka hal tersebut tidak akan mereka jalankan. Atau teman yang lain berusaha bersama-sama meringankan beban temannya yang tidak mampu.

    Namun, ketika kita berada dalam kelompok orang yang tidak mau mengerti akan kondisi kita, percayalah, mereka bukan teman yang cocok untukmu. Jadi tak perlu takut untuk mengatakan “tidak” jika memang itu tidak mampu kita penuhi.

    Berkata “tidak” memang memiliki resiko yang mungkin tidak kita harapkan. Tapi rasa takut untuk berkata “tidak” juga dapat memberi efek yang buruk untuk diri kita sendiri. Lakukan segala hal dalam batas kemampuan kita. Jangan menutupi masalah dengan masalah baru. Bertemanlah dengan orang yang dapat menerima kita apa adanya, dan dapat saling memberikan dukungan untuk kebaikan.


    “Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”

    Bagikan ke

    Comment Closed: Berani Berkata “Tidak”

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021